14. Semua untuk Zalya

76 24 44
                                    

Di ruang UKS, gadis dengan surai hitam yang terpotong berantakan, tengah dibaringkan. Zalya masih tak membuka matanya, entah berapa lama gadis itu tak sadarkan diri dalam keadaan yang mengkhawatirkan.

"Lya, siapa yang bikin kamu seperti ini," gumam Sarah yang tak hentinya menangisi sahabatnya yang terbaring lemah. Bu Mila segera membersihkan dan mengobati luka lecet pada paha dan betis gadis malang itu.

Sementara Aditya, lelaki dengan perawakan tinggi itu bergegas pergi, setelah membaringkan Zalya di ranjang UKS. Langkahnya tergesa-gesa menaiki anakan tangga, melewati koridor yang kosong, menuju sebuah ruangan di lantai tiga yang berdekatan dengan kelas dua belas.

"Besar kecilnya, semuanya pasti terungkap," monolog Aditya.


☆*.☽ .*☆


"Mohon perhatian! Kepada siswi yang namanya dipanggil, ditunggu di ruang BK, Clara Nikayla kelas 11 B, Joe Morina kelas 11 B, dan Cherly kelas 11 B ... sekali lagi ... ditunggu di ruang BK!"

Bagaimana suara pengumuman yang terdengar ke semua penjuru kelas dapat kembali menggemparkan seisi sekolah. Konsentrasi belajar kembali dibuat teralihkan, menjadi perbincangan di tengah pembelajaran. Begitu pun dengan si pemilik nama yang dipanggil barusan, mereka nampak tegang dengan perasaan tak karuan. Ketiganya tahu pasti mengenai gerangan mereka dipanggil untuk datang ke ruang BK, atas semua yang telah dilakukannya pada Zalya beberapa jam lalu.

"Lo ngelakuin kesalahan apa, Ra, sampe di panggil ke ruang BK?" tanya Roy pada gadis yang masih duduk tegang di sebelahnya.
Namun, Clara tidak menjawabnya sepatah kata pun. Gadis dengan surai pirang bergelombang itu, nampak terdiam dengan kepala yang tertunduk. Ia sangat takut akan marahnya Roy, ketika lelaki itu tahu kesalahan yang ia perbuat pada sahabat masa kecilnya.

"Clara, Joe, Cherly! Bukankah kalian mendengarnya, cepat ke ruang BK, sekarang!" ucap Pak Guru yang tengah mengajar di kelas mereka.

Semua mata tertuju pada ketiga gadis tersebut. Clara membuang napas gusar, lantas ketiganya berjalan meninggalkan kelas, menuju ruang BK. Sesampainya di ruang BK, di sana nampaknya sudah ada kepala sekolah, Bu Mila, wali kelas 11-B, dan juga Aditya. Tatapan mereka cukup mengerikan, kala ketiga gadis tersebut telah memasuki ruang BK.

"Bapak minta penjelasan kalian, alasan kalian melakukan pembullyan atau kekerasan pada adik kelas kalian sendiri!" pinta Umar— kepala sekolah SMA Pesona Karya. Ketiga gadis tersebut tidak menjawab sepatah kata pun, mereka nampak berdiri mematung, dengan pandangan yang tertunduk.

"Ngaku saja kalian! Kami di sini sudah mengetahui aksi bejad kalian, kamu membawa Zalya pergi, ketika aku dan Zalya tengah berjalan menuju kantin untuk sarapan, tidak mungkin kamu membawanya tanpa ada alasan tertentu!" pekik Aditya.

"Kita tidak tau apa-apa tentang Zalya!" ucap Clara, berbohong.

"Tidak akan ada yang percaya kebohonganmu itu, kamu pikir, sekolah kita ini minim pasilitas?" ucap Aditya, yang kemudian ia memperlihatkan sebuah rekaman video pada handphone-nya, yang beberapa menit lalu ia rekam dari ruang CCTV sekolah.

Flash back

Langkahnya tergesa-gesa menaiki anakan tangga, melewati koridor yang kosong, menuju sebuah ruangan di lantai tiga yang berdekatan dengan kelas dua belas.

"Besar kecilnya, semuanya pasti terungkap," monolog Aditya. Lelaki berperawakan tinggi itu mengetuk pintu yang bertuliskan 'Ruang CCTV sekolah'.
Hanya ada penjaga ruangan tersebut, lantas Aditya menjelaskan apa maksud kedatangannya.

ELLEZALYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang