Prolog

54.1K 1.7K 111
                                    

Jendral Bian Altezza tadinya hanyalah anak yatim piatu yang dibuang oleh tantenya sendiri ke panti asuhan sewaktu ia berusia 5 tahun.

Kehidupannya di panti asuhan pun tidaklah sebahagia itu. Dia buli oleh anak-anak panti yang tidak suka akan keberadaannya di sana. Setiap ibu panti memergoki kelakuan anak-anak nakal itu, Jendral selalu diancam oleh mereka agar tidak mengadukan hal apapun, yang membuat Jendral bungkam sebisanya.

Tapi meskipun begitu, Jendral hanya mampu menahan segala rasa sakitnya dengan tetap tinggal di sana. Karena walau ia kabur dari sana sekalipun tidak ada tempat yang bisa Jendral tuju.

Di hari ulang tahunnya yang ke-6, nyatanya  Tuhan berbaik hati pada bocah malang itu dengan mengirimkan sepasang orang tua berhati malaikat untuk mengadopsi Jendral menjadi anak mereka.

Rasanya bahagia bukan main ketika ia disambut hangat oleh pelukan Mama barunya itu.

Hal yang paling Jendral impikan, satu-persatu mulai terwujud.

Mendapat kasih sayang dari orangtua yang lengkap, bersekolah dan mempunyai banyak teman, memiliki baju bagus, memiliki mobil-mobilan, dan masih banyak lagi ia dapatkan dari kedua orang tua barunya ini.

Sampai ketika dua tahun berlalu, tepatnya di hari ulang tahunnya yang ke-8, Jendral diberitahu suatu kabar oleh Mama-nya yang membuat jiwa insecurenya sebagai anak yatim piatu muncul kembali.

"Jendral, kamu bakal punya adik, Sayang. Kamu seneng kan?" kata Mama-nya dengan senyum bahagia yang teramat jelas di mata semua orang seraya mengelus perutnya yang memang sudah menonjol.

Jendral kecil diam sesaat dengan pikiran yang bercabang-cabang.

Apa Mama dan Papa gak akan sayang sama Jendral lagi kalau ada adik?

Apa Jendral akan dibalikin ke panti lagi?

Apa Jendral gak akan pernah ngerasain pelukan hangat Mama lagi?

Apa Jendral gak akan diajak main sama Papa lagi?

Begitu banyak hal dalam benaknya saat itu. Rasa takut akan kehilangan dan perasaan khawatir akan dirinya yang terbuang kembali membuat Jendral murung secara tiba-tiba.

Sang Mama yang seolah mengerti apa yang membuat anaknya itu murung pun akhirnya memeluk Jendral lembut yang seketika membuat tangisnya pecah.

"Mama sama Papa hiks... bakal balikin Jendral ke panti kalau adik b-bayi lahir?"  tanya Jendral sesenggukan di pelukan Mama-nya.

"Gak akan, Boy. Kamu akan tetap jadi anak Papa dan Mama. Akan selalu jadi Jagoan kesayangan Papa dan Mama meskipun adik kamu lahir nanti." tegas si Papa yang memberikan elusan sayang di kepala Jendral.

Mama-nya lalu mengurai pelukan mereka dan mengangguk yakin seraya berkata,

"Papa bener, Sayang. Sampai kapanpun kamu bakal tetap jadi anak laki-laki kesayangan Mama sama Papa apapun yang terjadi."

Jendral berusaha percaya dan mulai sejak itu dia perlahan menerima kehadiran sosok calon adik di dalam perut Mama-nya, memperlakukan Mama-nya dengan lebih gentle daripada biasanya.

Seringkali si Mama bahkan dibuat terharu karena perhatian yang Jendral berikan di masa kehamilannya. Seperti selalu mengusap perutnya sayang sembari mengajak calon adiknya berbicara, posesif dengan tidak membiarkan Mama-nya untuk kelelahan sedikitpun dengan cara mengambil alih semua yang hendak Mama-nya kerjakan, dan banyak lagi perlakuan manis yang Jendral tunjukkan waktu itu.

Dan di hari lahirnya sang adik, Jendral dibuat terdiam. Adiknya begitu mungil dan cantik dalam dekapan Mama-nya padahal mereka bilang adiknya adalah seorang laki-laki.

Ada perasaan aneh yang Jendral rasakan waktu jari telunjuknnya digenggam erat oleh tangan mungil sang adik. Perasaan yang Jendral pun tak tau apa itu karena dia hanyalah anak berusia 8 tahun yan belum tau apa-apa.

Yang pasti, satu hal sudah tertanam kuat dalam diri Jendral bahwa ia akan menyayangi serta melindungi adik kesayangannya ini yang diberi nama Ananda Jaemina Dwi Sulistyo.

"Mas Jendral mau cium adek Nana-nya?" tanya si Mama yang tersenyum lembut melihat anak pertamanya itu hanya memandangi wajah Nana tanpa berkedip.

"Namanya Nana?" tanya Jendral.

"Eum. Panggilnya Nana, Sayang. Adek Nana mau dicium cama Mas Jendral, eung~" kata sang Mama yang kalimat terakhirnya bersuara lucu layaknya anak kecil berbicara.

Jendral tertawa kecil melihat tingkah Mama tersayangnya lalu memngangguk dan memberikan sebuah kecupan di pipi adiknya itu.

Senyum para orang dewasa di sana mengembang seketika melihat baby Nana yang tersenyum seolah mengerti kalau ia sedang dilimpahi kasih sayang oleh sang Kakak.

"Selalu sayangi dan lindungi adik kamu ya, Nak. Papa percaya sama kamu."

Kalimat sang Papa selalu terngiang sampai sekarang bahkan di usianya yang sudah menginjak 23 tahun.

Apalagi semenjak kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun lalu sewaktu hendak menjemput Nana yang baru hari pertama memasuki Sekolah Menengah Pertama, membuat tekad Jendral semakin kuat untuk selalu menyayangi dan melindungi Nana serta menjadikan adik tersayangnya itu sebagai prioritas tertingginya.

Dan hari ini, Jendral dibuat kebingungan setengah mati menghadapi adiknya yang menangis.

Awalnya dia bingung, tapi setelah sang adik menjelaskan dengan sesenggukan, akhirnya Jendral mengerti bahwa adiknya tumbuh dengan normal, yang dalam hal ini sudah mulai memasuki hal-hal yang berbau sexualitas.

"Hiks... gatel Maass~ udah Nana g-garukin tapi gatelnya gak ilang dan malah keluar l-lendirnya. Hiks... gateeel~" rengek Nana sesenggukan dalan pelukan Jendral.

.

.

.

Tbc

Chapter 01-nya cooming soon setelah "Janda Sebelah Rumah" tamat ya, Baby.

Mas Jendral |[NOMIN]| {END} ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang