Gue terpaksa harus hujan-hujanan hingga sore. Kepala gue pusing berat, perut gue sakit, dan gue masih harus menyetir motor dengan menerjang hujan. Ada 20 notifikasi chat di hp yang tidak bisa gue balas sore itu juga. Gue berkendara dengan pelan karena jalan licin. Gue berniat akan mampir ke apotek untuk beli obat demam buat jaga-jaga misalkan nanti malam gue demam, karena gue sudah merasakan kepala yang berat tapi masih bisa gue tahan. Tidak tahunya di apotek gue bertemu dengan Om Angga, dan Tante Dara juga Tokichi di sana.
"Ari..." panggil Om Angga, wajahnya menatap gue dengan sendu. Gue juga melemparkan tatapan sebaik mungkin yang gue bisa, tapi gue tidak bisa menutupi kebenaran yang mana kondisi gue kacau karena kehujanan dan kelelahan.
"Kamu kok, hujan-hujanan," tanya Tante Dara, pasti mamanya Tokichi melihat wajah gue yang pucat. Gue bukan hujan-hujanan Tante, ingin rasanya gue berkata demikian. Tapi badan ini semakin terasa berat, perlahan mata gue mulai buram. Sebisa mungkin gue tahan karena gue mau bilang pada Om dan Tante terkait uneg-uneg gue mengenai Tokichi yang memiliki pacar. Dan gue mau membatalkan pertunangan ini saja. "Aku..." setelah itu gue tidak tahu apalagi yang terjadi. Saat mata ini terbuka, gue sudah berada di rumah sakit di temani oleh Tokichi.
"Akhirnya lu sadar, Ar."
"Gue kenapa, ya?" tanya gue tak bertenaga.
"Lu pingsan selama tiga hari."
"Huh...pingsan kok, tiga hari? Lu ngaco, ya..." kata gue yang dengan suara lemah. Gue merasakan lemas di tubuh, dan berat sekali di sekitar leher gue saat bicara.
"Lu pingsan waktu di apotek dalam keadaan basah kuyup, terus kita membawa lu ke rumah sakit. Tapi lu nggak kunjung sadar. Kita bingung dan panik, soalnya lu gak bangun sampai dua hari, terus hari ketiga ini lu bangun."
"Kita...? Cukup, ucapan lu berbelit dan panjang. Telinga gue sakit."
"Gue panggilkan dokter, ya." Gue tidak kuat bicara, tidak mampu membalas dengan ucapan, gue memilih memejamkan mata gue, tapi dia masih juga berisik. "Ar... Ari, Ari, lu jangan pingsan lagi. Gue mohon!"
Wah, gila. Benar, kebanyakan nonton telenovela, nih, anak dulunya, pikir gue di raga yang lemah. "Gue tidur." Gue memiringkan kepala gue ke kanan dengan badan yang masih di posisi sama yaitu, terlentang. Gue menghindari wajah Tokichi, malas rasanya melihat wajah dia.
"Oh, tidur...baik. Tapi lu janji, ya, bangun lagi?"
"Hem." Gue merasakan Tokichi masih setia di samping gue, gue juga merasakan hembusan napas dia di tangan gue. Gue yang penasaran sedikit membuka mata gue, gue melihat dia tidur di samping ranjang pasien gue dengan tangan dijadikan bantalan oleh dia. Gue tersenyum, tapi seketika gue teringat perbuatan dia dan teman-temanya hari itu di sekolah. Di benar-benar tega dengan gue termasuk Pak Hanif.
Pukul 19.00 WIB, gue makan sup kaldu jamur dengan disuapi Momi gue. Tokichi sudah tidak ada di samping gue. Gue menikmati suapan demi suapan dari Momi gue.
"Nak, kalau tahu Nak Anggun dan papanya nggak bisa melindungi kamu di sekolah sampai seperti ini, tunanganya dibatalkan saja. Kamu bisa pindah sekolah, tapi kehidupan kita akan jauh lebih sederhana dari sebelumnya," ungkap Momi gue. Gue merasakan sakit hatinya Momi gue. Tapi kenapa Momi gue seolah yang berhak mengatur Tokichi dan bokapnya? Pikir gue.
"Papi kemana?"
"Papi mencari uang lebih buat lunasin hutang-hutang. Kami sepakat tidak melanjutkan pertunangan. Kami lebih baik miskin daripada harus kehilangan anak." Jujur gue menjatuhkan air mata, tapi gue memalingkan muka dan mengusapnya. Orang tua gue orang baik yang tidak gila harta, gue yakin mereka hanya tersesat sesaat.
"Nggak! Jangan dibatalkan." pinta Tokichi dari balik pintu pasien kamar gue.
"Nak Anggun," sebut Momi gue. Gue terkejut ada dia disana. Gue kira dia sudah pulang, ternyata masih ada di rumah sakit ini. Dan mungkin saja sedari tadi, dia mencuri dengar. "Lu mau apa?" tanya gue mencicit lirih, dan tumben Momi gue tidak marah saat gue bicara lu ke dia. Mungkin Momi nggak denger.
KAMU SEDANG MEMBACA
END|| Tori Romance || •Djaduk✔️
RomanceEvent Novel Kala Cinta Bersemi Oleh : Penerbitan Dicetakin Tema : Pernikahan Dini Nama Pena : Djaduk Penghargaan: Finalis/juara 5 •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• ☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️ ••••••••••••••••••••...