Besok paginya gue kebangun dari tidur pulas. Mata gue perlahan terbuka, sesuatu hal yang mengganjal di mata gue alias belek, gue bersihkan. Gue merasa di hadapan gue ada hembusan angin, gue terbangun dengan posisi miring ke kiri. Saat nyawa gue perlahan terisi penuh, gue melihat Tokichi tidur di samping gue—miring kanan—posisi berhadapan. Ternyata kasur yang satunya dibuat tidur oleh sopirnya. Untung saja gue dan dia dipisah oleh guling sehingga tubuh kami terjaga satu dengan yang lain. Tidak ada yang bersentuhan meskipun hanya seujung jari hanya rambut gue saja yang berserakan.
"Glek!" gue telan air liur. Gue melihat Tokichi telanjang dada dengan kulot coklat susu selutut. Gue berpikir apa dia tidak kedinginan, bukankah ada ac, selimut hanya gue pakai sendiri dan juga sopirnya. Kenapa dia tidak tidur dengan sopirnya?
"Eh, buset! Ketiaknya bersih banget." Gumam gue. Hal pertama yang gue lihat adalah, ketiak. Gue menatapnya juga mengukur tubuhnya pakai jari-jemari gue."Dadanya sedikit bidang, perut nggak buncit." Gumam gue lagi. Tidur miringnya itu terlihat nyenyak tanpa suara dari mulut. Gue mulai menyadari bahwa Tokichi ini lebih dewasa dari yang gue kira dibandingkan saat di sekolah. Caranya memperlakukan wanita, memandang wanita, berbicara dengan wanita, sampai tahu cara menyikapi permasalahan keluarga yang rumit seperti perjodohan ini sedangkan, dia sendiri punya wanita yang harus dia jaga hatinya. Gue berpikir, ada kejadian apa di hidupnya sampai anak semuda ini bisa sedewasa itu.
Gue bergegas bangun, mandi lalu dandan. Dandan gue sebatas menyisir rambut, krim pagi, parfum, dan pakai lip tint. Gue melihat dia tanpa kata masuk kamar mandi. Sopir itu bernama, Pak Bondo. Dia juga sudah terbangun dari tidurnya. Dia pamit pergi untuk ke toilet yang berada di luar hotel, dan gue mengiyakannya. Selesai merias diri, gue membaca majalah di atas meja hotel itu dengan posisi rambut yang gue gerai miring dan kursi itu gue putar menghadap pintu keluar. Di samping pintu keluar adalah kamar mandinya. Ada yang bergetar di atas meja, refleks gue melirik melihat sebuah besi pipih dan gue pikir itu milik gue, ternyata bukan. Gue melihat ada notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab sebanyak 20 kali dari Naira. Tidak mungkin di gawai pintar gue ada nama Naira, so, itu pasti milik Tokichi, pikir gue. Gue cuek saja dan tidak memperdulikanya. Selang beberapa detik setelah gue melihat besi pipih itu, si pemilik keluar dari kamar mandi dengan badan yang bersih dan wangi. Tokichi nampak roti sobeknya, dan gue makin yakin kalau dia perawatan serta berolahraga. Spontan gue menutup mata dengan majalah saat melihat perutnya. Oh my god, gue masih kecil, dia tidak kira-kira kalau memakai handuk. Gue melihat sebagian tubuhnya, teriakan batin gue. Bukankah seharusnya dia memakai handuk kimono? Tapi, kenapa pakai yang itu, pikir gue. Gue malu-malu kucing.
"Kenapa? Bukanya tadi sudah lihat?" terang Tokichi dan gue tidak mampu untuk menjawab. "Gue mau ganti pakaian, Ar..." sambungnya lagi.
"Di kamar mandi sana," jawab gue gugup masih menutup wajah dengan majalah. Gue yang masih menutup muka dengan majalah, merasakan hembusan napas menembus kulit jari-jemari gue, rasanya hangat.
"Buka dulu...gue mau ngomong," bujuk Tokichi. Ternyata itu napasnya, gue pun menurunkan majalah itu.
"Deg!" tubuh gue bergetar, jantung gue iramanya tidak teratur, dan membelalakkan mata gue. Wah gila, wajahnya deket banget sama gue! Ya... lu kira saja, siapa juga yang nggak kaget kalau diperlakukan seperti itu. Gue ini masih anak SMA yang dipaksa jadi kakak-kakak pekerja dewasa. Sedangkan pekerjaannya adalah, menjadi tunangannya dan kemana mana harus sama dia seperti, novel bos dan sekretaris. Padahal gue ini bukan istrinya, omg!
"Baju gue di sandaran kursi yang lu dudukin, Ar..."
"Anjir! Sorry, sorry. Gue nggak tahu, Tok." Gue tersadar dan malu sendiri dengan tingkah gue yang tak jelas itu di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
END|| Tori Romance || •Djaduk✔️
RomanceEvent Novel Kala Cinta Bersemi Oleh : Penerbitan Dicetakin Tema : Pernikahan Dini Nama Pena : Djaduk Penghargaan: Finalis/juara 5 •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• ☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️ ••••••••••••••••••••...