"Monster menjijikkan!!!" Seorang prajurit baru saja memukul wajah Javier hingga terhempas ke tanah. "Kau kira bisa menyombongkan diri hanya karena ditunjuk menjadi pengawal Tuan Putri?!!!"
Ada dua prajurit lain yang terkikik memperhatikan pertarungan tak adil tersebut.
"Vampir ternyata bisa menjadi samsak tinju latihan yang sempurna!" Si prajurit bertubuh besar kembali melayangkan pukulan ke wajah Javier yang sudah bonyok keunguan.
"Tuh kan! Kubilang juga apa!" Prajurit lain menyetujui. "Kita tidak usah khawatir ditegur toh vampir kan bisa sembuh sendiri!"
"Kita harus berterimakasih pada Putra Mahkota yang berbaik hati memasang sihir anti vampir di istana. Pekerjaan kita jadi lebih mudah." Prajurit itu pun terbahak.
Mungkin sudah 30 menit berlalu hingga akhirnya mereka puas. Javier dibiarkan terbaring di bawah sinar matahari terik yang membakar selama berjam-jam. Tak ada satupun yang berniat membantu atau bahkan mengasihani.
Ignatius pernah memberitahuku bahwa Vampir bisa hidup di siang hari, tetapi akan merasa lemah saat berjemur di bawah matahari. Bahkan ada pula yang kulitnya melepuh hingga sulit beregenerasi.
Aku juga pernah bertanya pada Ignatius, apa yang akan dia lakukan pada Javier setelah tahu atas pengkhianatannya.
Wajah Ignatius saat itu tak bisa kutafsirkan.
Dia bilang tidak peduli.
Dia bilang tentu saja dirinya sakit hati.
Dialah yang mengubah Javier menjadi vampir tiga tahun yang lalu."Tidak semua orang rela hidup menjadi abadi." Ignatius mengambil kesimpulan.
Pelan-pelan aku menghampiri Javier dengan membawa payung renda berwarna merah muda. Kuteduhkan si vampir yang meringis itu hingga Javier membuka matanya dan memandangku dingin.
"Apa yang Anda lakukan?" Javier tersenyum masam. "Tuan Putri ingin mengejek saya?"
Aku bahkan tidak punya kata-kata untuk membalas ucapan seorang pengkhianat. Aku merogoh saku di gaunku dan melempar sebotol kaca kecil berisi darah ke arah Javier. Aku membelinya dari pedagang yang tiba dari Scarlette.
Javier menerima botol tersebut dan hanya mendengus. Tak ada terima kasih atau apapun. Hanya raut muka datar. Dia berdiri dan memutuskan pergi.
Aku menghela napas.
"Tuan Putri! Anda kemana saja?" Annette berlari sambil mengangkat gaun ungunya agar dapat mendatangiku lebih cepat.
Aku tersenyum padanya. Aku hanya jalan-jalan, harinya cerah.
Wajah Annette berubah kaku seketika. Dia adalah dayang yang ditunjuk untukku. Berkomunikasi dengannya berbeda dengan semua orang yang pernah kutemui.
Annette Glory adalah seorang penyihir dengan bakat Legilimency atau pembaca pikiran.
Setiap kali aku pergi ke acara atau mengobrol dengan bangsawan lain, Annette akan menjadi mulutku. Banyak bangsawan terkagum-kagum dan menggapku sebagai Tuan Putri paling beruntung. Terutama memiliki seorang penyihir Legilimen adalah suatu bakat yang amat sangat langka.
Kedengarannya aku memang diberi kemudahan akhir-akhir ini.
Hanya saja aku tidak pernah menurunkan kewaspadaanku pada Annette. Soalnya, Altair lah yang langsung menunjuknya sebagai dayangku.
Aku pernah mendengar saat Altair resmi menjadi Putra Mahkota sekitar tiga tahun yang lalu, hal pertama yang dia lakukan adalah mengumpulkan pasukan penyihir. Beberapa penyihir berbakat di seluruh negeri dipanggil ke istana demi mewujudkan era Kerajaan Sihir dengan level lebih tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlette Lips (TAMAT)
Romance21+ Tuan Ignatius adalah pembunuh yang bertransmigrasi menjadi vampir di negara yang membenci ras vampir. Verona adalah budak bisu yang Ignatius beli saat dia bosan dan lapar. Bukannya merasa kenyang, Verona justru membawa badai kepada bangsa vampir...