Selesai mengantarkan Eva di kamarnya, Deka mengurungkan niat untuk membujuk sang istri karena ada suatu hal yang harus ia perbincangkan bersama sahabatnya.Perbincangan ini tentu saja tanpa melibatkan Rendi, mengingat dia akan menjadi topik utama dalam pembahasan tersebut.
Sayang seribu sayang Arga dan Nando tampaknya tak bisa hadir dikarenakan mereka sedang ingin pergi menikmati waktu bersama Disa di sebuah tempat. Kini hanya tersisa Genta.
"Jadi, apa yang mau lo omongin?" tanya Genta setelah lama terdiam.
Deka meremas kuat pembatas besi dari balkon kamar Genta, lalu menoleh ke arah sahabatnya sambil menghela nafas.
"Lo ngerasa ada yang aneh sama Rendi?"
Raut cowok di hadapan Deka itu langsung berubah, alisnya hampir bertautan dengan pikiran liar.
"Gak ada sih," jawab Genta masih ragu.
Deka membuang muka merasa tidak puas atas jawaban tersebut. Bagaimana bisa Genta tidak merasakan keanehan, sedangkan dirinya saja akhir-akhir ini menyadari hal itu.
Setelah beberapa menit. Suara Genta berhasil membuat suami Aya itu tertegun sejenak.
"Iya, gue baru inget. Rendi emang aneh, dan anehnya bukan cuman sekali, tapi berkali-kali."
Rahang Deka mengeras mendengarnya. Pandangannya berisi kemarahan besar, rasa bingung serta penasaran dari Genta lantas muncul begitu saja saat melihat respon sahabatnya itu.
"Emang ada apa sih? Kok lo nanya begituan?" Raut penuh tanya terpampang jelas di wajah tampan Genta.
"Rendi ngehianatin gue." Cowok berkemeja warna purple dengan dalaman kaos putih langsung tercengang mendengar pernyataan dari Deka.
Saat mengatakan itu, perasaan sudah sangat campur aduk. Detak jantungnya berdetak tak karuan menahan amarah yang masih berkumpul di hatinya.
"Hah? Maksud lo gimana? Gue gak ngerti," jawab Genta tertawa hambar.
"Rendi hianatin kita!" sahut Deka lantang. Matanya ikut melebar membuat cowok di depannya menelan ludah.
Setelahnya Genta masih juga belum mengerti mengapa Deka menyimpulkan hal yang tidak jelas. Ia menyugar rambutnya ke belakang, lalu kembali menatap Deka.
"Jelasin ke gue, kenapa lo bisa nyimpulin kayak gitu. Gue gak paham," ucap Genta.
Deka menarik nafas kemudian membuangnya. Bibirnya mulai berbicara panjang lebar mengenai sikap aneh yang Rendi lakukan terhadap Aya.
Bermula saat dimana Eva dirawat di rumah sakit sehabis ditusuk pisau. Ketika dirinya ingin pergi pulang menemui Aya, Deka sangat paham arah pembicaraan Rendi yang seperti menyudutkan istrinya.
Berlanjut di club, Deka ingat betul jawaban Rendi atas pertanyaannya mengapa cowok itu membenci Aya. Dia menyebut Aya sebagai pengganggu, dan jawaban yang membuat Deka kurang percaya adalah saat Rendi mengatakan kalau Aya suka menjahilinya. Padahal Deka tahu bahwa Aya sangat jarang dekat dan berkomunikasi dengan anak Delax kecuali dirinya dan Genta.
Dan yang terakhir, detik-detik dirinya hampir pingsan akibat mendapat pukulan bertubi-tubi dari Gavier, telinga Deka masih menangkap jelas ucapan sang musuh mengenai penghianat yang berkeliaran di sekitarnya.
Genta mengangguk paham. Penjelasan dari Deka lantas memunculkan ingatan-ingatan beberapa bulan yang lalu mengenai sikap sahabatnya itu.
"Sekarang rasa penasaran gue terjawab," ucap Genta membuat Deka menatap penuh tanya.
"Di waktu yang sama saat Eva dirawat di rumah sakit, gue mampir ke makam Syena. Gue gak tahu kalau ternyata di sana juga ada Rendi jengukin makam ibunya. Sebenarnya gue pengen datang ke dia buat nenangin, tapi gak jadi karena dia curhat sambil nangis-nangis gue gak mau ganggu. Yang bikin gue penasaran, dia bilang mau balas dendam karena dulu suka dibully sama seseorang. Gue gak tau siapa orang yang dia maksud."
KAMU SEDANG MEMBACA
USAI? (On Going)
Teen FictionBIAR GAK BINGUNG SAMA ALUR, SILAHKAN BACA JODOH UNTUK DEKAYAS TERLEBIH DAHULU!! Semenjak mengetahui kabar kehilangan istrinya, dunia Deka terasa hampa. Rasa bersalah bagaikan bayangan yang selalu mengikuti, menguntitnya tiada henti. Suara tangisan...