Chapter Lima

77 52 43
                                    

Happy Reading🌹

----

Senyumnya indah, namun...
ada sebuah luka yang tersimpan rapi di dalamnya.
Bersembunyi, enggan menunjukkan diri,
sebuah harapan yang perlahan melebur,
sebuah kebahagiaan yang perlahan meredup.
Ada sebuah tangis di sana, tapi tawa selalu berhasil menyelisihi.

-----

Senyuman lelaki itu terbit tanpa bisa ditahan, matanya tak lepas dari gadis yang sudah lama menjadi pujaan hatinya. "Bilyla Danina Aludra. Gue sayang sama lo. Lo rapuh, tapi lo kuat, gue suka. Kapan ya gue bisa miliki hati lo?"

🥀🥀🥀

Lagi, gadis itu tersenyum, dia kembali menemukan origami kapal di loker mejanya. Kini dia semakin yakin bahwa orang itu berada di sekolah yang sama dengannya. Kali ini tugasnya mencari tahu sosok itu menjadi lebih mudah. Danina bangkit dari duduknya, namun bertepatan dengan itu bel masuk malah berbunyi.

"Mau ke mana lo?" Tanya Tamara heran. Di saat orang-orang masuk kelas, gadis itu malah hendak berjalan keluar kelas. Aneh!

"Mau bolos dong," jawab Danina ringan.

"Gak! Enak aja!" Tamara mendelik, berkacak pinggang menatap gadis itu.

"Ih Tamara, gue tuh lagi bahagia, lo gak bisa ngehalangin gue mertahanin kebahagiaan gue," ucap Danina yang entah ke mana arah pembicaraannya.

"Eh tunggu. Enak aja. Tetep gak boleh," ucap Tamara penuh penekanan seraya menarik telinga Danina.

"Awww sakit Tamara."

"Lagian siapa suruh bolos."

"Aaaaaaaa Tamara cantik ayok dong." Danina mencoba membujuk Tamara.

"Gak!"

"Eh bentar, muka lo kenapa? Kok kaya sembab gitu?" Danina menunjuk wajah Tamara horor, mata gadis itu sedikit sembab, sebenarnya Danina tahu penyebab mata gadis itu bengkak pasti bukanlah suatu masalah yang harus ditanggapi dengan serius, paling karena semalam habis membaca novel atau menonton drama, ini hanya alibi dirinya.

"Hah? Kenapa muka gue?" Tamara menangkup wajahnya panik. Semalam dia menangis karena drama korea yang dia tonton. Tapi biasanya wajah sembabnya sudah hilang ketika dia berangkat sekolah.

"Ada Bu Rini. Gue mau bolos bye!" Dengan gerakan cepat Danina berlari meninggalkan Tamara, tidak disangka mengelabuhi gadis itu begitu mudah ternyata. Danina tertawa penuh kemenangan, dengan wajah yang tak berdosa Danina melewati seorang guru wanita berkaca mata yang hendak masuk ke dalam kelas begitu saja, seolah-olah dia bukan anak kelas itu.

Senyum gadis itu terbit sepanjang jalan, sudah dia terbawa perasaan dengan Jevano kemarin, hari ini dia mendapat surat misterius itu lagi dan kehadiran Tamara. Sudah lama Danina tidak merasakan perasaan sebahagia itu, padahal hanya karena kejadian sepele. Entahlah kali ini dia merasa tawanya itu bukan tawa paksa yang biasa dia perlihatkan.

Langkah Danina mengarah ke arah rooftop, dia akan membolos sampai emm entahlah sampai kapan, dia hanya ingin menikmati rasa berbunga itu, dia tidak akan menyia-nyiakannya karena gadis itu tidak tahu kapan tawa itu akan lenyap kembali.

"Hallo cantik. Udah gue duga lo bakal ke sini." Belum sampai Danina di tangga terakhir, gadis itu spontan menghentikan langkahnya. Senyumnya luntur melihat kehadiran seseorang di depannya.

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang