"Ignatius Scarlette adalah vampir yang tidak pernah menikah."
Verona, berani-beraninya kau membuatku mengakui hal memalukan tersebut.
Bahkan kau bisa-bisanya mengira Astoria adalah istriku.
Aku memang mengadopsi anak untuk kepentingan pewaris Kepala Keluarga Scarlette, tetapi bukan berarti aku memiliki pendamping hidup.
Seandainya Verona tahu bahkan di kehidupanku sebelumnya, tidak ada wanita yang berhasil menarik hatiku agar tertambat ke kehidupan berkeluarga.
"Enghhh!!!" Verona menutup mata rapat-rapat saat bibirku menjamah lehernya layaknya lebah yang merindukan nektar bunga.
Menggigit. Menghisap. Membuat jejak-jejak merah yang lebih indah dibanding merah darah.
Naluriku yang dahulu adalah manusia, juga telah tiada. Setidaknya aku yakin akan hal tersebut.
"Ini adalah hukuman, Verona. Hukuman karena kau terlalu berpikiran buruk tentang Tuanmu."
"Akkk!!!" Kedua tangan yang terikat milik Verona menegang kaku saat taringku menemukan tulang selangka.
Padahal aku hanya ingin meminta sedikit asupan, tetapi sebagian darah sudah meluncur keluar.
Verona melenguh. Entah itu nikmat atau tersiksa.
Begitu halus. Begitu rapuh.
Aku tanggalkan segala penutup tubuhnya dan malam itu akan kuukir dalam-dalam di ingatannya, bagaimana kenikmatan menjadi mainan malamku.
Mainan yang hanya mampu menjerit tenggelam di nelangsa bercampur nikmat.
Hal yang tak akan bisa dia lupakan meski suatu hari dia akan memiliki kekasih manusia sekalipun. Verona ... akan selamanya dalam jeratku meski harus merasakan neraka.
Aku mulai menyeringai saat jemariku menelusup ke jurang hangat di bawah pusarnya. Aku terlalu senang sampai mencumbu tempurung lututnya. "Kau ... juga menikmatinya, kan? Ronnaku?"
Verona menggeleng dan terisak kecil. Pergelangan tangannya telah membekas oleh tali yang mengikat. Pipinya memerah dan kedua matanya begitu sayu. Gaun kuning sederhana yang membalut tubuhnya sudah tak berbentuk dan memamerkan tiap jengkal tubuh Veronaku.
Bisakah kau bayangkan betapa senangnya? Melihat manusia yang selalu bersikap keras kepala dan menolakku, kini terbaring pasrah hampir tak berbusana.
Sejujurnya naluri menjadi vampir, berbeda jauh dari yang kubayangkan. Namun, di saat yang sama ini adalah hal yang paling cocok untukku.
Vampir tidak memiliki naluri untuk beranak-pinak. Umur kami melambat dan rasa kebosanan itu lebih besar. Lebih baik mencari hal lain dari pada terjebak dalam ilusi yang disebut keluarga, atau kekasih, atau omong kosong seperti cinta.
Namun, jika itu Verona mengandung anakku apa sesuatu akan berbeda? Seorang manusia mengandung anak vampir, bukankah itu derita di atas penderitaan yang lebih menyakitkan? Anak itu akan menjadi parasit yang meregang habis tubuh induknya.
Ah, tidak. Aku tidak perlu Verona hamil untuk menjadi bahagia. Aku sungguh tidak perlu. Aku hanya perlu dia terikat padaku. Membiarkanku menjerat lehernya dan mengurungnya di menara tertinggi.
Sebesar itu perasaanku padanya saat ini.
Aku mulai menarik paha Verona ke mulut. Mungkin orang biasa tak akan menyadarinya, bahwa di ujung taring vampir ada beberapa jenis racun yang hanya para ras vampir yang bisa mengendalikannya.
Salah satunya adalah racun yang memiliki fungsi yang seperti zat afrodisiak. Racun umum yang kami para vampir gunakan agar mangsa kami tidak berdaya saat digigit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlette Lips (TAMAT)
Romansa21+ Tuan Ignatius adalah pembunuh yang bertransmigrasi menjadi vampir di negara yang membenci ras vampir. Verona adalah budak bisu yang Ignatius beli saat dia bosan dan lapar. Bukannya merasa kenyang, Verona justru membawa badai kepada bangsa vampir...