Bagian 38 END

17K 942 74
                                    


"Mas... Kita hari ini gak jalan-jalan? Semalam Om Jo bilang gak jauh dari sini ada tempat yang jual banyak jajan-jajanan, Mas."

"Emang badan kamu udah gak pegel? Selangkangannya udah gak sakit lagi? Perasaan baru berapa menit lalu ada yang bilang gini deh 'Aduuh~ Mas memeknya Adek sakit Huhuuu lubang pantatnya juga Mas, gendong dong Adek susah jalan lemes-hmpphh!"

"Mas ih!"

Tangan Nana langsung membekap mulut suaminya yang hendak mengingatkannya lagi tentang kejadian beberapa saat lalu.

Bukannya apa-apa, Nana hanya malu apabila digoda terus-terusan seperti ini. Padahal semua penderitaan yang dialami oleh tubuhnya ini adalah ulang si suami.

Setelah Jendral memakan dan mengobeli habis-habisan vaginanya sesudah sarapan tadi, lelaki dominannya itu tak tahan dan berakhir mereka kembali melakukan kegiatan bersetubuh di ruang makan walau hanya satu ronde.

Jadi jelas saja setelahnya tubuh Nana benar-benar tak berdaya padahal tadi malam juga mereka baru saja melakukan malam pertama yang amat panas.

Maka tak heran bahwa kini Nana merasa lemas, pegal di seluruh inchi tubuhnya terutama di kedua paha bagian dalamnya yang terus-menerus mengangkang.

Vaginanya juga terasa sedikit perih mungkin karena lecet, dan hal yang sama juga berlaku di cincin analnya, sama-sama mengenaskan.

Tapi meskipun seluruh badannya terasa remuk redam, Nana tak menyesal. Ia merasa bahagia saat melihat sang suami tercintanya itu merasa puas menikmati tubuhnya.

Apalagi ketika Jendral sampai terkencing sama sepertinya, dada Nana rasanya ikut membuncah akan sensasi kepuasan melihat mereka sama-sama mendapat nikmat luar biasa ini.

"Iyaa... iyaa... Maafin deh karena Mas yang bikin kamu sakit semua begitu. Sebagai gantinya, nanti malam kita jajan sepuas kamu di tempat yang Om Jo bilang, okay Sayang?" bujuk si suami.

"Bener ya?"

"Iya, Sayangku. Nanti Mas gendong deh kalau badannya masih lemes juga."

"Yeeyy~ Sayang Mas." ucap si istri dengan imutnya lalu semakin mendusalkan wajahnya ke perpotongan leher sang dominan.

Sepasang suami-istri itu kini tengah bersantai di balkon, duduk dengan nyamannya pada ayunan rotan berukuran jumbo sembari menikmati indahnya senja.

Semilir angin pantai menerpa raga yang lebih kecil tapi itu sama sekali tak membuatnya dingin karena sang dominan senantiasa memeluk hangat tubuhnya.

Jendral meraih sebuah kelapa muda yang sudah tersedia di meja sebelah mereka. Ia meminumnya sekedar untuk membasahi tenggorokannya yang kering.

Sekali teguk, dua kali teguk yang jelas membuat jakunnya naik turun saat ini juga dan pemandangan itu tak sedetikpun lepas dari mata Nana.

Sexy. Bagaimana bisa hanya memandang jakun sang suami saja sudah bisa membuatnya berdebar seperti ini?

Mau berapa kali lagi Nana akan terus-menerus jatuh cinta pada sosok gagah suaminya ini?

Tangan Nana terulur menyentuh lembut jakun Jendral, memberikan sedikit usapan halus di sana yang tentu saja langsung menarik perhatian sang suami.

"Kenapa, hm?" tanya Jendral pelan. Pandangannya sudah jatuh kembali menyelami wajah cantik istrinya.

"Kenapa jakun Adek gak nonjol kayak punya Mas gini? Maksudnya punya Adek ada tapi gak sebesar punya Mas." jelas Nana tanpa menghentikan gerakan tangannya yang masih mengusapi adam's apple tersebut.

"Punya Mas jakunnya keliatan banget apalagi pas Mas lagi minum barusan." lanjutnya.

"Kamu suka, Sayang?" tanya Jendral.

Mas Jendral |[NOMIN]| {END} ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang