Bagian 04

29.6K 1.3K 92
                                    

Jam kosong, Nana dan Renzie atau akrab disapa Renren oleh adiknya Jendral itu sekarang sedang berusaha mencari kegiatan berfaedah selain belajar sendiri.

"Janjalan yuk, Na?" ajak Renren.

"Kemana? Ntar Nana dicariin sama Mas Jendral kalo kita jalan-jalan pas jam sekolah, Ren." jawab Nana polos yang berpikir bahwa Renzie hendak mengajaknya jalan-jalan ke luar area sekolah.

Renzie tersenyum gemas. Untung Nana itu anaknya lucu dan imut, kalau tidak sih pasti sudah habis kepala Nana ditempeleng oleh Renzie.

"Jalan-jalannya disekitaran sekolah aja, Nana Sayang~ sekalian cuci mata mana tau ada kakak kelas yang ganteng kan?" ujar Renzie sambil mengelus kepala Nana yang rambutnya terasa lembut banget di telapak tangan Renzie.

"Eung? Renren mau cari pacar kakak kelas?" tanya Nana lagi.

"Iya. Ayok lah!" seru Renzie yang langsung narik tangan Nana.

Nana hanya pasrah tangannya digandeng oleh Renzie untuk keliling area sekolah, utamanya berkeliling di depan-depan ruang belajar kakak kelas mereka.

Tak jarang para senior itu bersiul menggoda maupun terang-terangan mengajak dua laki-laki imut tersebut untuk berkenalan.

Renzie jelas meladeni karena memang inilah tujuannya berkeliling, untuk memfilter kakak-kakak kelasnya yang tampan demi diajak berkenalan, mana tau ada yang mencantol di hati Renzie.

Sama halnya dengan Nana. Nana yang memang anaknya periang, polos, imut dan lucu itu pun juga mendapat banyak kenalan kakak kelas. Tapi sayang, Nana selalu menolak saat mereka hendak meminta nomor WA, karena dia ingat pesan kakak tersayangnya selepas insiden susu strawberry waktu itu.

"Jangan mau terima apapun dari orang yang gak Mas kenal, ntar kalo ada racunnya terus Adek keracunan, gimana? Dan satu lagi, kalau ada yang minta nomor hp itu jangan dikasih, ntar nomor kamu dipake buat penipuan terus kamu yang ditangkep polisi terus dipenjara, mau?"

Nana langsung menggeleng ribut waktu dinasehati Jendral waktu itu dan berjanji untuk tak menerima apapun dari siapapun serta tidak akan mau memberikan nomornya pada siapapun.

Memang yang dikatakan Jendral juga tidak sepenuhnya salah. Tapi bukan itu niat sang kakak sebenarnya, Jendral hanya cemburu. Ia tak suka adiknya mendapat jajan dari orang lain selain dirinya. Dia tak suka ada laki-laki lain yang menghubungi dan mendekati Nana. Nana-nya hanya punya Jendral, karena jelas Jendral yang akan selalu menyayangi dan melindungi Nana sampai akhir hayatnya. Ia tak ingin sang adik disakiti orang lain, Jendral tak rela maka dari itu sebisa mungkin Jendral menjauhkan Nana dari laki-laki lain ataupun orang yang tak terlihat baik di mata Jendral.

Saat hendak mengajak Renzie kembali ke kelas, Nana tiba-tiba saja merasa sesak kencing. Renzie masih bercengkrama dengan dua orang senior mereka, jadi Nana pamit sebentar ke toilet yang memang ada di setiap ujung gedung sekolah tak jauh dari lokasi mereka sekarang.

Di toilet, Nana akhirnya merasa lega setelah mengeluarkan air seni yang memenuhi kantung kemihnya.

Sesaat setelah selesai ia mengancingkan celana, terdengar grasak-grusuk suara aneh di luar bilik toilet. Ya, Nana memang selalu menggunakan bilik toilet jika pipis di tempat-tempat umum seperti ini. Tak mungkin kan dia menggunakan urinoir? Selain karena alat kelaminnya yang berbeda dari laki-laki pada umummnya, alasan lain Nana tak bisa menggunakan urinoir adalah karena bisa saja air kencing itu mengalir duluan membasahi celananya karena Nana tak memiliki batang seperti lelaki.

Eumhhh... mhcpkhhh~

Suara itu membuat Nana mengerutkan kening merasa aneh. Apa yang terjadi? Kenapa bisa ada suara seperti itu, pikirnya.

Mas Jendral |[NOMIN]| {END} ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang