10. Hancur dan Tumbuh

89 31 21
                                    

"Nungguin siapa, sih, dari tadi berdiri di situ?" tanya Clara yang kini muncul dari arah belakang— menghampiri Zalya yang tengah berdiri di parkiran sekolah.

"Nungguin Roy!" jawab gadis bersurai hitam dengan ekspresi datarnya— seperti biasa.

Mendengar itu, lantas Clara mendengus sebal, kemudian tertawa kecil. Berdiri di depan Zalya sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Lo memang sahabat gue, Lya. Tapi dengan adanya lo, hubungan gue dengan Roy gak berjalan mulus," pekik Clara yang pandangannya menatap tajam ke arah lawan bicaranya.

"Apa maksud kamu, Ra?" tanya Zalya, gadis itu sama sekali tidak mengerti apa yang berusaha diungkapkan Clara.

"Lo gak tau, gue ceweknya Roy ... Apa dia gak cerita sama lo, kalo gue pacarnya dia, kita menjalin hubungan sudah lebih dari satu bulan!" tegas Clara.

Zalya terdiam sejenak. Ia memang tidak tahu menahu mengenai hubungan keduanya yang ternyata bukan sekedar sahabat.
"Aku gak peduli kalo dia cowok kamu atau bukan, aku sama sekali tidak mempermasalahkannya, karena aku juga sama sekali tidak pernah mengusik hubungan kalian, kan," ucap Zalya apa adanya.

"Jelas lo mengusik hubungan gue, Lya, secara tidak sadar, lo selalu berduaan dengan Roy, setiap hari berangkat dan pulang sekolah, kan, bahkan dia rela menghabiskan waktu liburnya bersama lo di kampung Kakek lo itu, kan?" tegas Clara penuh emosional.

"Lo mana paham posisi gue saat ini, Lya, sakit ... sakit, melihat lelaki yang gue sayangi lebih memprioritaskan cewek lain!"  ucap Clara yang kini disertai dengan air mata yang nampak memenuhi pelupuknya.

"Aku sama sekali tidak tau kalau ternyata kalian ada hubungan yang lebih dekat daripada sekedar sahabat. Lagi pula, aku sama sekali tidak ada rasa apa pun terhadap Roy, aku sungguh tidak tertarik akan percintaan!" ucap Zalya yang kini memegang lengan kakak kelasnya itu.

"Lo mungkin memang gak ada rasa lebih sama Roy, tapi dia sebaliknya ... dia menyimpan dua orang dalam satu hati, dan dia gak akan pernah jauh dari lo ... maka dari itu, aku mohon, Lya ... jauhi Roy demi gue ... Kalo lo gak mau disebut sebagai jalang!" tegas Clara sembari melepaskan kasar genggaman Zalya dari lengannya.

"Bila lo gak nurutin kemauan gue, ingat ... gue gak akan segan-segan mencelakai lo!" Final Clara yang kini melenggang pergi, meninggalkan gadis bersurai hitam sendirian, mematung dengan relung yang masih memutarkan ucapan Clara yang sungguh di luar dugaannya.

Akhirnya gadis itu berjalan, keluar dari gerbang sekolah— menuju jalanan. Berhenti sejenak hanya untuk menunggu angkutan umum yang akan lewat.
"Kalo hubungan Roy dan Clara sudah satu bulan lebih, lantas kenapa di minggu lalu, Roy sempat mengutarakan perasaannya di hadapanku," monolog Zalya.

Gadis itu melonjak kaget ketika mendapati seseorang tengah tersenyum di hadapannya. Bukan hantu, ia adalah teman sekelasnya yang bernama Aditya.

"Sejak kapan kamu ada di situ!" pekik Zalya  dengan bersungut-sungut sembari memegangi dadanya yang tiba-tiba berdetak kencang. Rasa kagetnya melebihi saat ia mendapati hantu yang selalu muncul di hadapannya.

"Sejak kamu melamun gak jelas," jawab Aditya yang kemudian terkekeh pelan. "Ayo naik!" lanjut si lelaki dengan perawakan tinggi kekar, yang banyak digemari anak-anak kelas dua belas.

"Ke mana?" tanya Zalya, malas meladeni cowok seleb seperti Aditya.

"Ke rumah kamu, biar aku anterin kamu pulang. Aku tau, Lya, Roy lagi bareng sama Clara tadi, dan pastinya kamu pulang sendirian," ujar Aditya.

Memang nampak seperti ada maunya. Namun, gadis itu tidak punya pilihan lain selain menerima ajakan Aditya. Pulang dengan cowok seleb di sekolahnya, dari pada harus menunggu angkutan umum di bawah panasnya terik matahari, yang pastinya akan membuat gadis bersurai panjang itu, jatuh pingsan.

ELLEZALYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang