4. Dia Red Flag atau Deep Talk?

136 61 41
                                    

Setelah sampai di rumah gue segera membersihkan diri. Saat Papi, Momi tanya kenapa gue pulang telat, gue menjawab kalau gue dihukum karena menemani teman yang sebelumnya terkena hukuman. Papi gue yang seorang jaksa tidak terima kalau anaknya diperlakukan seperti itu. Tapi gue mencoba untuk meredam emosinya karena gue sekarang sudah pulang dan bisa istirahat, sudah lebih dari cukup. Gue melihat buku mata pelajaran Fisika gue di meja belajar kamar gue yang memang sebelumnya sudah disiapkan, dan masih berada di tempatnya. Dimana buku gue tidak bergeser sedikit pun dari tempatnya. Tapi kenapa bisa tidak gue bawa, harusnya ada di tas gue pagi ini. Tidak masuk akal sekali, gue yang memiliki kebiasaan menata buku di malam hari untuk pelajaran di hari esok, tiba-tiba saja tertinggal di rumah. Jika buku lainya sudah masuk harusnya mata pelajaran Fisika dan buku tulisnya juga dong? Tapi gue mau menuduh siapa? Dikamar, kan, hanya ada gue, apa iya gue benar-benar lupa, ceroboh sekali. Malam ini pun gue langsung menyiapkan mata pelajaran untuk hari esok dengan teliti. Seperti biasa buku lembar kerja siswa dan buku tulis gue gabung jadi satu, bukan di tumpuk, melainkan di gabung dalam satu lembar LKS yang lain agar tidak terselip di buku yang tidak sesuai jadwal besok.

Sebenarnya walaupun namanya Tokichi, tapi dia ganteng dan manis, di tambah gigi gingsulnya saat tertawa. Tapi kenapa di panggil Tokich, ya? Wajahnya tidak mirip dengan Tokichi Mikuni. Lo! Tadi gue kenapa bilang kalo muka dia mirip sama, Tokichi Mikuni. Duh, bodoh banget gue. Lol! Monolog gue di depan cermin kaca kamar gue sambil menyisir rambut.

Sekitar pukul 20.00 WIB, gue yang sedang belajar kemudian mendapatkan panggilan dari Momi. "Ari... Ar, Ari!" gue pun membalas panggilannya dengan sopan seperti biasanya saat gue berbicara dengan Nyokap gue. Momi bilang ada tamu penting, dan gue harus turun serta berdandan rapi. "Oke, Momi..." sahut gue dengan santun dari dalam kamar karena Momi panggil gue dari luar pintu. Nah, lo...! Lihat, kan, gue menjadi penurut kalau orang tua gue yang suruh, meskipun di luar rumah gue terkesan sarkasme. Apapun gue lakukan selama gue bangun tidur masih melihat mereka. Gue menuruni anak tangga menuju ruang utama keluarga gue. Gue tidak tahu kenapa keluarga gue membawa temannya di ruang utama yang dikhususkan untuk keluarga besar gue saat ada pertemuan atau syukuran.

"Nah...ini dia anaknya," sambut Momi gue saat gue memasuki ruang utama keluarga gue. Gue terkejut melihat dua orang seusia orang tua gue berhadapan dengan gue. Satu pria tinggi besar berkumis memakai jas hitam, dan satu lagi sepertinya itu istri beliau dengan paras awet mudanya, rambut dicepol rapi. "Mom...ada apa, ya, ini?" tanya gue dengan bingung karena sejujurnya, gue tidak pernah melihat tamu ini sebelumnya. Bahkan mungkin, mereka tidak pernah menginjakkan kaki mereka di rumah gue.

"Sini duduk dulu," ajak Momi gue. "Jadi gini, Papi dan Momi sudah menjodohkan kamu dengan anaknya teman Papi dari masa sekolah dulu. Ceritanya teman Papi ini ingin rencana pertunangan kalian dipercepat." Tambah Momi gue dengan halus bertutur ke gue. Meskipun halus, anak mana yang tidak terkejut saat mendengar berita seperti itu.

"Pap tapi, kan, Ari masih kelas satu SMA?" protes gue menoleh ke arah Papi gue. Yang benar saja, gue yang masih sekolah kelas satu SMA sudah dijodohkan. Gue sempat berpikir apa ini karma gue karena mengatakan tadi pagi bahwa Tokichi masih muda sudah di jodohkan, dan ternyata itu malah mengena ke gue. Gue menyesal melakukan percakapan dengan Dita pagi ini terkait perjodohan si Tokichi itu. Harusnya gue tidak asal bicara ke Dita. Meskipun apa yang terjadi hari ini semuanya tanpa kesengajaan, tapi rasanya seperti senjata makan tuan.

"Oh, tidak apa, Nak. Hanya sebuah pertunangan saja sama Anggun," sahut orang tua berkumis itu di depan gue.

"Maaf, nggak mau, Ari!" tolak gue. Gue nggak sempat berbasa-basi dengan tamu penting ini. Gue juga tidak bisa bersopan santun setelah mengalami guncangan sehebat ini. Gila saja, gue yang masih muda harus dijodohkan? Apa kata dunia?

END|| Tori Romance || •Djaduk✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang