Bagian 02

27.2K 1.3K 67
                                    

"Maas... Kasian Maas..."

Jendral terkekeh melihat sang adik yang mengikutinya sejak tadi sambil memegang satu baskom kecil. Mulutnya terus menggumamkan kalimat tersebut dengan bernada seperti video yang sempat viral waktu itu.

"Dek kamu apa-apaan sih astaga." ujar Jendral masih tetap menertawakan tingkah adiknya.

Melihat Nana yang tak kunjung berhenti, Jendral pun mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari dompetnya lalu ia masukkan ke baskom yang Nana pegang.

Belum ada respon, Jendral pun menambah dua lembar lagi tapi sang adik malah menggelengkan kepalanya.

Tanpa pikir panjang, Jendral letakkan dompetnya di baskom itu pun sang adik masih tetap menggelengkan kepalanya.

"Jadi Adek-nya Mas ini mau apa, hng?" tanya Jendral yang akhirnya mendapat respon berbeda dari sang adik.

"Mie Ayam Bakso!" jawab Nana semangat.

"Adek mau mie ayam bakso tapi langsung beli ditempatin di baskom ini, Mas." lanjutnya.

"Ini baskomnya kegedean untuk 1 porsi mie ayam, wahai Adekku."

"Ya siapa yang bilang 1 porsi atuh Masku. Adek maunya 3 porsi. Gak akan kebanyakan kok, kan makannya kongsian sama Mas. Ya Mas, yaaa~?" bujuk Nana dengan wajah memelasnya yang dibuat seimut mungkin.

Auhh. Jendral sebenarnya selalu lemah kalau dihadapkan dengan sang adik yang memohon seperti ini.

Terlalu lucu.

Terlalu manis.

Terlalu imut dan menggemaskan.

Sampai terkadang Jendral hanya bisa menggigit pipi bagian dalamnya sendiri karena terlampau gemas takut kelepasan menggigit sang adik.

"Tapi 3 porsi mie ayam bakso juga kebanyakan untuk kita berdua, Dek. 2 porsi aja ya?" kata Jendral.

"3 porsi, Mas." kekeuh Nana.

"2 porsi atau kita gak jadi beli mie ayam." putus Jendral akhirnya.

Nana menghela napas pasrah. Daripada tidak pergi sama sekali, maka dengan sedikit tidak rela, Nana menganggukkan kepala menyetujui ucapan sang kakak.

Dan malam minggu itu pun mereka habiskan berdua dengan makan mie ayam di warungnya langsung menggunakan baskom yang Nana bawa-bawa tadi.

Bahkan muda-mudi yang juga sedang makan di warung itu hanya bisa menatap iri melihat kemesraan Nana dan Jendral yang layaknya orang pacaran itu.

Tapi Jendral tak peduli apa tanggapan orang lain. Yang penting bagi Jendral hanyalah Nana-nya, Adik tercintanya yang harus selalu bahagia meskipun tingkahnya cukup membuat Jendral geleng kepala.

"Besok ke pantai yuk, Dek." ajak Jendral. Entahlah, dia tiba-tiba rindu masa liburan di pantai dulu bersama kedua orang tua mereka.

"Pantai?! Mau Mas, Adek mau ke pantai! Pantai yang dulu kita pergi sama Mama Papa kan, Mas?" Nana hampir berteriak karena terlampau senang dengan ide sang kakak, sampai-sampai semua pengunjung yang sedang makan itu melihat ke arah Nana.

Jendral tak peduli, dia langsung mencubit gemas pipi Nana sambil menganggukkan kepala.

"Iya. Pantai yang waktu itu."

"Adek Mau~ Perginya jam berapa, Mas? Pagi atau siang? Makanannya kita bontot dari rumah yuk Mas biar kayak piknik haritu." Nana mengoceh tak sabar membayangkan betapa menyenangkannya kegiatan di pantai besok.

"Pagi aja perginya biar puas main. Makanannya yang simple aja besok Mas buatin ya?" ujar Jendral sambil mengusap lembut keringat yang ada di pelipis Nana.

Mas Jendral |[NOMIN]| {END} ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang