Bagian 07

24.7K 1.1K 47
                                    

"Uwaahh! Akhirnya PR Adek selesai juga. Telimakacih Mas-nya Adek~"

Nana bersorak gembira karena akhirnya PR Matematika-nya selesai sebab dibantu sang kakak. Ia sempatkan untuk memberi kecupan di pipi yang lebih tua sebagai bentuk terima kasihnya.

"Iya, sama-sama. Yaudah gih langsung Adek masukin ke tas aja biar gak lupa bawa PR-nya besok." balas Jendral memberi usakan sayang pada rambut lembut itu.

Ia lalu merebahkan tubuhnya ke kasur Nana, meluruskan pinggang karena merasa agak lelah membantu mengerjakan 15 soal milik Nana.

"Adek mau ke dapur, Mas. Haus. Mas mau Adek ambilin minum sekalian?" tanya
Nana.

"Nitip air putih yang di kulkas aja, Dek."

"Okay. Mohon tunggu pesanannya sebentar ya, Tuan." kata Nana dengan bahasa formal lalu membungkukkan sedikit badannya memberi hormat.

"Jangan lama-lama ya Pelayan, saya haus." balas Jendral yang ikut masuk dalam permainan drama Nana.

"Baik, Tuan. Ada tambahan pesanan lagi?"

"Tidak. Itu saja."

Sebelum keluar dari kamarnya, Nana sempat menghampiri Jendral sebentar hanya untuk sekedar memberikan kecupan di pipi sang kakak.

Jendral terkekeh kecil, ia lalu menggumam. "Pelanggan mana cobak yang dikasih service cium pipi sama Pelayan resto-nya."

Selagi menunggu Nana, Jendral memilih untuk berselancar di media sosialnya. Tak ada yang berarti karena sejak tadi ibu jarinya terus menggulirkan layar seolah tidak ada yang menarik untuk dilihat.

Sampai sekitar 15 menit kemudian, Jendral menolehkan kepalanya ke arah pintu kamar, menunggu sang adik yang tak kunjung kembali ke kamar.

"Ambil minum doang kok lama banget ya?" monolog Jendral yang akhirnya memilih untuk beranjak menghampiri sang adik di dapur.

Sesampainya di ambang pintu dapur, Jendral terpaku melihat sang adik yang membelakanginya tengah berjinjit hendak mengambil sesuatu dari lemari atas.

Tapi bukan itu yang membuatnya terkejut, melainkan sang adik yang tidak memakai celana pendeknya hingga bokong mulus yang satu sisi celana dalamnya menyelip di belahan pantat Nana itu mampu membuat Jendral tersedak ludahnya sendiri.

Baju kaos yang adiknya pakai jelas ikut tertarik ke atas karena sang empunya masih berjinjit sedang tangannya meraih sesuatu dari lemari, semakin menampakkan kedua bulatan yang tampak kenyal dan padat itu.

Yang lebih tua langsung menggelengkan kepala seolah menarik diri dari pikiran tak waras yang hendak mampir.

"Adek kenapa gak pake celana?!" sentak Jendral yang membuat Nana berjengit terkejut.

"Auh! Mas! Kenapa teriak-teriak sih? Adek kaget tau." Nana mendumel sambil mengelus dadanya meredakan detak jantung yang sempat berpacu karena ulah sang kakak.

"Maaf bikin Adek kaget, tapi itu kenapa kamu gak pake celana sih, Dek?" tanya Jendral lagi.

"Itu! Celana Adek tadi basah ketumpahan air teh, makannya Adek buka karena tehnya panas Mas." tunjuk Nana ke celana putihnya yang sudah tersampir di sandaran kursi, terlihat basah memang.

"Ini Adek mau ambil serbet untuk ngelap tumpahannya yang di lantai tapi gak sampe karena serbetnya di lemari atas, Mas." jelas Nana.

Begitu sang adik sudah berbalik badan menghadapnya, bisa Jendral lihat paha mulus Nana yang biasanya putih itu kini malah berwarna kemerahan.

"Astaga Dek paha kamu!" pekik Jendral panik. Ia langsung menghampiri sang adik lalu menggendongnya ke kamar mandi yang ada di lantai itu.

Jendral langsung mendudukkan dirinya di atas closet setelah meraih selang shower yang syukurnya agak panjang.

Mas Jendral |[NOMIN]| {END} ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang