Happy Reading🌹
Dua Minggu berlalu dan Mara masih saja belum menyuarakan suaranya, Danina semakin khawatir karena laki-laki itu, pikiran-pikiran buruk tidak henti menghampiri benak gadis itu, Danina lebih sering melamun sekarang, selera makannya pun turun begitu drastis.
"Danina!" Panggilan dari Kakaknya itu membuat Danina mencari asal suara.
Gadis itu tersenyum kecut, dunia begitu gelap, entah ini malam atau siang, dia pun tidak tahu. Semuanya gelap. Dia tidak bisa lagi menatap wajah menyebalkan Raneysha. Kira-kira jika nanti Mara tidak kembali, bagaimana cara dia melanjutkan hidup? Apa dia masih akan pergi ke sekolah? Danina menghela napasnya lelah.
"Gak usah mikirin Mara terus," ucap Raneysha yang seolah tahu isi otak Danina, yah bagaimana dia tidak tahu jika mata Adiknya kosong dan sembab. Di tengah malam pun dia sering kali mendengar Danina mengigau nama Mara.
Apa Danina begitu sayang terhadap laki-laki itu?
"Gue punya kabar bagus," ucap Raneysha berusaha mengalihkan perhatian Danina.
"Kenapa? Ayah mau jenguk gue? Gak mungkin."
"Dengerin gue ngomong dulu."
"Iya iya. Apa?"
"Lo dapat donor mata."
"Gak usah ngaco lo, Kak!"
"Gue gak bo'ong."
"Udah gak usah plot twist gitu sampe segala ternyata lo yang kasih gue donor mata, gak usah ikut-ikutan film nanti lo nyesel."
"Eh yang ada di film itu pacarnya yang ngasih."
Deg.
Mata Danina membola sempurna, gadis itu menggelengkan kepalanya cepat, jika memang plot twist yang akan dia terima, maka dia menolak keras hal tersebut terjadi. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. "Kalo gitu gue gak mau dapet donor mata."
Raneysha tersenyum melihat reaksi Danina, sudah dia duga gadis itu akan menolak keras hal ini. "Gak usah lebay! Bukan Mara orangnya."
"Trus siapa?"
"Orang baik, Danina."
"Siapa?"
Bukannya menjawab Raneysha malah berjalan keluar. "Gue pergi."
"Gue gak mau tau kalo orangnya itu orang yang gue kenal gue gak mau."
Danina memilih tetap buta jika memang orang itu adalah Mara, dia tidak mau ketika nanti dia bisa melihat, dia harus melihat Mara dengan kondisi tidak bisa melihat. Itu akan lebih menyakitkan bagi dirinya.
🥀🥀🥀
Raneysha melangkahkan kakinya keluar dari ruang dokter, selepas dari kamar Danina, gadis itu mendatangkan dirinya menuju ruangan dokter Riana, menerima hasil pemeriksaan Danina dan juga Ayahnya. Selain Danina, dia juga harus merawat Ayahnya, karena penyakit mental yang diderita Ayahnya itu berdampak pada kesehatan laki-laki itu.
Helaan napasnya dia hembuskan melalui bibirnya, langkah kakinya bukan menuju kamar Danina atau pun Ayahnya. Langkah kakinya melangkah menghampiri kamar inap Mara. Hal pertama yang dia lihat ketika masuk adalah seorang laki-laki yang tengah duduk di atas kursi roda tengah menatap langit melalui jendela rumah sakit.
"Mara."
Sang empu nama menoleh, menatap sayi ke arah gadis yang baru tiba. "Gimana keadaan Danina?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Roses and Whispers (End)
Romance(Proses revisi) Billyla Danina Aludra. Seorang gadis yang masih mendudukkan dirinya di bangku putih-abu. Bagi sebagian orang tinggal bersama kedua orang tuanya adalah sebuah anugerah, berbeda dengan Danina. Gadis itu lebih nyaman tinggal sendiri ket...