Keanehan kembali menyelimuti keluarga Rudi. Gadis itu kini dinyatakan meninggal dunia secara tiba-tiba di hari pernikahannya. Suasana kebahagiaan kini dengan sekejap berubah menjadi suasana duka yang tak mungkin pernah sembuh bagi Fania dan Rudi. Semua orang yang hadir, tak pernah menyangka bahwa mereka kini datang hanya untuk mengucapkan belasungkawa, bukan lagi samawa.
Tangis Fania pecah, hingga nyaris tak sadarkan diri. Begitu pun dengan Gino, ia nampak begitu terpukul dengan kepergian seseorang yang hanya menghitung menit untuk menjadi istri sahnya. Keluarga besar yang hadir pun nampak tak percaya akan hal tersebut. Semuanya terjadi secara tiba-tiba. Ke-empat sahabat itu pun nampak tak kuasa menahan kesedihannya. Roy yang hanya bisa terdiam dengan air mata yang kini membasahi kedua pipinya, kini ia benar-benar kehilangan sahabat yang ia temui sedari kecil.
Hanya Rudi yang bersikap seolah dirinya yang paling tegar atas duka yang menghantam keluarga kecil yang kedua kalinya. Erlan yang juga hadir di sana, berjalan ke arah Rudi, dan menyarankan untuk memeriksa Zalya sekali lagi melalui medis. Hal itu untuk memastikan, penyakit apa yang diderita Zalya hingga ia tiba-tiba meninggal dalam keadaan yang nampak baik-baik saja—tidak ada keluhan apa pun sebelumnya.
Rudi menyetujui pendapat adik iparnya tersebut. Lantas ia segera menghubungi ambulans untuk membawa jenazah putrinya agar diperiksa lebih lanjut. Tak sampai sepuluh menit, kini ambulans sudah tiba tepat di depan rumah. Membawa jenazah seorang gadis yang masih mengenakan gaun pernikahan. Ambulans itu pun mulai melaju dengan diikuti satu mobil berisi kedua orang tua mempelai.
Acara pernikahan terpaksa dibubarkan. Karena kini sorakan kebahagiaan telah berganti dengan tangis pilu penuh kesedihan. Semua orang tentu kembali dibuat sibuk dengan pemikiran masing-masing. Memikirkan dengan logika mengenai gadis yang hilang selama satu tahun, dan kembali dengan keadaan yang baik-baik saja walaupun kehilangan suaranya, dan kini setelah dua hari Zalya kembali, ia tiba-tiba dijodohkan dan akhirnya meninggal secara mendadak di hari pernikahannya tersebut.
Kini mereka tiba di rumah sakit yang tak jauh dari rumah. Zalya yang sudah tak bernyawa, jasadnya akan diperiksa oleh dokter. Hingga pertanyaan mereka akan segera terjawab mengenai penyebab kematian gadis tersebut, penyakit apa yang dideritanya, ataupun makanan yang telah dikonsumsinya.
Setelah setengah jam dokter memeriksanya, dokter tersebut tidak dapat menyimpulkan mengenai penyakit sang gadis. Tidak ada jenis penyakit apa pun yang diderita oleh Zalya selama ini, begitu pun makanan, bahkan perutnya kosong belum terisi dengan makanan sejak pagi hari tadi.
Mendengar pernyataan dokter, lantas membuat Fania menghentikan tangisannya, mengusap pipinya yang semula dibanjiri air mata duka. Ekspresi pilunya seketika berubah menjadi ekspresi yang nampak memendam sebuah amarah yang begitu memuncak di benaknya. Tangannya mengepal begitu kuat dengan air mata yang kembali berlinang di pelupuknya.
"Apakah kita harus memperpanjang masalah ini?" tanya Rudi di hadapan keluarganya yang ikut hadir di sana.
"Harusnya seperti itu, agar kematian Zalya yang tiba-tiba, dapat disimpulkan secara pasti!" ucap Gino yang kini mengeluarkan pendapatnya, begitu pun dengan kedua orang tua Gino yang nampak setuju akan pendapat putranya tersebut.
"Gak usah! Kita gak perlu memperpanjang masalah kematian Zalya, biarkan dia beristirahat dengan tenang, tanpa ada seorang pun yang mengusiknya!" timpal Fania dengan tegasnya menolak pendapat mereka.
"Tapi, Mah! Justru dengan melakukan penyelidikan lebih lanjut, kita tidak akan dihantui rasa penasaran mengenai kepergian putri kita!" ucap Rudi.
"Sekali tidak tetap tidak!" Fania kembali menimpali yang bersikeras untuk tidak memperpanjang masalah kepergian Zalya.
Karena jauh di dalam benak yang terkunci, Fania mengetahui dan percaya bahwa Zalya tidaklah meninggal. Putrinya masih hidup dengan melanjutkan hidupnya sesuai dengan persyaratan yang telah dijanjikan masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLEZALYA
FantasyTerlahir sebagai indigo kerap kali membuatnya merasa lelah untuk hidup yang dihadapkan berbagai pemandangan menyeramkan ditiap sorot matanya. Diberi amanah yang besar dari leluhurnya yang tak lain adalah PRABUSARYA, seorang raja dari kerajaan Cahya...