16 - Ignatius dan Kesibukkan yang Memusingkan

140 18 0
                                    

"Vampir hina!" desis Count Romanov. "Kau berani-beraninya menculik rakyat Aurum di tanah airnya sendiri!!!!"

Mengapa sampai saat ini bangsa vampir tidak pernah bisa berdamai dengan bangsa manusia?

Yah salah satunya karena manusia seperti ini. Mereka yang berpikiran sempit. Menganggap vampir bagai titisan iblis dari neraka yang hanya tahu mengisap darah.

Mereka yang hanya tahu cara membenci vampir.

"DIAM!!!" Altair membentak dengan kedua mata melotot tajam ke arah Romanov.

Seandainya bisa terbahak puas, setelah melihat wajahnya itu. Dia langsung naik pitam karena rencananya telah gagal.

"Tunjukkan di mana rakyatku. Baik yang sudah sehat maupun masih dirawat. Aku harus melihatnya dengan mata kepalaku sendiri." Altair memberi perintah.

Setidaknya untuk saat ini Altair masih punya otak sebagai Putra Mahkota. "Mari saya antar."

Dalam pikiran Altair, mungkin menaklukkan Scarlette itu mudah. Meski terlihat kuat dan mampu beregenerasi, vampir adalah makhluk yang bergantung pada darah manusia. Kami masih bisa mati jika jantung ini hancur, atau kepala kami terpenggal.

Bagi Kerajaan Aurum yang mengagungkan budaya bangsawan dan kesempurnaan, vampir adalah hama yang harus dibasmi.

Semua manusia di negeri ini berpikiran yang sama.

Yah, aku juga bisa saja hampir menyerah untuk menyelesaikan masalah ini kecuali jika bukan karena bantuan Verona.

Dalam dua hari penuh tepat setelah bangsa vampir bersepakat dengan Cordellia, gadis itu mengirim surat untuk keluarganya dan menjelaskan situasi.

Para vampir bekerja sama membangun tenda pengungsi di tempat yang lebih layak serta beberapa pos pengobatan. Astoria bekerja siang malam tanpa henti membuat obat.

Dengan seribu manusia yang datang mendadak, Zester dan Geraldine berburu monster agar daging mereka bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan darurat.

Sementara Verona yah ... aku harus memaksanya bersembunyi di kastil Scarlette hingga aku mengizinkannya keluar. Dia kesal sekali dan ingin membantu.

Tetapi jika mendengar kisah Cordellia tentang kelakuan bejat Altair, aku bisa membayangkan jika suatu hari matanya tergoda pada kecantikan Verona.

Aku tidak tahu bagaimana dekat hubungan kerabat mereka, tetapi sialnya dunia ini tidak memiliki aturan melarang saudara-sepupu menikah.

Pemikiran dangkal itu masih kental dengan alasan hanya untuk menjaga darah bangsawan tidak tercemar.

"Lu-luar biasa." Salah seorang bangsawan pendukung Altair berdecak kagum melihat keramaian rakyat Scarlette dengan wajah cerah-ceria.

Altair tak memberi komentar saat kami memasuki beberapa tenda di mana pasien denga gejala berat dirawat. Meski dikatakan masih tahap penyembuhan, serta bercak hitam membakar wajah mereka, tetapi rasa sakitnya telah sirna. Ada yang masih bisa tertawa bersama keluarga yang menjenguk.

Bau-bau obat yang begitu kental dan tak akan disadari oleh siapapun. Bahwa ini adalah obat yang diciptakan dengan menggabungkan seni darah Astoria dan sihir suci Cordellia.

Keberadaan Cordellia harus disembunyikan jika tak ingin memancing amarah Altair.

Pria itu kini memang tak mengatakan sepatah kata.

Namun, aku bisa melihat kilat mata biru tajamnya. Giginya bergemeretak hingga dagunya kaku mengeras.

"Rasanya i-ini tidak mungkin!!!" Romanov mendengus dan memandang penuh harap pada Altair.

Scarlette Lips (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang