37 - Arena Perburuan Vampir dan Manusia

131 16 1
                                    

Annette membawa dua koper berat dan tak lupa menoleh ke belakang. Di mana sisi gelap Istana Palais akan tampak.

Sementara di depan mata, Javier menggendong Tuan Putri Eloise yang tak sadarkan diri. Saat wanita itu sudah dibaringkan ke dalam kereta kuda, Annette mempercepat langkahnya.

"Apa Tuan Putri sungguh baik-baik saja?" Annette harap-harap cemas. "Tuan Scarlette tidak meracuni Tuan Putri kan?"

Javier menghela napas dan mengambil tas koper dari tangan si Dayang. "Annette, jangan khawatir. Tuan Putri masih hidup."

Annette mengigit kuku dan memperhatikan sekitar. "Tapi mengapa Tuan Putri belum bangun? Apapun yang kita lakukan, matanya masih terpejam. Apa yang Tuan Scarlette lakukan pada Tuan Putri?"

Javier mengencangkan tali pengikat pada seekor kuda hitam yang sudah disambungkan ke kereta. Kuda itu mendengus kasar hingga napasnya berembus putih. Hawa dingin sudah menyelimuti mereka sejak tadi.

"Annette, ini adalah keinginan Tuan Putri." Javier menjawab kemudian. "Aku sudah bilang padamu kan? Tuan Scarlette tidak memiliki niat buruk, mereka memang sepasang kekasih. Nah sekarang, ayo masuk."

Annette merasa kedua kakinya meleleh seketika baru melangkah masuk ke kereta kuda. "Aku takut," bisiknya dan memandang Javier. "Putra Mahkota akan membunuh kita."

Javier menawarkan tangannya pada Annette. Dan wanita itu menerimanya. Vampir itu kemudian menuntun Annette masuk ke dalam kereta.

Di detik terakhir, Javier memberi kecupan di punggung tangan Annette dan wajahnya melunak. "Aku akan melindungimu. Bahkan jika aku harus mati sampai ribuan kali. Annette, percayalah aku akan melindungimu."

Annette mengangguk. Pipinya seketika terbakar entah mengapa. Saat roda kereta kuda mereka mulai bergerak, Annette tak sekalipun melepas tangannya dari Tuan Putri Eloise.

Untunglah masih hangat.

"Saya ingat dulu tinggal di desa yang melahirkan banyak penyihir." Annette mulai bercerita dan menarik selimut Tuan Putri yang mulai agak melorot. "Saya punya ayah dan ibu yang baik. Saya juga memiliki seorang adik perempuan. Adik saya lebih cantik dibanding saya. Kadang saya pikir, Tuan Putri mirip sekali dengan adik saya itu."

Annette bercerita bahwa meski seluruh warga desa tahu dirinya adalah seorang Legilimens, tidak ada yang memperlakukannya berbeda. Hidupnya sederhana tetapi Annette bahagia.

"Saya ingat punya teman laki-laki di masa kecil. Kami masih akrab hingga dewasa." Suara Annette mulai serak dan cahaya kota dari jendela pun ikut meredup.

Kedua mata Annette seketika berkaca-kaca. "Tiga tahun lalu, para bangsawan penguasa wilayah dipaksa untuk menyerahkan para penyihir untuk memenuhi keinginan Putra Mahkota. Tidak ada yang mau melakukannya, jadi Putra Mahkota mulai menculik kami."

Annette mulai ingat saat pasukan Putra Mahkota menyerbu desanya. Kepala desa menolak menyerahkan Annette dan dipenggal di tempat. Ayah, Ibu dan adiknya dibakar hidup-hidup tepat di depan semua orang.

Lalu Javier ....

Suara Annette tercekat.

Javier tewas tertusuk pedang prajurit.

Setelah itu Annette hidup dalam ketakutan. Setiap hari, Annette dipaksa menggunakan kekuatan legilimencynya untuk mencuci otak para penyihir yang tak patuh. Jika Annette menolak, dirinya puakan disiksa.

Kepala Annette seolah dibebani oleh batu seberat satu ton. Hingga rasanya Annette mulai melupakan banyak hal.

Annette hidup dalam kegelapan hingga Putra Mahkota memberinya tugas menjadi dayang Tuan Putri.

Scarlette Lips (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang