11 - Ignatius dan Wabah Kutukan

272 26 4
                                    

Di luar tembok, bermeter-meter jauhnya telah berdiri ratusan tenda para pengungsi yang sekarat.

Sejauh mata memandang, pemandangan hijau hutan telah ditutupi oleh wajah pucat, kulit yang ditumbuhi bercak hitam yang membakar. Serta bagi vampir, ialah bau darah membusuk yang memuakkan.

Sebelumnya aku telah memberi perintah oada Astoria untuk meneliti penyakit para pengungsi. Di dunia ini, Astoria kukenal sebagai saudariku. Meski dia seorang vampir, Astoria memiliki ketertarikan dalam dunia medis. Baik itu untuk manusia atau vampir, Astoria pasti bisa melakukan yang terbaik.

"Tidak salah lagi, ini wabah Kutukan Lapar Esotorik Tuanku." Astoria memberi jawaban tepat lima jam berlalu setelah para pengungsi menyesaki Scarlette.

Jawaban mengejutkan Astoria, seketika membungkam semua anggota Keluarga Scarlette dalam satu tenda.

"Kutukan Lapar?" Zester lebih dulu memecah keheningan. "Apa Bibi yakin? Wabah ini lebih mirip seperti Black Death."

"Tuan Muda Zester. Kalau saya boleh bicara ...." Suara dalam nan berat itu membuat semua orang terfokus padanya.

Sosoknya memang sudah tua untuk seorang vampir. Janggut putih lebatnya, adalah bukti jejak vampir yang menua. Namun, mata merahnya masih menyala. Mengobarkan semangat Keluarga Scarlette yang terhormat.

Beliau adalah pendiri keluarga Scarlette dan menjadi vampir pertama yang mencetuskan agar para vampir hidup dalam suatu komunitas.

Mungkin bagi manusia yang sudah nalurinya hidup bermasyarakat, hal ini tampak biasa saja. Namun, pada mulanya vampir hidup secara individualis. Karena kami sendirian, bangsa kami tak memiliki negara.

Ratusan tahun, vampir tidak memiliki hak yang setara sebagai salah satu makhluk hidup berakal. Kami justru dikelompokkan sebagai sejenis monster liar.

Oleh karenanya, kami mudah ditaklukkan. Difitnah. Lalu dibunuh tanpa keadilan.

Ayahku, Geraldine Abinox Scarlette yang kemudian mengumumkan agar para keluarga vampir bergabung dalam komunitas besar. Sebuah langkah kecil yang bisa mendukungku sampai mampu merenggut wilayah Scarlette sepenuhnya.

"Kutukan Lapar Esotorik dan wabah Black Death memang sulit dibedakan. Bahkan sejak seribu tahun pun manusia masih kesulitan menghadapi dua penyakit ini." Geraldine melirik tajam ke arahku.

Yah, dia memang ayahku tetapi bukan berarti dia sosok penyayang.

Dia melanjutkan. "Seperti yang Ignatius pernah katakan sebelumnya, dunia ini terlalu bergantung pada sihir suci. Para manusia tidak memiliki kesadaran tinggi untuk menjaga kebersihan.

Black Death adalah penyakit yang bersumber dari lingkungan kotor dan hewan pengerat. Namun, seiring sihir berkembang. Wabah digunakan sebagai senjata genosida paling efektif saat suatu negara bermaksud untuk menjajah.

Di momen itulah, Kutukan Lapar Esotorik muncul. Ketika bangkai hewan pengerat dibangkitkan oleh penyihir, manusia yang digigitnya akan mengalami gejala yang sama dengan Black Death.

Cara membedakannya hanya bisa dideteksi oleh sihir suci dari pendeta maupun saintess. Namun, seperti yang kalian lihat putriku satu-satunya, Astoria Scarlette telah menemukan cara membedakan wabah sialan ini."

Astoria menatap sinis padaku. Aku membalas tatapannya dengan wajah riang.

"Atas saran Tuan Kepala Keluarga Scarlette, saya menggunakan seni darah iblis untuk mendiagnosa para pengungsi." Astoria menjelaskan.

Sekarang, masalah selanjutnya adalah wabah Kelaparan Esotorik hanya bisa disembuhkan oleh obat tertentu serta bantuan sihir suci. Namun, dengan banyaknya pengungsi yang lebih memilih meminta bantuan ke Scarlette maka hanya bisa ditarik satu kesimpulan.

Scarlette Lips (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang