"Cordellia, kau seorang wanita bangsawan! Jaga kehormatanmu!" Altair memperingatkan.
"Baginda, mana mungkin saya melakukan hal zina seperti itu!" Bahkan Cordellia sudah memasang wajah yang mirip sekali dengan para artis drama profesional yang berperan sebagai antagonis. "Tolong percaya pada saya, baginda. Saya masih tunangan yang setia! Apapun yang terjadi, hanya baginda seorang yang akan saya nikahi."
Cordellia kembali menyuarakan diri di hadapan para warga yang masih mencerna situasi. "Putra Mahkota, Anda kan pernah bilang, kita adalah perwakilan Aurum untuk menengahi konflik antara manusia dan vampir. Kita sebagai calon pemimpin harus memberi contoh agar kita pun bisa menyelesaikan konflik ini dengan damai. Benar kan? Kekasihku Altair?" Cordellia tersenyum puas.
Altair melotot pada tunangannya seakan ingin memakannya hidup-hidup.
"Astaga, aku tidak mengira Putra Mahkota peduli pada kita!" Salah satu pengungsi berkata puas.
"Betapa murah hati Kerajaan Aurum!!!"
"Hidup Aurum! Hidup Scarlette!" Dan bersamaan mereka pun tampak lega serta bersyukur.
Meja telah berbalik. Takdir telah memihak.
Padahal sebelum Cordellia menyelip, aku sudah mempersiapkan kalimat untuk mempertanyakan mengapa Romanov yakin jika aku memanfaatkan Cordellia. Sebab penyakit Black Death masih bisa disembuhkan tanpa kekuatan sihi suci sekali pun.
Memangnya apa lagi yang perlu dicurigai, kecuali jika Romanov sudah tahu penyakit yang diderita pengungsi adalah Kutukan Lapar Esotorik yang hanya bisa disembuhkan dengan sihir suci.
Wabah terlarang yang seharusnya sudah dimusnahkan sejak lama.
Namun, strategi Cordellia juga tidak buruk. Pandangan masyarakat terhadap Scarlette dan bangsa vampir bercampur aduk ke arah yang lebih positif.
Altair tidak punya pilihan lain selain mengikuti permainan ini. Demi menjaga muka dan kehormatan keluarga Kerajaan, dia harus berpura-pura peduli meski itu sedikit.
***
"Nona Verona, sa-saya minta maaf." Zester akhirnya suka rela mengucapkan kalimat tersebut setelah segala kekacauan yang dia perbuat hari ini.
"Tu-Tuan Scarlette saya turut mengucapkan maaf karena tidak bisa menjalankan rencana kita dengan benar." Cordellia ikut tertunduk.
Aku mengangguk. Yah mau bagaimana lagi, setidaknya kami berhasil menutup mulut pihak Putra Mahkota.
Aku melirik ke arah Verona yang sekarang malah mengusap kepala Zester yang kini menangis sesenggukan.
"Huaaa kenapa Nona masih bersikap baik pada saya setelah semua yang terjadi!!!" Sifat kekanak-kanakan Zester muncul juga. "Seharusnya Nona marah dan jangan memaafkan kelakuan saya selama ini, hueee!!! Nona Verona, hati Anda bagai malaikat!"
"Iya iya iya ... sana jauh-jauh!" Aku mendorong Zester agar tidak lagi mendapat usapan di kepala.
Nanti anak itu makin manja ke Verona!
"Aku masih tidak mengerti mengapa Gargoyle itu sepertinya masih mengejar Nona Cordellia?" Astoria dari tadi menahan Gargoyle di dalam pelukannya.
Pada esensinya, jiwa para monster adalah jiwa yang liar. Tidak mudah untuk menjinakkannya.
"Nona Flamel bagaimana tepatnya Anda bisa tersesat di hutan monster?" Aku bertanya.
Cordellia terkekeh dan menggaruk belakang telinga. "A-ah itu karena ... saat aku berkuda ke wilayah Scarlette, aku bertemu dengan kucing bersayap seperti ini. Yah tahu-tahu kucingnya jadi besar dan gaunku diseret ke hutan monster, hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlette Lips (TAMAT)
Roman d'amour21+ Tuan Ignatius adalah pembunuh yang bertransmigrasi menjadi vampir di negara yang membenci ras vampir. Verona adalah budak bisu yang Ignatius beli saat dia bosan dan lapar. Bukannya merasa kenyang, Verona justru membawa badai kepada bangsa vampir...