Aku termenung di tempat, pikiranku berseliweran, berhamburan layaknya cermin yang pecah. Sementara serpihan kaca itu mengenaiku, menggores, dan membuat luka menganga lebar. "Pelan-pelan ...," lirihku menatap luka lebar di paha kiri. Aku meringis, seorang wanita berkisar umur 50-an telaten mengobati luka, mengeluarkan peluru, menjahit dan membalut luka.
Setelah apa yang terjadi, aku tak tahu maksud Bryan membawaku ke kediamannya. Dia masih membiarkanku hidup, membawa orang untuk mengobatiku, bahkan menyiapkan kamar. Aku tak tahu apa rencananya, mungkinkah dia ingin mengurungku? Menyiksaku secara perlahan?
Dari jendela samar-samar aku dapat melihat siluet dua orang yang berada di taman. Jika dilihat lebih jelas terdapat wanita dengan rambut lurus coklat kemerahan—El, dia berada di pelukan seorang pria bertubuh tinggi besar dengan rambut coklat, aku tahu itu Bryan. Mereka berjalan di taman, saling menggenggam tangan. Sesekali aku bisa melihat Bryan mengecup El.
Aku mengeratkan genggaman. Apakah ini waktunya untuk bermesraan? Juliana di luar sana entah bagaimana keadaannya. Mereka seharusnya bergerak. Aku masih dalam pikiranku hingga tersadar melihat tubuh El yang jatuh, tergeletak ke atas tanah. Aku spontan berdiri, rasa sakit yang menikam menerpaku. Lukaku baru saja dibalut, masih belum sembuh total.
"Jangan bergerak dulu." Wanita tua itu mendesah, menggiringku untuk kembali duduk, lantas dia melirik ke arah aku menatap pasangan Espargaro. Wajahnya menjadi muram dengan helaan napas panjang. "Nyonya memang sering pingsan akhir-akhir ini."
"Pingsan?" gumamku.
Tampaknya wanita tua itu mendengarku, dia mengangguk dengan wajah sedih. "Ya, setelah Nona Juliana menghilang, kondisinya tidak baik," jelasnya, "Anda tahu? Nona Juliana adalah satu-satunya orang yang sangat disayangi Nyonya. Hubungan mereka teramat dekat."
Aku diterpa rasa bersalah yang hebat, aku menundukkan kepala menggoyangkan satu kaki kananku. Aku tidak tahu kondisi El seburuk itu. Yang kutahu, El itu gadis pendiam yang manis dan teramat sehat. Dulu dia selalu mengekoriku, bermain bersama, menontonku bermain sepak bola. Seorang gadis manis yang keberadaannya menghangatkan orang-orang.
Namun, sekarang saat melihatnya aku hanya melihat wanita ringkih yang memiliki mata hampa tanpa kehidupan. Sikapnya yang dingin diliputi kebencian mendalam, dia sungguh tak sehat. Seolah El yang manis menghilang. Apakah aku penyebabnya?
...
Hari berlalu, kini sudah lusa. Tepat di mana waktu pertemuan Bryan dan orang-orang Lekan. Langit sudah gelap, awan menutupi langit hingga tersisa bulan sabit yang menggantung indah. Aku membuka pintu kamar, mengendap-endap keluar.
Baru satu atau dua langkah aku berjalan aku menubruk salah satu tukang pukul. "Kau hendak ke mana?" tanyanya tidak ramah. Dia menggeram menatapku dari atas hingga bawah. Mencari sesuatu yang mencurigakan, aku menghela napas. "Apa Bryan sudah pergi?"
Tukang pukul itu menaikkan sebelah alis, dia menampilkan seringai mengejek. "Untuk apa aku memberitahumu? Keberadaan Tuan teramat rahasia. Tidak ada yang perlu kau pikirkan
Baru satu atau dua langkah aku berjalan,. Lantas aku menubruk salah satu tukang pukul. "Kau hendak ke mana?" tanyanya tidak ramah. Dia menggeram menatapku dari atas hingga bawah. Menari sesuatu yang mencurigakan. Aku menghela napas. "Apa Bryan sudah pergi?"
Tukang pukul itu menaikkan sebelah, dia menampilkan seringai mengejek. "Untuk apa aku memberitahumu? Keberadaan Tuan teramat rahasia. Lagi pula apa-apaan kau memanggil Tuan tidak sopan begitu? Cepat pergi ke kamarmu!" Dia mendorongku masuk ke dalam kamar, setelah memastikan aku diam di dalam, dia berbalik smebari menggerutu kesal. "Merepotkan saja."
Aku menyandarkan kepalaku pada tembok, apa yang harus kulakukan? Juliana bisa saja dalam bahaya sedang aku duduk diam begini? Ini tak bisa dibiarkan, aku harus melakukan sesuatu. Aku terdiam dalam keheningan, hingga pada akhirnya aku teringat ponselku. Aku segera merogoh baju kotor dalam keranjang, aku mengacak-acak isi keranjang hingga menemukan ponsel di dalam saku celana. Kunyalakan ponsel dan melihat peringatan ponsel harus diisi daya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You
RomantizmSetelah 15 tahun menghilang, Amelie- pelukis yang pergi tanpa pesan kembali hadir menggemparkan media massa. Dia membawa seorang putri yang memiliki wajah persis seperti Fahri- pengusaha lajang yang tengah berada di puncak kesuksesan. Amelie tak be...