34. Takdir Menyatukan Kembali

42 8 21
                                    


Semua orang hanya bisa bersorak memberi semangat pada Aditya. Pertarungan pedang yang memang cukup kuat di antara keduanya. Mereka sama-sama gesit. Ternyata satu tahun berlatih pedang cukup keras, nyatanya dapat membangun jiwa Aditya menjadi lebih gagah dan perkasa.
Suara pedang saling beradu di tengah riuhnya sorakan para makhluk bumi yang menjadi pendukung Aditya. Keduanya imbas, mereka sama-sama kuat dalam pertarungan pedang.

Hal itu membuat Gorra geram, ia berhenti sejenak untuk mengambil napas serta mempersiapkan energinya yang besar. Perlahan Gorra mengeluarkan mantra pada pedangnya hingga asap hitam keluar dari kedua tangannya. "Kamu bukan lawanku!" pekiknya.

Dengan sekejap, Gorra kembali menyerang Aditya, yang kini berkekuatan lebih besar. Tentu membuat Aditya tidak bisa mengimbangi kekuatan Gorra, ia hanya manusia biasa dengan satu-satunya pedang yang menjadi senjatanya. Energi hitam yang dikeluarkan Gorra menyeret serta melempar tubuh Aditya, hingga pedangnya terlepas dari genggamannya.

Dengan gesitnya, Gorra melompat ke hadapan Aditya yang tersungkur tanpa daya, kaki kanannya menginjak kepala milik Aditya dan tangannya bersiap mengangkat pedang yang akan ia tusukkan pada punggung lelaki yang tersungkur di bawahnya. Jeritan histeris kini memenuhi aula, kala mereka menyaksikan Aditya sudah tak bisa berbuat apa-apa.

Gorra tertawa puas, mengangkat pedangnya dan bersiap untuk menusuk punggung Aditya. Saat pedang milik Gorra mengayun, lantas Zalya berlari ke arah mereka untuk menyelamatkan Aditya. Sekuat tenaga ia berlari dan menyeret tubuh Aditya hingga pedang tersebut menusuk tepat pada perut kiri miliknya.

Aditya terseret ke depan tiga langkah dari posisi Zalya yang kini terbaring dengan pedang yang menancap pada perut kirinya.
Semua orang menjerit histeris, tangisan memenuhi aula istana. Aditya yang melihat itu lantas dengan segera merangkak dan membawa Zalya ke dalam pangkuannya. Tangisannya tak dapat ditahan, Aditya menangis sejadi-jadinya dengan wajah yang ia tenggelamkan pada kening gadis yang ada di pangkuannya.

Gorra tertawa puas melihat semua kemenangan yang ada di hadapannya, ia melenggang pergi dari hadapan mereka, dan terbang ke arah singgasana kerajaan serta mendudukinya.
"Wahai para makhluk Raksa Bumi! akulah pemimpin yang semestinya, tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkan aku!" ucap Gorra dengan lantang di hadapan ribuan rakyat yang masih berdiri di tepian aula.

Tidak ada satu pun yang menanggapi ucapan Gorra, mereka semua hanya terdiam dengan pandangan yang tertunduk. Hal yang selalu mereka takutkan nyatanya kini terjadi secara nyata. Keluarga kerajaan tidak ada yang tersisa, penerus kerajaan kini dikuasai oleh Gorra selaku penjaga batasan yang memisahkan wilayah Raksa Bumi dengan wilayah luar.

Sementara Aditya, ia masih menangisi Zalya yang masih berada dalam pangkuannya. Ia tidak rela jika gadis yang dicintainya pergi lebih dulu meninggalkannya. Zalya benar-benar belum pergi, bahkan Aditya masih merasakan hembusan napas yang keluar dari hidung si gadis.

"Zalya kamu bangun, ya, aku gak mau jika harus kehilangan kamu selamanya!" ucap sendu Aditya.

Saat itu juga, perlahan Zalya membuka kelopak matanya dan menatap nanar ke arah wajah Aditya. "Maaf, Dit, aku gak bisa bertahan lebih lama lagi, semua begitu terasa menyakitkan," ucap Zalya dengan suara yang tidak stabil, dirasa ia sudah tidak kuat lagi untuk berkata-kata.

"Kamu kuat, Lya, kamu harus bertahan lebih lama lagi, kita bahkan belum bersama ... dan kamu belum menepati amanah yang diberikan leluhurmu itu," ucap Aditya, berusaha menguatkan Zalya yang berada di ambang kematiannya.

"Maaf, aku tidak bisa menunaikan amanah itu, maafin aku," rintih Zalya.

Dalam keremangan pandangannya, ia melihat Dragana muncul di hadapannya, disusul oleh Prabusarya yang juga berdiri di sebelahnya. Tak lama setelah itu muncul seorang raja yang tak lain adalah Nirwa Nugraha, bersamaan dengan putrinya yakni Nyi Sukma Ayu Cahya Purnama, dan terakhir seseorang yang ia kenali ikut bergabung di antara mereka, ia adalah Wiranto.

ELLEZALYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang