~^01^~

9.8K 459 3
                                    

Sebelumnya ⭐ dulu makasih ya
Follow juga boleh hehe

HAPPY READING


Tiba saat nya dimana keluarga calon Shadira datang dan mereka sudah di luar.

Danan dan Rena antusias menyambut mereka sedangkan Shadira masih bersiap merias diri di kamar atas dengan di bantu Ziel adik kesayangannya.

"Selamat datang Bhisma dan keluarga"

"Mari silahkan masuk"

"Baik terimakasih"

Pria paruh baya namun masih terlihat tampan dan juga perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dengan anak mereka yang terlihat gagah dengan menggunakan kemeja hitam itu memperlihatkan lekuk tubuhnya yang atletis.

Lelaki kekar itu hanya datar dan acuh saja namun ia tetap menerapkan sopan santun pada yang lebih tua.

"Silahkan duduk"

Merekapun duduk di ruang tamu yang memang sudah ada hidangan makanan ringan dan lainnya, minuman juga tentunya.

"Danan dimana calon menantuku"

"Ah dia masih bersiap di atas biasalah anak gadis..hahaha"

Merekapun tertawa terkecuali lelaki yang di jodohkan dengan shadira masih sama dengan muka datar sesekali ia tersenyum paksa.

Sedangkan dilain tempat..

"Kakak kau sangat cantik..."

"Benarkah...tapi kamu lebih cantik dariku dek"

"Kakak ini bicara apa, aku laki-laki bukan perempuan"

"Itu faktanya loh kamu walaupun laki-laki tapi wajahmu cantik dan manis siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh hati"

"Sudahlah...kakakku tetap yang tercantik untukku"

"Hemm...sayang sini peluk kakak"

Tok...

Tok...

Tok...

"Non Dira nyonya besar memanggil anda untuk turun, den Ziel juga" ucap maid itu.

"Baiklah kami turun sekarang" -shadira.

"Kakak...jangan gugup tenang saja" ucap Ziel menenangkan setelah melihat raut wajah kakaknya yang gugup.

Akhirnya merekapun keluar dan menuju lantai bawah saat menuruni tangga Ziel melihat ke arah seseorang yang sepertinya tidak asing.

"Ya ampun apa aku merindukanmu sampai-sampai aku melihatmu disini" batin Ziel.

Merekapun sampai di ruang keluarga dan shadira duduk di samping Rena sedangkan Ziel ia masih belum ngeuh dengan seseorang di sana karna ia sibuk menenangkan kakaknya.

Begitu juga sebaliknya seseorang itu gak ngeuh kalau disana ada orang yang ia kenal.

"Lihat calon menantu kita cantik sekali pah" ucap Devina.

"Jonathan ini calon istrimu shadira"

Ziel seolah tak asing dengan nama itu ia mengangkat kepalanya dan betapa terkejutnya dia seakan dunia ini berhenti dan hatinya sesak sekali sekarang.

Jonathan juga tak kalah terkejut kala melihat lelaki yang ia cintai ternaya adalah adik dari calon istrinya.

Ya kalian mungkin belum tau bahwa Jonathan dengan Ziel adalah sepasang kekasih kenapa bisa? Nanti ada penjelasannya di chap selanjutnya.

Ziel sekarang tak percaya dan ia berharap ini adalah mimpi atau mungkin yang di depannya ini hanya kebetulan mirip saja.

Mereka berdua saling menatap dengan tatapan yang entahlah sulit untuk di artikan, mata Ziel mulai berkaca-kaca begitu juga dengan Jonathan.

"Jonathan kau melamunkan apa hah...pergilah bersama Shadira ke atas untuk berbincang agar kalian lebih mengenal satu sama lain"

Saat tersadar Ziel langsung menundukkan kepalanya menahan tangis yang membuat tenggorokan nya sakit karna menahan tangisan itu.

Jo juga sedikit menunduk lalu berjalan menuju Shadira yang sudah stay berdiri nunggu Jo.

Kedua keluarga berbincang tentang kapan mereka akan menikah dan topik lainnya.

Sedangkan Ziel sekarang pendengarannya seakan kabur dan matanya buram kepalanya pusing sekali tapi ia dengan cepat meminta izin pada semua yang ada disana untuk pergi ke dapur.

"Mah Ziel kedapur ya mau bantu nyiapin makan malam tadi bibi Lila kerepotan soalnya" ucapnya berbohong.

"Iya sayang"

Ziel pun berlari kecil untuk kedapur, memang benar Ziel membantu bibi Lila disana dengan perasaan yang tak karuan, sungguh rasanya sangat sakit.

"Bibi biar Ziel bantu"

"Tidak usah den biar bibi aja yang kerjain"

"Gakpapa bi, Ziel bisa bantu apa"

"Baiklah den tolong potongin sayur nya ya"

Air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi ia pun menangis tanpa suara, untung saja bibi Lila sibuk memasak jadi ia tak menyadarinya.

"Sakit sekali...kenapa semua ini terjadi padaku..." Batin Ziel.

Karna terlalu larut dalam tangisan Ziel sampe gak konsen motong sayur alhasil tiga harinya mengenai pisau dan berdarah namun ia seakan tak merasakan luka di tangannya.

Luka di hatinya lebih sakit daripada ini, bahkan Ziel pun tidak menyadari bahwa ia luka karna tersayat pisau, darah sudah berceceran di talenan dan mengenai sayuran yang ia potong tentunya.

Ziel Untuk Jonathan||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang