Bab 33

89 7 0
                                    

Pakin mematikan ponsel ketika ia masuk sebuah restoran di daerah Senopati. Aroma daging asap langsung menyeruak, diikuti bebauan manis vanilla, dan wangi khas kopi. Orang-orang yang tengah menikmati makan malam terlihat mengisi bangku-bangku yang tersedia. Lokasinya tidak terlalu mencolok, bahkan termasuk dalam hidden gem, dengan suasana tidak terlalu ramai. Cocok dengan situasi yang ia inginkan. Ia mengedarkan pandang, dan melihat Gemini tengah duduk bersama Ganesha di dekat jendela dengan view Astha 8. Pakin melangkahkan kaki mendekati mereka.

Ganesha menatapnya dalam selama beberapa detik, sebelum menyapa, menanyakan kabar dan menjabat tangan Pakin.

"Gimana kabar lo, Kin? Ada setahun, ya, kita nggak ketemu sejak malam mendebar-debarkan itu?"

Pakin tersenyum kecil. "Kabar gue tergantung dari seberapa bermanfaatnya lo buat gue malam ini, sih."

Derai tawa Ganesha pecah. Ia menyorongkan bir untu membakar suhu tubuh. "Bisa kita makan dulu sebelum lo menginterview gue? Gemini cerewet banget saat maksa gue bertemu lo. Dan kalau lo mau tahu, kebetulan tadi gue sedang dalam meeting bersama para rekanan, sih, ketika Gemini memasuki ruang dan menatap gue kayak monster di ambang pintu. Gue sudah rugi secara materi dan performa di hadapan para klien gue, seharusnya gue berhak mendapatkan jatah makan malam gue sebelum bekerja."

"Kamu sudah libur bekerja sepanjang tahun ini, Ganesha. Mau meminta jatah libur berapa lama lagi supaya kamu bisa melaporkan reportase yang seharusnya sudah kamu laporkan dari dulu?" Gemini menyilangkan kedua tangan di depan dada. Mata hitamnya berpijar tajam di balik bingkai kacamatanya. "Dan saya menyeretmu ke sini bukan untuk menikmati makan malam. Kamu bisa mendapatkan seratus potong steik jika kalau kamu telah menyelesaikan semua tanggung jawab kamu. Kamu sudah pernah mengecewakan saya sekali, jadi jangan berani berharap bisa mengecewakan saya kedua kalinya. Kamu tahu siapa saya."

Ganesha mendengus, melucuti dua kancing kemeja teratasnya, lantas melepaskan suit hitam yang membungkus tubuh rampingnya. Ia bersandar di kursi, kemudian menatap Pakin. "Lemparkan apa pun yang ingin lo tanyakan, Kin," katanya serius.

Bitterballen dan grilled gudeg sengkel yang mereka pesan akhirnya hanya bisa menjadi kembang meja seperti ornamen. Baik Gemini maupun Ganesha lebih memilih minum bir dengan kadar alkohol rendah untuk menemani ruang dialog mereka. Pakin mulai menyulut batang rokoknya. Berita yang dia terima dari Ohm jujur begitu mengejutkan. Ia sampai ngeblank beberapa saat sebelum ingatannya memutar memori percakapan antara Gemini dan Fourth di dekat instalasi laundry beberapa waktu lalu. Detik itu juga, Pakin menghubungi Gemini dan entah bagaimana caranya ia memaksa Gemini untuk dipertemukan dengan Ganesha malam ini juga. Maka selagi menanti balasan dari Gemini, mengabaikan panggilan bertubi-tubi dari Neo dan Andrew, Pakin memutuskan menanti di parkir kafetaria. Mungkin panggilan dari kedua orang itu bisa mencapai angka ratusan ketika pada akhirnya Gemini mengiriminya kabar sedang ada di Senopati bersama Ganesha. Tidak butuh waktu lama buat Pakin mengendarai CB guna membelah jalanan Ibukota menuju ke daerah Kebayoran itu. Ia jelas harus mematikan ponsel sebab tidak ingin diganggu oleh kehadiran Neo maupun Andrew.

"Moving to Heaven itu persekutuan keparat yang apabila lo memutuskan untuk masuk, maka nggak akan ada pintu keluar buat lo. Memang Force dan Book nggak meminta upeti kepada anak-anaknya. Tapi sumbangan yang diberikan anggota setiap acara digelar sanggup untuk membiayai pulau-pulau tak bertuan di penjuru dunia. Benar mereka nggak melakukan money laundry," Ganesha menjeda kalimat, kembali mereguk bir untuk membasuh lidah, sebelum melanjutkan, "tapi keberpihakan yang dimiliki Moving to Heaven adalah sebenar-benarnya kejahatan paling nyata di Indonesia, Kin. Uang hasil sumbangan itu mereka gunakan untuk membeli semua jabatan, semua hukum, semua kesempatan. Kasus terakhir yang melibatkan korupsi gila-gilaan oleh seorang menteri pun bahkan bisa dikandaskan kendati KPK memiliki semua buktinya. Bayangkan jika satu dari anggota menyumbang paling kecil lima miliar, dikalikan berapa ribu anggotanya, sudah berapa triliun duit dikumpulkan hanya dalam satu malam?" Ia tertawa kecil, menatap Gemini dan Pakin yang tampak serius mendengarkan ucapannya. "Di mana sampai sekarang. hampir nggak ada lagi yang menyumbang nominal sekecil itu. Sebab semakin tinggi sumbangan, semakin hebat juga pride yang diterima."

RengatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang