Chapter Dua Belas

39 29 1
                                    

Happy Reading🌹

Danina berlari tanpa arah, kedua tangannya menutup rapat kedua telinganya, mungkin seseorang yang melihat keadaannya saat ini bisa menganggapnya gila. Tapi memang dia sudah gil karena suara-suara itu, terngiang begitu jelas di telinganya, menghujaminya tanpa henti menjelma menjadi bayangan yang begitu menakutkan.

Danina ingin berteriak, namun akal sehatnya masih sedikit berfungsi untuk sekedar menahan keinginannya itu. Tidak mungkin dia berteriak 'kan? Pikiran gadis itu kalut, dia tidak bisa berpikir jernih sekarang. Dia harus ke mana? Tidak sadar dengan langkahnya, di ujung lorong saat dia hendak membelokkan tubuhnya, gadis itu limbung.

Danina menabrak seseorang, tubuh yang begitu kokoh dia tabrak tanpa tahu akibatnya, tubuhnya hampir jatuh mencium lantai karena kehilangan kesembangan, beruntung sosok di depannya menarik pinggangnya membuat Danina kembali pada posisinya.

Mata Danina melebar melihat orang yang dia tabrak. "Mara?"

"Apa yang lo pikirin?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Mara tanpa dia saring, habisnya gadis itu suka sekali menabrak dirinya. Ini bukan pertama kalinya gadis itu menabrak dirinya.

"G-gue... Emm sorry." Danina menunduk dalam, namun tak lama gadis itu kembali mendongak melihat wajah kesal Mara.

"Mar... Gue boleh meluk lo?"

Mara terdiam mendengar permintaan Danina, gadis itu terlihat tidak baik-baik saja, tapi apa dia tak waras sampai ingin memeluknya di sekolah? Hey! Ini bukan waktu pelajaran tengah berlangsung! Banyak siswa-siswi yang berkeliaran sekarang!

"Enggak ya?" Tanya Danina menghela napas ketika melihat diamnya lelaki itu, yah wajar saja Mara menolak, mereka tengah di sekolah sekarang. Dan... Dia tidak sedekat itu dengan Mara. Pasti Mara merasa aneh.

"Danina..."

"Yah?" Danina menatap Mara begitu dalam begitu pun sebaliknya. Dan tanpa dia sangka, tubuh gadis itu telah direngkuh oleh lelaki di depannya. Mara memeluknya.

"Lo kuat Danina..." Bisik Mara tepat di telinga membuat bulu kuduk Danina meremang.

Mendadak jantung gadis itu berdetak lebih cepat, terkejut bercampur gugup. Mata Danina menatap wajah Mara dari bawah, tiba-tiba saja matanya memanas, dia ingin menangis. Pelukan ini, pelukan penuh kehangatan, pelukan yang dari dulu dia inginkan.

Danina sekuat tenaga menahan air matanya, dia melepas pelukan Mata perlahan, dia menatap Mara dengan senyuman. "Makasih ya," ucap Danina singkat. Mara mengangguk sekilas.

"Mara!"

Keduanya kompak menoleh, di sana Cakra tengah berlari menghampiri mereka berdua dengan teman-teman yang lain mengikuti di belakangnya.

"Dicariin dari tadi!" Ucap Cakra menatap Mata dengan pandangan kesal, lelaki itu membawa satu cup es jeruk, meminumnya sesekali.

"Loh ada Danina," ucap Jinan ketika melihat Danina.

Danina tersenyum menanggapi, di dalam hatinya dia berteriak panik, apa mereka melihat kejadian pelukan itu? Tapi dari gelagat empat orang itu sepertinya mereka tidak melihat.

Syukurlah... Keadaannya membaik karena Mara. Lebih tepatnya perlakuan Mara yang tiba-tiba, tapi salah dia juga sih.

"Ikut gue." Seseorang menarik lengan Danina membawa Danina tanpa persetujuan dari gadis itu. Siapa lagi jika bukan Jevano?

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang