Bab 34

262 10 0
                                    

Bel interkom di apartemen itu Pakin tekan. Menit setelahnya pintu terkuak, menampilkan Drake dengan senyum lebar dari sana. Ia keluar untuk memeluk Pakin sebelum mengajaknya ke dalam. Aroma kayu cendana langsung tercium dari humidifer, diikuti sentuhan sejuk dari pendingin ruang. Bangunan luas dengan dinding dipulas abu-abu tua menyambut kehadiran Pakin. Saat Pakin berjalan, kakinya seperti dipijat oleh lantainya yang terbuat dari kayu berserat-serat lembut dan mengilap. Pakin mendengak, gantungan lampu dengan bingkai kayu warna hitam terlihat berjuntai di tiga tali tampar. Sofa rendah dengan tekstur beludru serupa warna tembok ditata saling berhadapan, membelakangi dinding kaca yang menampilkan hamparan kota Jakarta Utara dipanggang matahari pukul sepuluh pagi. Tepat di hadapan kursi tersebut, sebuah lukisan jaguar hitam digantung gagah perkasa. Di bawahnya ada rak berwarna hitam pula untuk meletakkan berpot-pot kaktus.

Drake mengajak Pakin untuk melenggang ke belakang. Ada gourment kitchen built-in dari granit hitam berdiri gagah mengucapkan selamat datang kepada mereka. Berbagai macam peralatan dapur yang Pakin bertaruh tidak pernah Drake sentuh ada di sana, seperti kompor, oven, mesin cuci piring, kecuali mungkin wine cellar yang terlihat menyimpan botol-botol wine, juga kulkas besar berpintu kaca yang menampilkan beberapa botol air mineral, yogurt, dan buah-buahan. Semakin Pakin menyelisik detail, semakin ia menangkap kemewahan di sini. Backsplash-nya terbuat dari ubin yang lagi-lagi berkelir hitam. Ada juga hood esklusif untuk menghilangkan asap dan bau saat masak. Kabinet maupun ruang-ruang penyimpanannya pun semuanya didominasi dengan warna hitam. Drake seolah-olah tengah menunjukkan validasinya sebagai laki-laki dominan melalui bagaimana cara ia mendekor apartemennya. Pakin tidak bisa menyembunyikan pujian kepada Drake apabila itu berurusan dengan kesempurnana. Apartemen dia yang di daerah Kuningan tempat Pakin dulu menumpang pun tidak jauh dari bau-bau detail dan kerapian.

Drake menawari wine. Pakin melihat botol menggiurkan itu dengan ragu. Lehernya yang jenjang terlihat begitu pas di cengkeraman Drake. Bahunya melengkung sempurna, dan menyatu langsung dengan body-nya yang begitu aduhai. Saat membuka penutupnya, suara pop yang khas terdengar begitu merdu. Drake mengambil dua gelas berkaki dari kabinet, lantas menuangkan wine ke sana. Cairan burgundy tersebut langsung bertengkar dengan papan gelas. Berkelok-kelok membentuk riak kecil sebelum tergenang tenang dengan angkuh. Pakin mereguk ludah. Drake mengangkat kaki gelas, menggoyangkannya sehingga permukaan air kembali berombak sebelum ia baui dengan mata tertutup, lalu menyesapnya perlahan-lahan sambil membuka mata. Ia tersenyum, dan menyuruh Pakin meminum bagiannya.

Edan, sih, ini. Satu tahun utuh ia tidak menyentuh alkohol, rasanya membuat kepala sekarat. Walaupun terapi yang dia ikuti tidak lagi membikin kecanduan, rindu terhadap minuman keras itu kadang mampir juga di kepala. Pakin menggigit bibir; menimbang. Segelas saja tidak menjadi perkara, bukan? Tangannya terulur, dan ia merasakan kehangatan tidak bisa didefinisikan saat gelas kaca itu tergenggam pas di lekukan tangannya. Pakin mengguncang gelas tersebut, dan matanya berkilat takjub melihat wine terbuncang tidak tenang. Saat ia mendekatkan gelas ke moncong hidung, hatinya meleleh dalam sebuah pesta pora. Aroma anggur tercium kuat, beradu dengan wangi kayu dan pala, ada bau daun basah yang mengingatkan Pakin pada embun di atas talas, yang berkelindan dengan bau tanah liat, lalu semuanya dikawinkan dengan segarnya aroma jeruk yang lembut serta manisnya gula cokelat. Ya, Tuhan, ini jelaslah sebuah temu kangen yang begitu mengharu biru.

Pakin menyesapnya, dan euforia itu meledak sebagaimana kembang api tujuh belasan. Lidahnya tergugu dalam nelangsa paling indah saat manis anggur dan asamnya jeruk tercecap. Diikuti rasa manis dan pahit seperti teh hitam yang lumer di dalam mulut, dan ketika cairan itu masuk ke kerongkongan, meninggalkan jejak logam di pucuk lidahnya. Senyumnya terkembang lebar setelah itu.

"Enak banget asli," pujinya tulus.

Drake menaikkan kedua alis sebagai bentuk kebanggaan. Dari dalam oven, ia mengeluarkan kalkun panggang dan mengajak Pakin sarapan.

RengatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang