DS 29 : Welcome

119 13 0
                                    


Hayyy, aku balik
Apa masih ada yg nungguin work ini?
So sorry yaa, aku baru bisa nulis cerita lg, lanjutan work ini huhu
Yaudah gitu aja, selamat membaca






***



Hawa dingin terasa begitu menusuk kulit Daniel. Padahal dirinya sudah menggunakan penghangat ruangan. Matanya sedikit terbuka, melirik ke sampingnya. Sang istri tidak ada. Kekhawatiran melanda.

"Sayang, kamu dimana?"

Suara lirih terdengar dari arah kamar mandi.
"Mas, aku disini."

Daniel panik setengah mati, ketika membuka pintu kamar mandi terlihat istrinya terduduk lemah tak berdaya. Di hampirinya tubuh itu, dan ia peluk erat.

"Sayang apa yang sakit?" Tanya Daniel berusaha setenang mungkin, supaya Karina juga tidak merasakan kepanikan.

"Awh, sakit banget Mas. Ayo kita ke rumah sakit."

"Iya Sayang. Aku gendong kamu ya. Kamu masih kuat kan pegangan aku?"

Karina hanya bisa mengangguk, karena menahan sakit yang tengah ia rasakan, ia sampai tak mampu lagi hanya untuk sekedar membalas pertanyaan suaminya.

Dengan tenaga yang Daniel miliki, ia berhasil menggendong sang istri ala bridal style. Meski berat, Daniel masih tetep kuat membawa sang istri ke dalam mobil.

Rintihan terdengar semakin sering di telinga Daniel. Melihat istrinya yang kesakitan rasanya hatinya benar benar terasa sakit.

"Sabar ya Sayang, aku ini udah cepet jalannya."
Lagi dan lagi. Karina hanya bisa membalas dengan anggukan sembari matanya terpejam erat, menandakan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya begitu kuat.

Lalu lintas bisa di bilang cukup lengang, karena memang sudah dini hari.

Hanya sekitar 17 menit, Daniel dan Karina sudah sampai di Rumah Sakit.

Karina langsung di bawa dokter ke dalam ruangan tersendiri, setelah di cek ternyata Karina sudah kontraksi cukup lama, untung saja tidak terjadi pendarahan hebat. Dokter dengan sigap segera mengambil tindakan. Daniel menyetujui segala keputusan dokter, dia hanya bisa berharap yang terbaik untuk istri dan anaknya.

Di luar ruangan, Daniel hanya bisa melantunkan doa sembari harap-harap cemas.

Waktu berlalu, sudah sekitar 20 menit Karina di dalam ruangan. Namun, ruangan tersebut juga belum kunjung terbuka.

Daniel membuka ponselnya, memberikan kabar kepada kedua orang tuanya dan juga kedua mertuanya.


Ceklek


"Bapak Daniel" panggil suster dari balik pintu
Daniel mendongakkan wajahnya yang setengah ngantuk, "Iya Sus, gimana istri dan anak saya?" Tanya Daniel memastikan

Suster tersenyum dan meminta Daniel untuk masuk ke dalam ruangan tersebut
Betapa leganya ia, kala mendapati istri dan jagoannya tengah terbaring di dalam ranjang putih itu. Dengan senyuman cerah Daniel menghampiri keduanya kemudian memeluk erat.


"Selamat ya Pak atas kelahiran putra pertamanya." Ucap dokter Michael, dokter obgyn yang menangani istrinya

"Terima kasih banyak dokter sudah membantu persalinan istri saya. Saya tadi di rumah udah panik banget dok, tapi berusaha saya tutupi. Biar istri saya nggak ikut panik juga."

Dokter Michael mengulas senyumnya, "Sekali lagi kami ucapkan selamat ya Pak, Bu. Saya dan suster pamit. Dan Ibu Karina akan segera di pindahkan ke ruang perawatan ya Pak."

Daniel mengangguk, dan tersenyum sumringah. Ngantuk yang tadi sempat melanda, kini telah sirna kala melihat kedua ciptaan Tuhan yang begitu indah tepat di hadapannya.



***



Karina kini sedang tertidur cukup lelap, Daniel junior juga sedang tidur seperti sang Mama.
Aryandra Daneswara Devanata. Nama itu sudah di setujui oleh Daniel dan Karina tempo hari. Dan panggilan jagoan mereka adalah Devan.
Ah, benar-benar menyenangkan ternyata memiliki seorang anak.

Daniel memperhatikan dengan seksama wajah sang putra, ia juga memindai wajah istrinya. Devan begitu mirip dengan Karina. Karina versi bayi, tak ada mirip miripnya sama sekali dengannya.

Padahal sewaktu membuat dia juga berusaha semaksimal mungkin, namun ia hanya dapat hikmahnya saja.

Daniel tersenyum-senyum sendiri, masih tidak percaya kalau ia kini telah menjadi seorang Ayah, lagi.

Iya, ia tahu memang dia sudah memiliki putra bersama Valin, namun rasanya berbeda. Mungkin karena dulu ia hampir tidak pernah memiliki peran dalam kehidupan Valin. Dan kala itu Daniel masih cukup muda, dan menganggap hal itu cukup asing. Mungkin hal itu lah yang menyebabkan perasaan berbeda.

Tapi ia telah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia tak akan membeda beda kan perlakuan terhadap, Davin dan Devan.

Meskipun Davin juga telah memiliki Mark, tetapi tak dapat di pungkiri, Davin adalah darah dagingnya sendiri.

Devan terbangun dan menangis, menyebabkan Karina juga ikut terbangun. Daniel juga cepat cepat menghampiri putranya, menggendongnya agar lebih tenang. Tapi Devan tidak kunjung diam, Karina yang melihat segera meminta Daniel untuk menyerahkan Devan padanya.

Segera, Karina menyusui sang putra dengan sabar. Walau sambil menahan rasa perih.
Daniel yang melihat antara senang dan tidak tega. Namun mau bagaimana lagi, sudah kodratnya begitu

"Sayang, mau makan?" Tanya Daniel lembut

"Iya Mas, bentar." Jawab Karina sambil memandang sang putra

Devan sudah kembali tidur, Karina segera meletakkan Devan pada box bayinya.

Daniel melayani Karina dengan sabar dan telaten, tak lupa ia menyuapi sang istri

"Makasih dan maaf ya Sayang, kalau aku belum bisa jadi suami yang baik buat kamu." Ucap Daniel sembari mengusap ujung kepala Karina
Karina balas memandang suaminya, "Aku bahagia sama kamu Mas, aku udah banyak bersyukur punya suami kayak kamu. Karena kamu bener bener memperlakukanku layaknya putri."

Daniel memeluk tubuh istrinya yang kini cukup berisi.


"Makasih Kar. Aku bahagia punya kalian."















Udah segitu dulu yaa
Maaf pake banget, work ini jadi gak kelar kelar
See you soon

Sunday, 19 May 2024


Dark Side | [Yeonjun X Karina X Heeseung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang