Happy Reading 🌹
"Minum." Danina terkejut ketika seseorang dengan tiba-tiba menempelkan air mineral dingin di pipinya.
"Mara?" Danina menatap Mara dengan pandangan terkejut. Untuk apa lelaki itu di sini? Bukannya itu akan mengundang kecurigaan?
"Minum dulu Bil."
Ah dia hampir lupa, Mara adalah kekasih resminya, hubungan keduanya belum ada yang mengetahui, tapi dia yakin tak sedikit yang sudah mulai curiga pasalnya keduanya sering terlihat tengah bersama, terutama ketika berangkat dan pulang sekolah.
"Nanti dilihat Jevano, Mar," ucap Danina, gadis itu melirik ke sisi lapangan mencari keberadaan Jevano.
"Dan.. hukuman lo terlalu berlebihan, dia keterlaluan."
"Gapapa.. dia masih gak baik-baik aja Mar..." Ucap Danina memberi pengertian. Tangan Mara terangkat menyingkirkan poni Danina yang basah karena keringat. Dia gemas, mungkin jika keduanya tengah berada di apart dia sudah memeluk gadis itu, menyelipkan kepalanya di ketiaknya karena gemas.
Danina meraih air mineral yang diberikan Mara kemudian meminumnya hingga setengah. Dia sangat haus, untung saja dia memiliki kekasih yang sangat peka.
"Danina! Hukuman lo selesai," ucap Jevano yang tiba-tiba saja datang, dia bersama Jinan dan Cakra.
"Lo berlebihan, Jev!" Mara mengucapkan itu dengan nada kesal. Tentu saja hatinya tidak tenang melihat gadisnya dihukum dengan hukuman yang tidak wajar.
"Kenapa lo yang marah? Danina aja nurut-nurut aja."
"Dia nurut karena gak enak sama lo."
Keributan keduanya menyita perhatian beberapa orang yang tengah berlalu di lapangan. "Siapa yang gak marah kalo ceweknya diperlakukan seenaknya."
Jevano terdiam, apa maksud Jevano? Jadi kecurigaan selama ini benar? Danina dan Mara memiliki hubungan khusus. Yah dia harusnya sudah menyadari itu, bukannya perlakuan Mara terhadap Danina berlebihan jika hanya sebatas teman terutama saat pemakaman Kya, Mara bukanlah tipe orang yang menerima orang lain dengan mudah.
Pasti... Ada sesuatu kan?
🥀🥀🥀
Bulan mulai menyembunyikan sinarnya, di antara kerumunan orang-orang yang pulang bekerja, Danina baru saja menginjakkan kakinya di apartemennya. Gadis itu langsung menujukan dirinya menemui Gio begitu pulang sekolah, dia bercerita semua kejadian yang dia alami, khususnya adalah saat dia mendapat map berisikan foto keluarganya yang entah berasal dari siapa.
Pintu terbuka, Danina melangkahkan kakinya masuk. "Kenapa baru pulang?" Suara lembut itu langsung menyapa. Lelaki dengan pakaian santai itu terlihat begitu dewasa dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, agaknya lelaki itu tengah mengerjakan tugas, terlihat sebuah laptop di hadapannya.
"Mar.." Danina duduk di sisi kanan Mara menyandarkan tubuhnya di bahu lelaki itu. Wajah Danina terlihat telah, matanya merah seperti habis menangis.
"Kenapa?" Tanya Mara lembut, menggeser posisi menghadap ke arah Danina.
"Mau cerita, tapi nanti..." Danina jadi begitu bersyukur dengan kehadiran Mara di hidupnya, lelaki itu berpengaruh besar terhadap hidupnya, sepertinya dia sudah bergantung pada lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Roses and Whispers (End)
Romance(Proses revisi) Billyla Danina Aludra. Seorang gadis yang masih mendudukkan dirinya di bangku putih-abu. Bagi sebagian orang tinggal bersama kedua orang tuanya adalah sebuah anugerah, berbeda dengan Danina. Gadis itu lebih nyaman tinggal sendiri ket...