Chapter Tiga Puluh Tiga (End)

58 27 47
                                    

Happy Reading 🌹

Hallo gadis cantik, apa kabar? Saya seneng saat dengar akhirnya kamu bisa kembali melihat.
Bagaimana rasanya?
Pasti menyakitkan, ma'af ya.. saya gagal lagi menjaga kamu.
Mungkin ketika surat ini sampai di tangan kamu, artinya saya pamit dari kehidupan kamu.
Jangan benci sama saya ya?
Saya merasa saya gak berguna di kehidupan kamu, jika beberapa waktu lalu saya gagal melindungi kamu, apalagi saat kini, saat saya sudah tidak mampu menjaga kamu.

Gadis cantik, ingat ya saya sayang sama kamu, mungkin ini jadi surat terakhir dari saya. Baik-baik di kehidupan selanjutnya ya...

Terimakasih sudah menjadi tempat berlabuh paling berkesan untuk saya meski cuma sebentar, saya harap kamu ngerti, saya butuh waktu.

Dari sosok yang begitu menyayangi tuan putrinya.

-Maratungga

Danina membekap mulutnya untuk kesekian kalinya, surat itu sudah dia baca berkali-kali, namun rasanya dia masih belum percaya. Apa benar sosok mawar itu adalah Mara? Mara yang menjadi kekasihnya? Pantas saja setelah berpacaran, mawar itu sudah lama tidak singgah.

Tapi.. ada apa dengan kata pamit itu? Memang dia akan pergi ke mana?

"Mara...." Lirih Danina seraya menggenggam surat itu, di peluknya buket mawar itu, diciumnya harum khas dari mawar itu.

Kini dia tahu siapa pemilik kenyamanan itu, dia adalah kekasihnya sendiri. Maratungga. Dia tidak mau lelaki itu pergi. Lantas bagaimana nanti? Siapa yang akan menguatkannya?

Maratungga....

Mara....

Please kembali.

Mara...

Danina menarik selimutnya hingga menutup seluruh tubuhnya, tubuhnya bergetar hebat. Sosok itu sudah dia temukan! Dan sosok itu adalah orang yang spesial itunya! Tapi kenapa sosok itu harus pergi? Danina terisak dalam diam. Di tengah heningnya malam, dengan ditemani suara detak jarum jam yang mengisi kekosongan kamar. Danina meratapi keterlambatan dirinya dalam menyadari.

Kenapa rasanya sesakit itu ya?

Rasa sesak itu begitu nyata, insan mana yang baik-baik saja soal kehilangan dan perpisahan? Tidak ada kan? Apalagi orang ini adalah salah satu alasannya bertahan hidup!

Hati Danina sakit.

Dia kehilangan.

"Kenapa kamu pergi? Bahkan kamu hanya sebentar hadir dalam keterpurukanki kali ini, padahal sebelumnya kamulah yang menyelamatkanku ketika sekarang, kamulah yang memelukku ketika hancur. Kini mengapa kamu pergi? Apa ada sesuatu yang terjadi? Pasti! Aku yakin itu. Mara... Aku sayang sama kamu tanpa syarat."

Biar rindu yang menggebu tenggelam dalam alur jarak nan waktu.
Rintihan tak kuasa itu biarkan mengalun indah dalam keheningan.
Entah kapan jarak ala mengikis, hingga kita dapat bersua, atau apakah kita tidak akan bersua?

Danina membuka selimutnya, menarik napasnya dalam, meraih buket bunga mawar itu, sebuah kertas kecil mengalihkan pandangannya, sepertinya tadi terluput dari perhatiannya. Danina meraihnya.

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang