XXXVI

746 109 75
                                    

|Attention|

#3196 word













No edit

No edit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






















Seseorang tengah berdiri di tempat yang sunyi itu dengan baju serba hitamnya, menatap gundukan tanah bertuliskan nama orang yang di cintainya itu tidak peduli dengan air hujan yang dengan derasnya mengguyur tubuhnya tidak peduli juga dengan petir yang kapan saja bisa menyambar nya.

Matanya yang sendu tidak lepas dari batu nisan berbentuk salib itu yang bertuliskan nama seseorang.

Tap!

Tap!

Tap!




Suara derap langkah yang berjalan menghampiri orang itu dengan membawa payungnya tidak membuat orang itu berbalik badan untuk sekedar mengetahui siapa pemilik langkah itu.

"Ayo kita pulang, ikhlasin dia biarin dia tenang di surga" Ucap seseorang itu tepat di samping orang yang sedang berdiri sambil menatap kosong batu nisan itu.

"Dia nggak ada gara-gara gue Sa" Ucapnya lirih sambil menatap Asa, orang yang tengah memegang payung hitam itu.

Asa menggeleng dengan mata berkaca-kaca nya, ia ikut merasakan sakit dan sedih melihat orang yang ia sayangi seperti ini.

"Nggak, dia nggak ada itu bukan gara-gara lo tapi karena itu takdirnya. Tuhan lebih milih ambil dia karena Tuhan sayang sama anak lo, jangan beranggapan kalau ini semua salah lo. Lo ayah yang baik, lo udah jagain dia dengan baik Ka" Suara Asa bergetar saat mengatakan itu, ia sama dengan yang lainnya merasakan kesedihan saat salah satu anggota keluarganya harus pergi bahkan sebelum ia sempat melihat wajahnya.



Ruka, ia bersimpuh di depan makam dan memeluk batu nisan itu, tidak peduli pakaian basahnya akan kotor terkena tanah. Suara tangisannya yang begitu pilu membuat Asa memalingkan wajahnya karena tak kuasa menahan tangisnya juga, sebelumnya ia belum pernah melihat sahabat nya serapuh ini.


"Maafin ayah nak maafin ayah" Gumamnya berulang kali sambil mengusap batu nisan bertuliskan 'Hanada Reiji Abimanyu'

Asa diam menunggu Ruka untuk menenangkan diri dengan memeluk batu nisan mendiang anaknya itu. Rio yang sedari tadi menunggu di dalam mobil pun akhirnya keluar dengan air matanya yang sudah tidak bisa ia bendung lagi.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang