Gue ingin Tokichi mengingatnya sendiri, sehingga gue menghindar dan tidur mendahuluinya. Guling masih berada di tengah antara tubuh kami berdua. Ini mah Kakak, Adik, buset! Monolog gue yang tidak mungkin Tokichi mampu mendengarnya.
"Grook...!"
"Eh, buset! Ngorok dia, apa gara-gara habis sembuh dari sakit, ya,'' seru gue sendiri melihat tubuhnya yang sudah tepar di atas kasur dengan tangan terbuka lebar. Gue pun tidur dengan posisi miring membelakangi dia.
"Buak!"
"Aw, sakit!" monolog gue berteriak—memegang pinggul gue dengan posisi sudah di lantai. Tokichi tidur kayak kerbau gue teriak dia nggak bangun juga. Tubuh gue terjatuh akibat tendangan darinya yang cukup keras apalagi dia seorang anggota bela diri. Meskipun tidur tapi tenaganya bagai kuda nil. Gue lihat kasur di penuhi oleh tubuhnya, gue pun memutuskan tidur di sofa lantai kamar gue. Untung saja kamar gue besar dan ada sofa panjangnya.
"Cip, cip... Cuit."
Suara burung di pagi hari yang menyapa kami. Pagi itu gue yang menggantikan Momi menyiapkan makanan untuk kami. Tokichi suka sekali dengan omelet sehingga gue harus belajar membuat gorengan mie dan telur itu. Gue melupakan kejadian semalam, karena bangun pun Tokichi telat, sedangkan pinggul kiri gue masih sakit. Tidur pun semalam gue harus terlentang agar pinggul kiri gue yang jatuh duluan di lantai tidak semakin sakit.
"Kita berangkat, ya, Mom," kata gue berpamitan ke orang yang telah berjasa lahirkan gue ke dunia ini.
"Iya, hati-hati, ya..."
"Baik."
Di sekolah rasanya perasaan gue ini tak enak terus. Gue lihat cewek kalem itu berjalan sendiri. Gue juga melihat Tokichi yang tidak memandang cewek itu sama sekali. Gue pikir mereka kemarin baik-baik saja saat di RS. Tapi, kenapa gue merasa ada yang aneh? Mereka yang asing atau ada yang disembunyikan. Mungkin hanya perasaan gue yang terlalu nethink—negative thinking. Saat jam pelajaran tiba kami mengerjakan seperti biasanya dan melakukan semua aktivitas belajar–mengajar dengan tenang.
Sampai suatu ketika saat gue dan yang lain mulai ujian semester ganjil di kelas XI ini, entah kebetulan atau bagaimana gue terpisah dari Tokichi, dan Naira sekelas dengannya. Saat gue sudah selesai ujian terlebih dulu, iseng saja gue mengintip dari pojok jendela kelas mereka. Gue lihat mereka aman. Tapi, saat gue berbalik melihat mereka kembali seperti dulu.
Tokichi, apa maksudnya! Batin gue melihat mereka dari pantulan cermin yang gue bawa. Terlihat Naira dan Tokichi keluar bersama, lalu Tokichi tersenyum ke arah gue dengan bergandengan bersama Naira. Saat di rumah dia membagi waktunya dengan gue seolah tak terjadi apapun.
"Tadi maksud lu apa?"
"Ciee... sudah berani nanya, ya. Aku pikir akan kamu pendam lagi. Jangan suka memendam, ya, biar kamu nggak dimanfaatin orang lain. Ungkapin aja, aku udah berubah Ari, bukan Tokichi kelas X lagi." Jelasnya ke gue dengan mencubit kedua pipi gue. Gue sengaja tidak bilang soal gue melihat mereka akrab dari cermin yang gue bawa. "Terus..." tanya gue ke dia dengan melipat sempurna tangan gue ke dada.
"Aku deket sama Naira, ingin mencari tahu penyebab sakitnya. Naira memang tidak punya orang tua, tapi dia punya orang tua tiri yang saat ini di luar kota. Hidupnya pun enak, dan kualitas makanannya terjamin. Kamu kira-kira aja, ya, aku kenal dia lama, masak iya, aku terima gitu aja saat dia beri alasan sepele ke kamu, Ar. Apalagi kamu, kan, istri aku."
"Berarti dia bohong dong." Penilaian gue menurut keterangan dari suami gue ini. Tokichi pun menjawab, iya. Tapi bagaimana dengan yang selama ini tak sengaja gue lihat itu. Dia pun menjelaskan segalanya tentang mereka di RS mawar melati. Itu karena Naira ingin dia diberikan kesempatan kedua untuk memenangkan hati Tokichi kembali. Tokichi pun mengiyakan permintaan Naira karena mengingat kita sepakat untuk sembunyikan pernikahan kita. Kesempatan itu Tokichi gunakan untuk menjalankan misinya setelah sebelumnya mendengar keterangan dia yang mengatakan bahwa Naira yatim piatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
END|| Tori Romance || •Djaduk✔️
RomanceEvent Novel Kala Cinta Bersemi Oleh : Penerbitan Dicetakin Tema : Pernikahan Dini Nama Pena : Djaduk Penghargaan: Finalis/juara 5 •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• ☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️ ••••••••••••••••••••...