"Mamah? Kok kalian udah pulang? Bukannya Minggu depan baru selesai?" tanya Zalya yang baru saja pulang dari sekolah.
"Tadi Roy nelpon Ayah, katanya kamu pingsan lama banget di sekolah. Ya, kita khawatir sama kamu Za!"
"Iya ... takutnya kamu sakit, terus gak ada yang ngurus kamu, di rumah sendirian, gak ada siapa-siapa," timpal Fania.
"Kamu gak papa, kan, sayang! Ada yang sakit atau apa, hm?"
Zalya hanya terkekeh geli ketika mendengar orang tuanya yang begitu mengkhawatirkannya. "Lebay," pekik Zalya kemudian melenggang pergi memasuki kamarnya.
Tak habis pikir mengenai tingkah anak tunggalnya yang sensitif jika diberi perhatian, Rudiansyah dan Fania nampak terheran-heran.
"Sifatnya mirip banget sama kamu ketika masih gadis dulu," ucap Rudi sembari terkekeh kecil.
"Enak aja! Perasaan gak gitu-gitu amat, deh!" bisik Fania.
"Ayah khawatir banget sama masa depannya Zalya!"
"Mamah juga! Masalahnya, dia sangat benci percintaan ... apa pun yang berbau romantis, dia sangat benci!"
"Apa kamu punya jalan keluar untuk semua ini?" tanya Rudi pada istrinya tersebut.
"Entahlah! Mungkin hanya Kakek yang bisa membuat Zalya merasa lebih baik!" jawab Fania.
"Gak ada salahnya kalo kita titipkan Zalya di rumah kakeknya, bukankah mulai besok zalya libur panjang di sekolahnya?"
***
"Sampe di mana kita! Arghh ... gue jadi lupa alur ceritanya," ucap Roy kesal.
"Siapa suruh nonton sambil bales chat! Ribet banget punya pacar," timpal Zalya.
"Bukan pacar, tolol! Gue bales chat dari Clara." Roy mendengus sebal.
"Jangan-jangan lo ada rasa lagi sama Clara, kenapa gak jadian aja!"
ketika kata-kata itu terlontar untuknya, Roy segera menatap Zalya dengan senyuman nakal yang dipasangnya.
"Yang ada di hati gue, tuh, cuma lo, Lya!"Zalya mendekatkan wajahnya pada wajah Roy yang tengah duduk di sampingnya, Tanpa mereka sadar, kedua hidung mereka hampir saja bersilaturahmi saking dekatnya.
"Lo mau cium gue, Lya?" ucap Roy dengan suara pelan. Kedua pasang mata saling beradu dalam tatapan tanpa makna, hingga terlontar-lah sebuah ucapan dari bibir manis Zalya. "Gue mau bedah hati lo, dan membuktikan ucapan busuk yang lo ucapin tadi," bisik Zalya dengan tatapan tajam yang masih menatap netra sabit milik Roy.
"Wow ... wow ... tunda dulu adegan ciumannya! Mamah mau bicara sama zalya!" ucap Fania yang tiba-tiba saja datang ke balkon kamar Zalya, mengagetkan mereka yang tengah menonton film aksi.
"Mah! Zalya gak ciuman!" ucap Zalya sebal.
"Iya, Tante! Tadi Zalya cuma mau ambilin serangga yang masuk ke mata Roy," bohongnya.
"Ah, gausah ngelak deh kalian, berkat kamu Roy! Zalya jadi normal dan bisa merasakan apa yang namanya cinta," ucap Fania yang diiringi kekehan kecilnya. Namun, tawanya kembali ia urungkan ketika mendapati Zalya terdiam dengan tatapan seribu amarahnya yang sengaja dipendam.
"Cepetan siapin baju-baju buat nanti sore kita berangkat!"
"Kemana, Ma?" tanya Zalya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLEZALYA
FantasiaTerlahir sebagai indigo kerap kali membuatnya merasa lelah untuk hidup yang dihadapkan berbagai pemandangan menyeramkan ditiap sorot matanya. Diberi amanah yang besar dari leluhurnya yang tak lain adalah PRABUSARYA, seorang raja dari kerajaan Cahya...