Chapter Satu

188 84 206
                                    

Happy Reading🌹

Kicau burung tak lagi aku dengar, hanya tersisa hembusan angin yang menyusup di antara keindahan bumi.
Helaan napas seolah begitu sulit, tercekat kala netraku menangkapmu.
Hai gadis baik, kembali berjumpa aku denganmu.
Tak hentinya aku ucap syukur pada sang kuasa karena keindahan yang tak lepas dari hidupku.

🌹🌹🌹

"Lo telat 35 menit," ucap datar seseorang yang kini tengah menuliskan sesuatu di buku kecil yang ada di tangannya.

"Jevan gue telat 30 menit doang, gak sampe 35 menit!" Ucap seorang gadis yang kini menatap Jevano kesal.

Jevano mengerutkan keningnya, menoleh menatap sekeliling, suasana di sana begitu sepi. "Di jam tangan gue jam 7.35 menit," ucap Jevano dengan nada datar.

"Yaudah trus kenapa? 35 menit doang, gak sampe 1 jam."

"Heh! Lo tuh telat, sadar diri! Hari pertama lo telat 10 menit sekarang 35 menit, nanti berapa menit? 1 jam? 2 jam? Setengah hari? Bolos 1 hari? Lo tuh masih jadi anak baru di sini!" Jevano mendengus sebal, dia harus banyak-banyak bersabar menghadapi gadis di depannya itu.

"Pilihan terakhir boleh juga."

Billyla Danina Aludra, gadis yang berada di luar gerbang itu tersenyum mengejek ke arah Jevano, dia menaik turunkan alisnya. Rasanya Jevano ingin menendang gadis itu pergi dari hadapannya. "Lo gak boleh masuk," ucap Jevano menatap tajam mata Danina.

"Jevano... Gue mau ke temen-temen gue."

"Emang lo punya temen?" Entah mengapa Jevano kini benar-benar menjengkelkan bagi Danina.

"Punyalah!"

"Kenapa gak temen-temen lo aja, lo suruh bolos?"

"Gue udah pernah nyoba, tapi gak ada yang mau. Malahan gue yang diceramahin." Danina menghela nafas jengah, dia memegang gerbang sekolah di depannya, menatap Jevano dengan pandangan memohon, berharap Jevano akan berubah pikiran.

"Jev...." Suara Danina melemah

"Ini peraturan sekolah, Dan."

"Gue mohon... Hari ini gue gak mau bolos, gue butuh temen-temen."

Jevano menghela nafas lelah. "Cuma kali ini," ucap Jevano kemudian membuka kunci gerbang, membiarkan gadis itu masuk. Tentu saja Jevano tidak cuma-cuma membiarkan Danina masuk, lelaki itu membawa Danina menuju ruang OSIS guna memberikan gadis itu pelajaran.

"Sekarang lo bersihin kantor OSIS ini, sapu sama pel," ucap Jevano tak terbantah.

Danina menurut, yah memang salah dia karena telat. Gadis itu meraih sapu yang tergantung di pojok ruangan itu kemudian mulai mengerjakan hukumannya.

"Orang jenis kaya lo yang bikin waktu berharga gue berkurang," cibir Jevano seraya memperhatikan Danina yang mulai menyapu.

"Gue gak pernah minta buat lo perhatiin."

"Kalo bukan karena tugas, gue gak mau."

"Siapa suruh jadi ketos, dulu aja nangis-nangis gak mau jadi ketua kelas," cibir Danina mengingat kejadian saat mereka masih berada di bangku sekolah dasar.

"Gak usah diungkit! Gue gak suka!" Ucap Jevano penuh penekanan.

Danina menoleh heran, ada apa dengan lelaki itu?

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang