Bab 28

116 11 2
                                    


Anne tidak pernah mengira bahwa perkosaan yang dilakukan para pria keparat di pabrik itu meninggalkan neraka yang tidak mampu ia takar. Ia yang sebelumnya serupa Gatotkaca dan suka melawan ketidakadilan yang menimpanya dan Pakin, kini menarik diri dari lingkungan. Segala sesuatu yang datang membuatnya kebingungan. Apalagi kunjungan hantu-hantu yang kini semakin gencar memberangus ketenangan, malam-malam Anne tidak lagi menjadi waktu berisitahat. Ia menjelma malam panjang terkutuk yang memaksa Anne memutar memori menyeramkan. Suara-suara mereka terdengar lebih jelas di kuping, napas mereka yang bau tai tercium lebih kuat di hidung sewaktu Pakin kecil itu terlelap di samping, kontol-kontol mereka yang mirip singkong terlihat lebih nyata untuk membuat kepala pening. Dan Anne tidak tahu lagi harus bagaimana menangani semua keedanan yang menimpa.

Rasa takut lahir sejak sore itu, yang eksistensinsya seiring bergantinya hari, semakin menggandakan volume — membuat Anne kewalahan. Seluruh kota tampak menyeramkan. Orang-orang seperti tengah mengawasi setiap pergerakan. Apa pun yang ia kerjakan — bahkan sekadar menyiangi bayam sebelum ia jadikan jus — akan dikoreksi oleh kehadiran mereka, akan ada bisik-bisik mengkritik, akan ada suara-suara Jamal dan para anjing yang merunjamkan batang sapu di kemaluan, akan ada suara Wira yang berikukuh telah melakukan pekerjaan sesuai SOP dan memberikan lembar absennya alfa sepuluh hari. Jujur, itu benar-benar menakutkan dan ia tidak tahu harus bagaimana menangani suara-suara dan sosok-sosok itu. Tapi sebisa mungkin ia membuang jauh-jauh rasa-rasa sinting yang tidak mampu ia jabarkan. Ia tidak ingin Pakin telantar. Ia tidak ingin Pakin tahu kejahatan apa yang datang mengadang hari di mana ia menerima gaji. Ia tidak ingin sampai kelepasan memukul dan menganiaya Pakin lagi sebab suara dan hantu-hantu itu benar-benar sanggup merusak fokus dan mengaburkan merdu vokal Pakin yang lembut. Maka yang bisa Anne lakukan saban harinya adalah menjadi ibu galak, yang akan mengoreksi setiap tindak tanduk Pakin, seperti yang ia sumpahkan kepada Ibu. Ia akan bangun pagi-pagi, menanak nasi, membuat jus bayam, dan memarahi Pakin apabila tidak menghabiskan menu sarapan. Ia akan bangun pagi-pagi, mengomel sebab Pakin terlalu lambat mempersiapkan sekolah sambil mengevaluasi hasil belajar Pakin di hari kemarin. Ia akan bangun pagi-pagi, dan marah-marah dengan suara lantang apabila ternyata dari hasil evaluasi tersebut Pakin tetaplah lemah dan bebal di pelajaran berhitung. Ia akan bangun pagi-pagi, mengantre di musala Pak Acong untuk mendapatkan nasi bungkus Jumat berkah yang akan mendengking dengan suara sedikit lemah jika Pak Acong memiliki gerak-gerik akan menilap jatah sarapan Pakin. Semuanya terlihat seperti tidak ada perubahan di balik kos-kosan reyot tersebut. Pakin tetap menghadapi Bunda galak yang akan gigih mendapatkan jatah nasi Jumat Berkah, dan hari-hari berjalan sebagaimana sebelum neraka itu tumpah dan melepuhkan lubang vaginanya yang seketika bernanah, yang pada akhirnya hanya ia obati dengan obat apotek sebab jelas dua ratus ribu gajinya tidak sanggup untuk membiayai berobat ke dokter kulit dan kelamin.

"Bunda jangan lupa menjemput Pakin hari ini," ucap Pakin sambil menalikan sepatunya. "Bunda sudah janji, lho, ya. Hari ini pulang lebih cepat dari pabrik buat menjemput Pakin karena hari ini Hari Pakin Dijemput Bunda."

Anne memutar bola mata. Sudah seminggu utuh bocah ini menceracaukan hal serupa. Dan Anne sama sekali tidak mampu harus membungkam mulut mungilnya supaya tidak mengulangi pernyataan tersebut dengan cara apa. Itu adalah kesepakatan kecil mereka berdua. Minggu terakhir sebelum ia menerima gaji, adalah hari Anne menjemput Pakin. Perjanjian itu ia kidungkan untuk mendorong Pakin supaya semangat berangkat sekolah, juga sebagai hari romantis yang akan ia habiskan dengan Pakin. Biasanya Anne akan mengajaknya berkunjung ke balaikota, atau jika ada pasar malam, mereka akan berkencan ke sana, atau akan mengajak Pakin menonton film di bioskop jika gajinya masih tersisa — yang terakhir ini jarang terjadi, sebab duit-duit itu bahkan telah meninggalkan rumah mereka di hari kedua ia menerima upah pekerja.

"Apakah kamu pernah melihat bundamu melanggar janji?"

"Tidak pernah. Pakin hanya berjaga-jaga. Tidak salah, kan?"

RengatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang