21 - Ignatius dan Isyarat untuk Bercumbu

156 18 0
                                    

Kala hasrat muncul, akan ada api
dan ketika api muncul, seseorang akan terbakar.
Namun, bukan berarti kita akan mati terbakar

dari lirik lagu P!nk - Try

***

Mungkin karena suasa pesta yang masih hidup di tengah malam.

Atau wajah memelasnya. Menyerah tak berdaya bahkan saat aku membawa tubuhnya ke ranjang.

"Verona, kau demam lagi." Aku menangkup wajahnya dan menekan diriku maju.

Ceruk lehernya pun seharum bunga. Pasti telah disemprot parfum hanya untuk sekali ini.

"Hekkk!!!" Tubuh Verona seketika melemas saat gigi taringku melesak dan mengisap. 

Ah, benar-benar mangsa yang nikmat. Mangsa yang telah dengan suka rela memberi hidupnya. Mangsa yang telah jatuh hatinya. Mangsa yang bergelora oleh nafsu.

Adalah mangsa yang paling matang, manis dan ....

"Hngghh!!!" Hembusan napas kasar Verona menyapu tulang selangka.

Maafkan aku, Verona. Apa terlalu sakit?

Ah, bagaimana ini? Dia sudah terlalu banyak menggoda.

Verona masih berusaha mendorongku menjauh meski hanya dengan tenaga kecilnya. Dia masih dalam pengaruh alkohol dan tampak makin menggemaskan saat wajahnya memerah.

Dia mulai merintih gelisah. Aku menarik wajah itu agar menegak.

Dan kucuri bibir itu tanpa mengindahkan bagaimana Verona berakhir panik.

Aku meraup mulutnya seolah dia adalah napasku satu-satunya. Kuluapkan segala rindu yang tertahan. Kasih yang hanya ingin kucurahkan pada dia satu-satunya.

Dan aku pikir, betapa bodohnya diriku memberinya nama Verona.

Nama penuh ironis itu, kini menjadi buah simalakama bagiku.

Dia adalah budak, dan aku tuannya.
Dia adalah mangsa dan aku pemangsa.
Tanda kontrak di lehernya, satu-satunya bukti Verona bisa bersamaku seperti ini.

Tanpa itu, mana mungkin dia manusia memiliki perasaan tertarik pada vampir?

"Verona, kemari." Aku memanggilnya lembut.

Aku bersandar di kepala ranjang dan menuntunnya agar duduk di pangkuan. Rona merah wajahnya, membuat dadaku terenyuh.

Aku perlahan mulai melepas tali-tali yang mengikat tubuh wanita ini dari gaunnya, "Apa kau tahu hanya ada sedikit bahasa isyarat yang ditemukan di dunia ini?"

Verona menggeleng tak mengerti.

Aku bilang, ada bahasa isyarat untuk gerakan bendera, ada bahasa isyarat untuk bunyi terompet dan ada pula isyarat yang menggunakan pergelangan tangan. Tetapi semua itu hanya akan digunakan saat peperangan.

"Sayangnya, tidak ada bahasa isyarat untuk orang bisu, sebab orang bisu tidak dianggap sebagai masyarakat umum." Aku menghela napas dan mengecup punggung tangan Verona.

Ignatius, apa kau tidak suka caraku berbicara denganmu? Verona menulis ragu-ragu.

Aku tersenyum dan menggeleng. "Tidak kah kau lelah harus menulis setiap kata dan kalimat di telapak tanganku, Verona? Maksudku, kau kan tidak bisu dari lahir."

Jemariku mulai menyapu sisa riasan bibir Verona. "Pasti kadang kau ingin bicara dengan mulut ini, bukan?"

Verona terkejut dengan pertanyaan tersebut. Perlahan dia mulai menunduk dan justru menyembunyikan wajahnya di dadaku. Dia mulai menulis di bahu;

Scarlette Lips (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang