Mas Ganteng

18.9K 834 43
                                    

Chapter ini gak ada hubungannya sama alur utama ya, Baby.
Author cuma gabut dan tetiba langsung pengen nulis waktu liat Mas Jen seliweran.
___________________________________________

"Bunny, kenapa ya Nana bisa mikirin Mas Jendral terus?" tanya Nana pada boneka kelinci besar yang kini wajah gembul berbulu itu tengah ia usak-usak dan cubiti gemas.

Bukannya apa-apa, Nana hanya heran dengan dirinya yang belakangan ini semakin memikirkan sang kakak semenjak ciuman pertama mereka waktu itu.

Jujur saja, bahkan setelah beberapa hari berlalu pun bayangan lembutnya lidah sang kakak yang membelai bibirnya masih terngiang di benak Nana.

"Huffftt... Jadi kangen deh sama Mas. Tapi Mas kok belum pulang juga ya, Bunny? Padahal tadi Mas bilang jam 4 sore udah selesai. Anturannya tadi Nana ikut sama Mas aja ke kampus daripada sendirian di rumah gini. Sepi. 🥺" rengeknya yang kini memeluk Mr. Bunny erat.

Ia rindu pada sosok yang lebih tua itu karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore tapi sang kakak belum juga sampai di rumah.

"Euung~ Bunny~ Nana rindu Mas Jendral~" Nana masih terus merengek seperti anak kecil seraya mengusak-usakkan wajahnya ke perut boneka kelinci raksasa itu.

Tiba-tiba terlintas suatu ide di otaknya untuk mencoba menghubungi Jendral. Ia pun langsung bangkit dan meraih Hp yang sejak tadi berada di atas nakas sebelah tempat tidurnya.

Tanpa basa-basi, ia langsung menelpon sosok yang sejak tadi membuatnya uring-uringan karena ditinggal seharian ke kampus.

Di deringan ke-3 panggilannya langsung dijawab oleh Jendral.

"Halo, Dek?" sahut sang kakak lebih dulu.

"Halo, Mas dimanaa~? Katanya dari kampus jam 4 kok ini belum sampe rumah juga?" tanya Nana kesal setengah merajuk, benar-benar mencerminkan sosok adik yang sangat manja kepada kakaknya.

Bisa Nana dengar kalau sang kakak malah tertawa kecil di seberang telepon, hingga sesaat kemudian Nana tersentak kaget waktu pintu kamarnya tiba-tiba dibuka oleh sesorang.

"Iya... iyaa... Ini Mas udah pulang loh Adek-ku Sayang." kata seseorang yang membuka pintu kamar Nana tadi yang rupanya adalah Jendral.

Saat Nana menelpon tadi rupanya Jendral juga baru saja menginjakkan kakinya di depan pintu, dan begitu melihat ada panggilan masuk dari orang favoritnya itu membuat senyum Jendral terukir serta langsung melangkah ringan ke kamar sang Adik.

Sedangkan Nana, dirinya sendiri kini tengah terpaku berdiri di sebelah ranjang sambil terus menatap sosok yang tak jauh di depannya.

Telepon genggamnya masih ia pegang di tangan tapi mulutnya betah untuk bungkam dengan mata yang enggan berkedip.

Melihat keterdiaman adiknya itu, Jendral semakin mendekat hingga kini jarak kedua tubuh mereka hanya sekitar 1 langkah saja.

Ia masih tak melunturkan senyumnya memandang sosok yang lebih muda yang seharian ini tak tampak di depan matanya.

Merasa lucu dengan ekspresi Nana, Jendral pun menjawil hidung Nana gemas.

"Kedip, Dek. Ntar matanya perih kalau Adek melotot terus." ujar Jendral menggoda kesayangannya itu.

Nana langsung tersentak kecil dan langsung mengerjap-kerjapkan matanya yang memang agak terasa perih karena sepertinya ia sempat lupa untuk berkedip sejak kedatangan kakaknya itu.

Haduh, bukan tanpa sebab, Nana hanya mendadak salah tingkah, terpesona, terpana, terkesima dan terterterter memandang sang kakak yang tiba-tiba pulang dengan tampilan rambut barunya.

Mas Jendral |[NOMIN]| {END} ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang