Anne membuka halaman 25 novel di pangkuannya ketika seorang laki-laki mengempaskan pantat di kursi di hadapannya. Anne bisa melihat sekilas sosok itu tanpa memiliki keinginan untuk mendengak. Barisan kalimat puitis dengan metamorfosis bertebaran di mana-mana mengharuskannya tekun supaya ia tidak kehilangan maksud dari cerita. Ini bukan kali pertama Anne mengkhatamkan novel tersebut. Tapi tetap saja, waktu-waktu membaca adalah waktu-waktu sakral yang tidak boleh diganggu bahkan ketika ia tengah berada di kereta yang akan membawanya ke Brussels.
"Looks like a good book." Sebuah suara tenor seorang laki-laki menyapa telinga Anne ketika ia tanpa sengaja mengangkat novelnya.
Anne spontan memalingkan wajah kepada si empu suara, keningnya mengernyit pertanda sebuah pertanyaan terpelanting di dalam tempurung kepala. "Pardon me?"
"Oh, my bad for interrupting your reading, Miss. I apologize." Pria itu sedikit membungkuk mendapati respons Anne yang justru tampak memberikan pertanyan. Kening Anne kian mengerut dalam. "I just glanced at the book's cover, and it looks interesting."
Baru setelah Anne mendapatkan titik koordinat dari apa yang laki-laki itu ceracaukan, ia mengangguk paham. Membetulkan kacamata baca, Anne menimpali, "Just a light romance novel, Sir. Nothing special."
"But the way you're so into your reading, it's a different story. It's like the world stops around you, leaving just you and your book."
Anne tersenyum kecil. Niatnya untuk meneruskan membaca seakan-akan mengalami kendala melihat bagaimana atraktifnya orang ini mengajak bicara. Anne tidak begitu menyukai interaksi dengan orang asing ketika traveling, karena baginya itu hal yang cukup membuang-buang energi. Tapi pria ini lain. Dari sekian banyaknya stranger yang ia temui, mungkin hanya dialah yang menyinggung buku dalam topik obrolan. Dan sebagaimana ia hidup di lingkungan yang menjadikan buku sebagai pemujaan, jelas hal tersebut cukup menarik.
"The Broken Wings, Khalil Gibran, A novel you absolutely have to read, at least once in a lifetime! So you know that love can be that beautiful even if it ends tragically." Anne memperlihatkan sampul bukunya kepada dia. "Gibran's portrayal of his genuine and deep love is so honest that it truly moves me."
"From your description of the love in the novel, it seems like I can capture its beauty."
"Is there something off about the way I explained it?" Anne bersiaga, takut jika tanpa disengaja ia membuat kesalahan. Ia memang tidak suka berinteraksi dengan orang asing, tapi ketika ia memutuskan untuk memulai, jelas ada begitu banyak ragu dan takut yang bisa saja tanpa ia sadari mencoreng citranya. Apakah ia bertutur dengan baik, apakah ada yang tersinggung dengan ucapannya, apakah penampilannya buruk yang membuat orang menjadi ilfeel? Jenis-jenis pertanyaan seperti itu acapkali menggempur kepala tatkala ia harus bersosialisasi. Dan memerangi mereka bukanlah proses menyenangkan.
"No, no, that's not what I meant. You didn't mess up at all; it's just that you're really vibing with this book. It feels like you've flipped through its pages a gazillion times. But, even though you've been on this reading rollercoaster multiple times and you're still rocking that same excitement, doesn't it just scream out how much you're crushing on the author and their words?"
Oke. Untuk penampilan pertama, satu yang jelas; pria ini sesuatu. Cara dia mengamati gesturnya bahkan hanya dari beberapa menit mereka berinteraksi, cukup untuk menggambarkan betapa ia bisa sangat menarik, tapi juga mampu menikam tajam. Senyum Anne tersimpul.
"You're spot on, sir. I think I've read this book like ten times."
"A number that I really shouldn't be shocked about."
![](https://img.wattpad.com/cover/332092294-288-k839726.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rengat
General FictionJika cinta adalah anomali, Mark Pakin siap menjadi edan untuk menyembah sosok Neo Trai--berhala erotis bernama sahabat yang ia cintai sebagaimana pemujaan Rahwana kepad Dewi Sita