Chapter Tiga Puluh Dua

43 26 46
                                    

Happy Reading🌹

Hari ini adalah hari yang telah Danina tunggu-tunggu, setelah dia melewati perjalanan waktu dalam kegelapan, hari ini dia akan kembali bisa melihat. Sejujurnya dalam hati kecilnya, dia menginginkan Mara menjadi orang pertama yang dia lihat, tapi entahlah sampai saat ini dia masih belum mendengar suara lelaki itu.

"Kamu udah siap liat dunia lagi, Danina?" Tanya dokter Riana seraya melihat Danina yang telah siap dengan posisi duduknya.

Danina mengangguk pelan, Riana tertawa kecil bisa dia lihat wajah Danina yang terlihat begitu tegang. "Dok.. di sini ada siapa aja?" Tanya Danina penuh harap, dia ingin banyak orang yang menemaninya.

"Rahasia dong."

Danina memajukan bibirnya beberapa centi mendengar jawaban dari sang dokter, dia kan jadi deg-degan!

"Danina liat sendiri ya, orang-orang spesial yang ada di sini yang udah nungguin Danina.

Dengan telaten dan dibantu oleh dua orang suster, Riana membuka perban yang menutupi mata Danina, sangat hati-hati, tidak ingin menyakiti gadis itu. Yang terlihat begitu perban terbuka adalah mata gadis itu yang terpejam. Mungkin takut untuk membukanya.

Yah wajar saja, mungkin bagi Danina hal ini seperti mimpi, mimpi buruk yang mampir dalam tidurnya sejenak. Tapi.. itu adalah cerita semata, ini adalah kenyataan yang dia hadapi.

"Ayo buka mata kamu."

Perlahan, mata gadis itu terbuka, matanya berkaca-kaca. Danina terlalu senang, dia tidak menyangka, dia kembali melihat. Danina mengedarkan matanya sekeliling, menatap hari orang-orang yang dia kenal yang telah menemaninya selama kurang lebih 2 bulan ini. Ada banyak proses yang dia lalui yang bahkan tidak bisa diceritakan.

"Kak.." panggil Danina menatap Kakaknya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Iya, ini Kakak." Raneysha meraih tangan Danina, menggenggam tangan gadis itu.

"Vanila, Ralita, Tamara." Danina tidak menyangka ketiga temannya itu hadir di tempat ini.

"Jevan...."

"Candra, Jinan Rayen..."

"Mamah, Om Rio, Reina..."

Danina tak dapat lagi menahan tangisnya, tangis kebahagiaan yang sudah lama tidak dia alami. Raneysha memeluk Adiknya erat, membuat Danina terisak dalam pelukan Kakaknya. Ini adalah pertama kalinya Danina menangis dalam pelukan Kakaknya, Kakak kandungnya.

"Danina.. sekarang kamu udah bisa liat ya..."

"Mara.... Mara mana Kak?"

Tidak! Tidak mungkin kan orang itu adalah Mara! Tidak boleh! Danina tidak mau. Dia ingin bertemu Mara! Ke mana laki-laki itu selama hampir satu bulan ini? Kenapa laki-laki itu hilang tanpa kabar? Danina semakin terisak, dia butuh Mara.

"Mana Mara.."

"Nanti Mara dateng Danina.. Lo tenang."

"Ini bukan mata Mara kan? Bilang sama gue!"

"Bukan Mara!"

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang