16. Kita Sahabat

68 14 51
                                    

Waktu menunjukan pukul dua, bel pulang kembali bernyanyi, menciptakan senyum kebahagiaan pada semua murid. Zalya segera mengemasi bukunya, memasukkannya ke dalam tas.

"Dit, kita ke rumah sakit, yuk, jenguk Clara!" ajak Zalya pada lelaki yang masih duduk di belakangnya.

"Setelah semua yang dia perbuat padamu, Lya?" ucap Aditya, ia nampak masih membenci sosok yang telah membuat wanita yang dicintainya celaka.

"Aku tidak membencinya," ucap Zalya.

"Iya, Dit, sejahat apa pun Clara, kita tetap sahabatnya," timpal Sarah.

Aditya tidak bisa mencegah niat baik mereka, ia menyetujuinya dan mereka pun bersiap berangkat ke rumah sakit, tempat Clara dirawat saat ini. Aditya berangkat bersama Zalya, dan dibuntuti Sarah dengan mengendarai motornya.

Sesampainya di rumah sakit, Clara tengah terbaring dengan banyaknya luka pada lengan dan kakinya. Bagaimana kagetnya, ketika ia mendapati Zalya membuka pintu ruangan, tempat ia dirawat saat ini. Disusul oleh Aditya dan Sarah dari belakang.

"Apa kabar, Ra!" sapa Zalya pada gadis yang tengah terbaring penuh luka tersebut.
Clara tidak menjawabnya sedikit pun, ia terlihat malu, ketika yang datang menjenguknya adalah seseorang yang ia lukai hingga berdarah-darah.

"Syukurlah kamu baik-baik saja, Ra, kamu tau? Bagaimana paniknya kita, ketika mendengar kamu berada di angkot yang kecelakaan itu," ucap Zalya penuh antusias.

Namun, Clara tetap saja tidak berbicara sedikit pun. Ia malah memalingkan pandangannya dari Zalya, yang kemudian kembali menatap samar gadis yang sudah ia bully kemarin. Tatapannya penuh penyesalan dengan netra yang berkaca-kaca.

"Lya, setelah apa yang gue lakuin kemarin, dan lo masih mau jenguk gue?" lirih Clara dengan suara yang bergetar, menahan kesedihannya.

"Kamu tetap sahabat aku, Ra," ucap Zalya.

"Gue minta maaf sama lo, atas semua perbuatan gue waktu itu, gue dikuasai ego dan kecemburuan, gue ... gak bermaksud melukai lo, Lya," ucap sesal Clara, yang kini meraih tangan Zalya.

"Dan gue yakin, semua yang menimpa gue saat ini, adalah karma atas perbuatan gue sendiri ... gue menyesali semuanya, Lya, gue minta maaf, maafin juga Joe dan Cherly, mereka tidak bersalah ... gue yang salah!" Lanjutnya.

"Sejak awal, aku sudah maafin kalian," jawab Zalya setelahnya. "Kita sahabatan lagi, kan, seperti dulu?"

"Tentu, Lya!" Clara yang kini tersenyum sembari menghapus air mata yang membasahi pipinya.

"Ini yang gue mau, kita akrab seperti dulu!" ucap seorang lelaki yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan, bergabung dengan mereka.

"Roy!" gumam Clara.

"Gue juga minta maaf sama lo, Ra, dan juga Lya ... andai gue tidak melibatkan perasaan di dalam persahabatan kita, pasti tidak akan ada yang menjadi korban pembullyan, ataupun kebencian ... kini gue juga sadar, gue cinta sama Clara, namun gue tidak bisa jauh dari Zalya. Itu yang menyebabkan konflik di antara persahabatan kita sebelumya, gue sayang sama kalian semua ... sebagai sahabat," ucap Roy

"Sekarang, kita kembali seperti dulu ... sebagai sahabat yang selalu melindungi satu sama lain, hal buruk yang sudah terjadi, jangan sampai terulang lagi," tegas Sarah, si paling dewasa di antara mereka.

"Gue juga setuju, sama Ummu Sarah ... si calon ibu dari anak-anakku," timpal seseorang yang berjalan masuk, bergabung dengan percakapan mereka.

"Dafa!" ucap mereka serentak. Lantas Sarah mengernyit sebal, ketika Dafa terus menerus menggodanya.

Semuanya kembali menjadi suasana yang membahagiakan. Dihiasi tawa riang dengan lontaran dialog, yang semakin menghangatkan suasana di dalam persahabatan mereka. Zalya, gadis dingin itu benar-benar tertawa bahagia. Yang mana, tawanya tersebut dapat disebut moment langka oleh mereka—orang-orang terdekatnya. Tanpa ada keegoisan lagi, akhirnya persahabatan mereka kembali utuh.

ELLEZALYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang