Happy Reading! Don't forget to click the 🌟!
*
"Sus, tolong!" teriak perempuan yang dengan panik membawa seorang ibu hamil yang ia temui di perjalanan menuju kampusnya.
Beberapa suster yang berada di lobby pun segera mengambil kursi roda, mempersilakan ibu hamil tersebut untuk segera mereka bawa ke ruang bersalin setelah menyelesaikan administrasi nanti.
"Mba, untuk administrasi nya--"
"Waduh," dengan ekspresi panik perempuan itu belum pernah terlibat langsung dalam mengurus administrasi rumah sakit pun bingung.
Ia mengigit jarinya sebentar sebelum akhirnya memutuskan suatu hal, "Diwakilin boleh?"
"Boleh."
Perempuan tersebut bergegas menelfon salah satu kerabat terdekatnya, beruntungnya ga berselang lama bersedia datang.
"Anicel!"
"Bang Cahya!!"
Perempuan bernama Anicel itu lantas bergegas menjelaskan situasi yang terjadi tadi. Beruntung saudaranya itu paham dan bersedia membantu karena keadaan benar-benar darurat.
"Baik, kami akan membawa ibu Melati ke ruang bersalin."
Anicel menghelai nafas lega begitu seorang ibu yang ia bawa buru-buru itu akhirnya dibawa juga. Kayanya mulai hari ini ia harus belajar soal mengurus administrasi di rumah sakit maupun administrasi lain.
Anicel tiba-tiba teringat sebelum ia membawa dengan buru-buru ibu bernama Melati itu, ibu tersebut menitipkan satu nomor yang terpampang dilipatan kertas.
Anicel langsung mencari lipatan kertas yang diterimanya pada satu celana dan segera mengetik nomornya di penambahan kontak.
Dengan rasa ingin cepat-cepat menyelesaikan situasi sekarang karena ia harus ke kampus, tanpa pikir panjang lagi Anicel menghubungi nomor tersebut dan langsung tersambung.
'Halo, siapa?' terdengar sahutan suara laki-laki paruh baya dari seberang.
Anicel menghelai nafas dulu, 'Ini dengan salah satu keluarga Ibu Melati?'
Hening untuk beberapa saat namun, '...Eh itu istri saya, kenapa, ya?'
'Ah itu istri bapak sekarang akan melahirkan, saya--'
'TOLONG BERITAHU SAYA DI MANA RUMAH SAKITNYA, SAYA SEGERA DATANG!'
Anicel hampir kehilangan indra pendengarannya karena suara teriakan dari seberang. Untung saja ia segera menjauhkan ponsel dari telinganya.
Sambungan telpon terputus setelah Anicel memberitahu alamat lengkap rumah sakit. Ia lantas menghampiri saudara nya yang duduk tak jauh darinya.
"Bang Cahya, makasih, ya. Nicel ngerepotin lagi. Abang pasti lagi kerja." Anicel ngerasa ga enak karena beberapa kali menganggunya, tapi gimana lagi, cuma nama saudaranya itu yang terlintas di pikirannya.
Pria yang baru memasuki umur seperempat abad itu tersenyum, "Sama-sama, ga apa-apa, abang juga lagi santai."
Ga berselang lama, seorang pria datang dengan penampilan yang ga bisa dibilang rapi tapi tetap berwibawa. Ia terlihat kebingungan.
"Loh, Pak Bahrman?" Cahya sedikit terkejut karena atasannya berada di sini dengan kondisi kebingungan.
Yang dipanggil Bahrman itu pun mengenali salah satu karyawannya, "Cahya, istri saya bersalin, kamu tau di mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANICEL
Teen FictionCrush? Rata-rata orang mempunyai seseorang yang dikaguminya, begitu juga Anicel. Anicel yang hanya bisa mengagumi seseorang dari update-an sebuah postingan, tapi entah kenapa banyak kebetulan hadir di saat ia bertemu cowok menyebalkan. "Orang tua lo...