26. Garis Ratu Terakhir

47 15 51
                                    

Keputusan memang sudah bulat. Kesepakatan masa lalu kini akan terlunasi. Perlahan tangan kekar Dhaneswara mengangkat pedangnya--bersiap untuk menusuk perut gadis di hadapannya.  Rajendra memalingkan pandangannya, tak sanggup melihat gadis yang akan dibunuh oleh ayahnya secara langsung.

Begitu pun Aditya, air matanya tak berhenti mengalir, ia menundukkan pandangannya dengan mata yang terpejam. Kaki dan tangannya terasa bergetar. Semuanya akan terasa begitu menyakitkan, ketika dirinya memang tidak bisa berbuat apa-apa untuk gadis yang dicintainya.

"Selamat tinggal puteri Elleza! Sampaikan salamku untuk Raja Nirwa Nugraha!" ucap Raja Dhaneswara yang kini bersiap untuk menusuk perut gadis di hadapannya.

Kedua netra milik Zalya, menatap tajam ke arah lelaki paruh baya yang akan membunuhnya. Perlahan senyumannya terbit kala perutnya merasakan dingin dari pedang milik Dhaneswara. Iya! Raja Dhaneswara telah berusaha sekuat mungkin untuk menusuk perut sang gadis dengan pedang tajamnya. Namun, kenapa rasanya amat keras. Perut Zalya sama sekali tidak bisa ia tusuk. Beberapa kali Raja paruh baya itu mencoba menusuknya. Namun, tetap saja. Malah pedang gagahnya yang kini terbelah menjadi beberapa keping.

Semua mata yang terpejam kembali membuka kelopaknya untuk menyaksikan apa yang terjadi. Beberapa kepala yang tertunduk, kini kembali mendongak. Semua orang tercengang, kala melihat gadis itu sama sekali tidak bisa dibunuh. Bahkan menggunakan pedang legendaris milik sang Raja. Malah pedangnya yang terpecah.

Sulit bagi semua orang untuk mempercayainya, bahkan Dhaneswara nampak terdiam yang kemudian berjalan mundur--menjauhi gadis yang masih berdiri dengan anggun di hadapannya. Dhaneswara menggeleng samar dengan netra yang masih menatap nanar ke arah Zalya.

Saat itu juga, sebuah cahaya keluar dari tubuh Zalya yang membuat semua mata tak kuasa untuk menyaksikannya langsung, karena terlalu menyilaukan mata. Perlahan cahaya tersebut berubah menjadi sosok naga putih dengan sayap yang terlentang indah, ekornya panjang, dengan sisik yang berkilau menghiasi seluruh tubuhnya.

Melihat itu, ribuan orang yang hadir di dalam maupun di luar istana nampak tertunduk, bahkan ada yang berlutut pada naga putih yang keluar dari tubuh gadis yang berusaha dibunuh Dhaneswara. Bukan hanya rakyat yang berlutut pada naga putih tersebut, bahkan Dhaneswara sendiri ikut berlutut.

"Ampuni aku, yang mulia Raja Dragana! Raja yang sesungguhnya dalam negri Raksa Bumi!" ucap Dhaneswara yang nampak memuji naga putih yang keluar dari tubuh sang gadis.

"Raja Raksa Bumi?" beo Zalya. Relungnya begitu terasa pusing dengan banyaknya kejadian di hari ini, terutama dengan banyaknya pertanyaan yang berputar di dalam benaknya saat ini.

Naga putih berukuran besar itu dengan sekejap, berubah menjadi sosok pria berjubah putih yang pernah menolong Zalya waktu itu. Ketika Zalya diserang oleh dua pria berjubah hitam di ruang tengah rumah tua Wiranto beberapa hari lalu. Naga putih yang diketahui bernama Dragana tersebut mengangkat dagu milik Zalya dan tersenyum ramah. Lalu ia bersiap untuk menceritakan mengenai dirinya pada Zalya, juga pada ribuan orang yang hadir di sana.

Dragana adalah naga legendaris yang berasal dari dunia ghaib tersebut--kerajaan Raksa Bumi. Naga putih yang bisa menjelma menjadi manusia--ia adalah Raja pertama kerajaan Raksa Bumi dan ia sendiri yang mendirikan kerajaan tersebut.

Dragana adalah sahabat Prabusarya--Raja pertama kerajaan Cahya Tunggal. Mereka berteman sedari kecil, hingga membuat kerjasama yang besar, yakni mendirikan sebuah kerajaan masing-masing, dengan saling membantu satu sama lain.

Kerajaan Cahya Tunggal berdiri di atas kerajaan Raksa Bumi, karena memang dunia manusia berada di atas dunia ghaib yang menjadi tempat asal Dragana. Kedua kerajaan tersebut berjalan dengan sangat makmur, dengan adanya kerjasama yang harmonis antara Raja Dragana dan Raja Prabusarya.

ELLEZALYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang