Terpikir di benakku tentang putriku, putriku yang berharga—tak terelakkan perasaanku berantakan, buruk dan kacau. Aku tak berhenti menggigit ujung jari hingga berdarah, mondar-mandir di depan jendela, sungguh gelisah bukan kepalang. Aku telah menghubungi Bryan dan aku yakin jika dia sudah bergerak cepat, aku mendapat firasat buruk, An tidak pergi begitu saja, sesuatu terjadi.
Ada sesuatu yang terbayang di kepalaku, berbagai spekulasi, siapa yang mungkin menjadi tersangka. Aku menerka-nerka, apa motif mereka, apa yang mereka inginkan, jelas mereka berurusan dengan orang yang salah.
Ring, ring, ring.
Kesadaranku mendadak kembali, aku menatap ponselku yang berdering, bergetar di atas meja. Segera saja kulihat siapa yang menelepon, tertera di sana bertuliskan 'Pak Tua Espargaro'—Kakek dari An, juga ayah Bryan. "Halo, Tuan," jawabku formal. Sedari awal aku tak pernah berbicara santai atau tidak sopan, hubungan kami seperti kolega yang bersahabat baik, rekan—tak seperti keluarga.
"Kudengar An hilang." Aku termenung, tak langsung menjawab. Kabar tersebar cepat sekali, mungkin Tuan memasang mata-mata di keluarga kami hingga berita itu sampai. "Benar." Aku mengangguk sebagai respons, menarik napas dalam-dalam aku melanjutkan, "Saya sudah menghubungi Bryan. Pencarian sedang berlangsung."
"Astaga ...."
Aku bisa mendengar gumaman dari Tuan. Beliau terdengar gelisah, aku bisa mendengar beliau memanggil orang dan memintanya mencari An. "Kami akan segera menemukannya," kataku bermaksud membuat Tuan tenang. Beliau mendengkus, tak yakin. Aku pun sejujurnya ragu dengan perkataanku sendiri.
"Amelie, dengar."
"Ya?"
"Aku memiliki banyak musuh, hal ini bisa saja terjadi," ujarnya. Suaranya yang serak melembut, aku tahu beliau selalu perhatian, sama dengan Bryan. Beliau terbatuk beberapa kali sebelum melanjutkan, "Kau harus percaya An baik-baik saja. Dia anak yang kuat, lebih dari keparat itu." Aku mengangguk kecil, keparat yang dimaksud adalah Bryan, hubungan mereka memang tak baik.
"Saya mengerti." Bukan tak pernah terpikir hal ini akan terjadi, tentu aku sadar betul bahwa Keluarga Espargaro memiliki kekuasaan yang membuat orang iri. Hanya saja mengetahui putriku hilang bukanlah berita baik dan aku tidak senang berlarut-larut dengan perasaan tidak nyaman. Cengkeramanku pada ponsel semakin kuat, napasku berembus kasar.
"Aku akan membantu pencarian. Kau juga jangan pergi tanpa penjagaan, kondisi saat ini berbahaya." Lagi-lagi aku mengangguk, walau tahu beliau tak dapat melihatnya. "Aku tutup dulu, aku harap masalah ini segera teratasi."
"Terima kasih," jawabku sebagai balasan. Tuan tertawa kecil, jika dia ada di depanku—terbayang beliau akan mengusap pundakku, beliau tak mengatakan secara langsung, tetapi tindakannya lebih berarti dari kata-kata. "Sama-sama."
Telepon ditutup, aku menatap langit yang gelap dari jendela. Musim kemarau yang panas sudah berakhir, gerimis mulai turun dan membasahi tanah, tumbuhan, segala sesuatu di luar sana.
Aku memejamkan mata, berpikir kemungkinan siapa yang bisa menjadi tersangka, dengan cepat aku menangkap satu nama. "Callington," bisikku. Keluarga di mana aku berasal, kami memiliki banyak permasalahan dan terakhir hubungan kami semakin buruk. Dan jelas mereka ingin mengambil An dariku, membawaku kembali, tanganku terkepal, mataku menatap tajam jendela yang memantulkan diriku di sana.
"An, Mom akan menemukanmu."
Tanpa pikir panjang, emosiku yang bergejolak mulai menguasai diri.
Putriku. Aku harus mendapatkan putriku kembali.
...
Ketika aku memandang sebuah rumah putih perasaanku langsung memburuk. Rumah itu menjulang tinggi tiga lantai yang memiliki arsitektur Belanda. Pagar hitam setinggi lima meter dengan kebun kecil juga air mancur menyambut siapa saja yang datang. Nostalgia segera menyergap, kenangan-kenangan buruk masa kecil menghantuiku. Aku hendak mundur, seolah kecemasan melahapku hidup-hidup, tetapi tidak, aku di sini bukan untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You
RomanceSetelah 15 tahun menghilang, Amelie- pelukis yang pergi tanpa pesan kembali hadir menggemparkan media massa. Dia membawa seorang putri yang memiliki wajah persis seperti Fahri- pengusaha lajang yang tengah berada di puncak kesuksesan. Amelie tak be...