Bab 21

247 15 0
                                    

Suara gamelan terdengar, diiringi bunyi gemerincing dari lonceng-lonceng di pergelangan kaki kanan Pakin. Kaki Pakinmelakukan tanjak, tangannya terbuka lebar. Yang kiri mengepal, satunyamenyepit, dadanya membusung, condong ke belakang. Bonang dan saron bertalu-talu, gerakan tarian Pakin pun turut berubah. Ia menapakkan kaki lebar, kedua tangannya memegang sampur—kiri dan kanan, lantas dia berbalik, melakukan iket empat ketukan dengan kaki yang terus mengentak kuat dan mantap, menghadap kembali ke audiens, dan melempar sampurnya dengan gemulai. Suara gambang meliuk, disertai gender, bersahut-sahutan dengan kenong, kempul, dan gong. Dan suara gemirincing lonceng itu kian heboh tatkala ketukan tembang kian meningkat. Kepala Pakin mengikuti setiap patah ketukan dimainkan.Tangannya lentur, bergerak-gerak dengan luwes, sementara kakinya terbuka gagah dan kuat. Sampurnya ia mainkan, sebentar seblak, sebentar kebyok, yang selanjutnya ia berputar, dan lagi-lagi sampur ia lempar lepas disertai olehgerakan leher yang angkuh dan menyeramkan, seperti kepakan ekor burung merak di Gunung Argopuro, seolah tengah menunjukkan bahwa ia adalah sebenar-benarnya pangeran sedang berlaga di medan peperangan.

Gemerincing lonceng itu terdengar lagi, mengiris keheningan gedung teater. Riuh dan pecah, kawin seirama dengan gamelan yang berkenong-kenong, hanya untuk mempersembahkan mistisnya tarian Pakin. Di atas panggung yang lebar itu, ia lincah menari seorang diri. Tidak ada keraguan dalam setiap gerakan tariannya, bahkan setelah setahun ia vakum, ia masih menyimpan setiap ketukan itu rapat-rapat, yang kemudian ia pertontonkan dengan keindahan tanpa cela. Para pemain teater seperti terhipnotis oleh tarian remo yang dibawakan Pakin. Tubuhnya yang tangkas, ditambah mimik wajahnya yang tegas, dilengkapi oleh tatapan matanya yang tajam, seperti tengah mempersempahkan secangkir keajaiban siang itu. Selain kemampuannya bermonolog, hal yang diam-diam dirindukan anggota teater dari Pakin apabila dia berlatih adalah ini. Tarian-tariannya yang magis.

Di samping berlatih vokal dan olahraga, Pakin selalu melatih kemampuan teaternya dengan olah tubuh seperti menari. Tidak begitu banyak tarian yang Pakin kuasai, hanya saja dari beberapa yang ia ampu, bisa dibilang Pakin akan mempertunjukkan keajaiban. Bagi Pakin menari adalah seni bercerita melalui kidung dan gerak. Kadang ia bisa sangat marah sewaktu memainkan Topeng Klana, atau akan malu-malu kucing mendapati cinta pertamanya ketika membawakan Tari Doger, bisa jadi seperti apa yang ia persembahkan sekarang. Gagah laksana pangeran dengan sehunus pedang di Tari Remo.

"Lo mau jadi cowok gue, nggak?" Tembak Nanon ketika Pakin turun dari panggung.

Si rambut keriting memutar bola mata. "Tiba-tiba banget?"

"Lo seksi parah, sih, kalau lagi nari. Gue suka. Gue bakal bangga banget memamerkan lo sebagai cowok gue di depan banyak orang. Mark Pakin, cerpenis edan dengan kemampuan menari sakit jiwa, yang ketika bermonolog lebih-lebih nggak waras."

"Jadi lo mau jadiin pacar gue hanya untuk bisa dipamerin? Mengangkat branding lo gitu?"

"Lo maunya gimana?"

"Gue, sih, oke-oke aja asal lo bisa melayani semua libido gue. Walaupun lo tepos, kayaknya lo asik banget kalau main di ranjang bareng gue. Kalau perlu pas kita ngewe lo cosplay jadi Sengkuni, enggak tahu kenapa rasanya kontol gue bisa ngaceng parah kalau lagi dikasarin, apalagi dilicikin samak kayak Sengkungi."

"Emang nggak ada bagus-bagusnya ngomong sama lo. Edan! Ogah banget harus ngewe sama lo, mana pake cosplay jadi Sengkuni lagi. Najis!"

Pakin terkakak. Ia melepas lonceng di kaki kanannya ketika sutradara lakon yang dimainkan Nanon datang mendekat.

"Lo jadi bermonolog, kan, Kin, di acara nanti?" tanyanya memastikan. Sebab, ia sudah senang banget, nih, akhirnya artis kabupaten ini datang lagi. Para penonton yang terpecah menjadi dua antara pendukungnya Pakin dan haters, pasti datang berduyun-duyun untuk menontonnya. Masalah ujaran kebencian atau kekaguman yang bakal diakibatkannya nanti, tidak begitu penting asal pentas teaternya banyak mendapat perhatian dan kemampuannya mendalang semakin dikenal.

RengatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang