Bab 32

71 7 0
                                    

Setahun sudah Pakin tinggal di Belgia dalam proses penyembuhan fisik dan psikis. Ia sudah bisa berjalan. Tidak lagi memakai kacamata hitam. Ketergantungannya pada alkohol pun berkurang drastis. Tubuhnya tidak lagi bergetar jika tidak mengonsumsi alkohol lebih-lebih vodka, pula malam-malamnya tidak semengerikan itu tanpa kehadiran mereka. Dan kondisi mentalnya sekalipun sedikit kemungkinan buat sembuh, setidaknya hantu-hantu itu tidak sambang apabila ia rutin meminum obatnya. Hubungannya dengan Oma semakin sehat walaupun sampai sekarang Oma masih tidak mau menceritakan perseteruan apa yang dia miliki dengan Eyang Uti. Sedangkan hubungannya dengan Andrew melampaui ekspektasi ayah biologisnya. Mereka berdua suka berantem seperti anjing dan kucing, terlebih jika Andrew sudah mengeluarkan kartu kekayaan, Pakin bisa meradang bukan kepalang. Tapi Pakin akan menunjukkan setulus-tulusnya cinta melalui tindakan. Ia memang mengomel sepanjang lintasan rel kereta api jika Andrew membuat ulah, tapi detik setelah itu ketika mengetahui ayahnya kecapaian, ia akan membuatkan teh hangat dan merampas semua gadget miliknya agar ia bisa beristirahat. Kadang untuk mengisi masa-masa menganggurnya di Belgia, Andrew suka mengajaknya meeting dengan para klien yang tersebar di seluruh negara. Mungkin jumlah kunjungan Pakin ke perusahaan Andrew bisa dihitung jari, tapi ia sama sekali tidak menyukai semua penerbangan itu selain kebersamaannya dengan Andrew. Berkutat dengan berkas penjualan mobil, MOU, pajak, dan lain-lain sungguh merupakan kegiatan membosankan. Ia jauh lebih menyukai menghabiskan waktunya dengan berlembar-lembar novel tebal, lalu mengkaji isinya untuk melihat seberapa dalam pemahaman yang ia ambil.

Sedangkan Neo, Pakin tidak tahu harus menamai hubungan mereka dengan apa. Keduanya intim, suka membagi hangat tubuh, suka menghabiskan waktu dengan obrolan ringan, random, maupun serius walaupun dipisahkan benua dan samudra, tapi Pakin masih memiliki rasa bimbang kepada Neo. Sampai sekarang, sejak ia melihat sosok Luna dalam kelopak mata ketika berciuman dengan Neo di Genval, Pakin belum bisa disentuh Neo lebih dari kecupan ringan di wajah. Ia berkali-kali mencoba melakukan kontak tubuh lebih erotis, tapi ketika Neo melumat bibirnya, bayang Luna selalu mampu menampar dan mengejutkan, yang detik berikutnya menimbulkan rasa takut dan tidak nyaman. Pakin selalu menolak memberikan penjelasan kenapa dia sampai sekarang tidak bisa disentuh Neo sebab kebingungannya yang tidak mampu menjelaskan duduk perkara berujung kesulitan mengutarakan pendapat, dan Neo yang selalu berusaha paham akan menerima semua penolakan Pakin, mencoba menenangkan dan menghibur Pakin kendati ia merasakan ngilu di sekujur tubuh.

Setahun cuti dari kuliah secara otomatis pendidikan Pakin lebih terlambat dari teman seangkatan. Neo sudah lulus dua bulan lalu. Ia tidak menjadi ketua umum dari suatu partai seperti kata Luna sekalipun orang tuanya berhasil mempertahankan kursi di parlemen. Seperti keinginannya sejak awal kuliah, ia pada akhirnya melanjutkan bisnis properti keluarga. Sementara kawannya, Nanon Korapat, bergabung dengan Teater Payung Hitam yang berlokasi di Bandung. Ia sebenarnya mendapatkan banyak tawaran bermain film layar lebar sejak pentasnya di pekan teater tahun lalu, tapi kecintaan Nanon pada panggung sandiwara membuat pemuda itu menolak semua tawaran dan melanjutkan kiprahnya di seni tonil Indonesia.

Drake bekerja di salah satu perusahaan properti di Jakarta Utara. Dia masih sering menghubungi Pakin bahkan sejak Pakin bangun dari koma. Beberapa kali ia mengajak Pakin jalan sewaktu Pakin akhirnya pulang ke Indonesia, tapi Pakin belum memiliki waktu luang. Hari-harinya sejak kembali ke Indonesia disibukkan dengan mengurus administrasi agar ia bisa melanjutkan kuliahnya lagi yang sempat tertunda. Luna meneruskan jejaknya menjadi model — benar-benar melepas dunia kedokterannya, sampai tidak melanjutkan kuliah profesi. Kiprah perempuan itu sungguh mengejutkan. Berkali-kali ia tampil di pagelaran busana di luar negeri. Bahkan awal tahun kemarin dia mengikuti NYFW. Sampai sekarang Pakin belum berkomunikasi dengan dia sejak malam haram jaddah itu. Ada keengganan menimbulkan mual apabila ia teringat Luna. Dan entah sampai kapan Pakin akan terus menghindari rasa takutnya.

RengatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang