30. Melepas Kerinduan Tanpa Kata

41 13 47
                                    

Sinar pagi berhasil menerobos jendela dengan tirai-nya yang terbuka. Membuat Zalya terbangun dari tidurnya yang begitu lelap dalam kenyamanan kamar yang sangat ia rindukan. Sulit baginya untuk beranjak bangun dari tempat tidur yang sudah lama tidak ditempatinya.

Tak lama Fania datang--memasuki kamar Zalya, dan duduk di tepian ranjang. Lantas gadis itu bangkit dan merangkak untuk duduk di sebelah Fania. Sapaan pertama yang Zalya lakukan untuk Fania hanyalah sebuah senyuman.

"Apa yang menyebabkan kamu kehilangan suaramu, apa yang telah dilakukan seseorang kepadamu hingga menjadi seperti ini?" tanya Fania, menatap gadisnya dengan tatapan yang sendu.

Tidak ada jawaban apa pun, Zalya hanya terdiam dengan menggigit bibir bagian bawahnya. Bagaimana pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang sangat ia hindari. Sekarang ia mengerti, kenapa Rajendra membuat suaranya menghilang.

Fania membuang nafas panjang. Ia nampak berjalan ke arah lemari buku dan mengambil benda yang tidak asing bagi Zalya. Kini wanita berusia paruh baya tersebut kembali duduk di samping putrinya, seraya menyodorkan benda tersebut yang tak lain adalah buku sejarah keraton. Ketika mendapati buku tersebut ada pada Fania, lantas kedua netra gadis itu membulat, menatap ke arah mimik wajah Fania yang menampakan ekspresi datarnya.

"Mama sudah mengetahui semuanya, dan itu hanya mama yang tau, tidak dengan ayahmu!" ucap Fania pada gadis yang duduk terdiam di sebelahnya.

Gadis itu hanya menautkan kedua alisnya, kala mendengar pernyataan tersebut yang keluar dari mulut sang Mama. Semuanya bukan menjadi awal yang baik jika Fania sudah mengetahui seluk beluk apa yang terjadi. Kini Fania hanya bisa memijat pelan pelipisnya, membuang nafas panjang hanya untuk menetralkan dirinya agar tetap bersikap tenang di atas permasalahan yang amat sulit untuk dilalui.

Kini tangan Fania membelai lembut surai hitam Zalya, menatapnya dengan tatapan nanar dengan senyuman yang dipaksakan nya. "Leluhur kita jahat ya, Za, mereka bahkan melibatkan kamu dalam kesalahan yang mereka perbuat sendiri!" ucap sendu Fania pada putrinya.

Mendengar itu, lantas Zalya menggeleng samar. Ia tidak bisa menyalahkan leluhurnya begitu saja. Ia percaya, bahwa di balik kejadian yang di luar nalar seperti ini, mengandung banyak pelajaran yang musti diambilnya. Terutama hanya untuk menunaikan amanah yang dipegangnya dengan penuh tanggung jawab yang amat besar.

"Kamu hanya gadis yang tidak tau apa-apa, Za! Harusnya Mama yang ada di posisi kamu saat ini!" ungkap Fania dengan Isak tangisnya yang kini tak dapat ditahan lagi.

Tak kuasa bila harus menyaksikan sang Mama menangis dengan begitu hebatnya, lantas Zalya beranjak dari duduknya, dan berjalan ke arah meja untuk mengambil sebuah buku catatan dengan balpoin-nya.
Tangannya begitu lincah dalam mencatat apa yang ingin ia ungkapkan pada sang Mama.

"Itu semua tidak benar, Mah, jangan menyalahkan leluhur kita atas apa yang telah terjadi pada Lya, dan bila Mama yang memang harus menjadi tumbal leluhur, maka Mama akan benar-benar meninggal dibunuh mereka ... Tapi tidak dengan Lya! Justru Lya diperlakukan amat terhormat, dengan gelar yang nantinya akan Lya buktikan pada Abah Prabusarya, bahwa Lya bisa merebut kembali kerajaan kita yang hancur karenanya!" itulah penjelasan Zalya yang ia tulis pada buku catatannya.

Setelah kertas tersebut dibaca Fania, dengan cepat, air mata Fania membasahi kertas berisi penjelasan dari putrinya. Kini Zalya dapat menyimpulkannya, kenapa dahulu Wiranto sempat melarang keras kepada Zalya bahwa untuk tidak memberi tahukan mengenai buku sejarah keraton kepada Fania. Karena Fania dapat memahami tulisan kuno yang terdapat di dalamnya, begitu pun dengan seluk beluk alur dan permasalahannya.

Fania mengerti betul bahwa dirinyalah yang menjadi incaran kerajaan ghaib tersebut. Namun, karena ia menikah muda dan bukan lagi perawan, maka dari itu Zalya yang merupakan putrinya, menjadi pengganti Fania dalam menunaikan sebuah perjanjian antar leluhur dari kedua belah pihak, tepatnya puluhan ataupun ratusan tahun silam.

ELLEZALYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang