Chapter Empat Belas

45 28 1
                                    

Happy Reading🌹

_Saya sakit, saya gak tahu cara nyembuhin luka ini_

Gadis itu memejamkan matanya menerima setiap makian yang dia dengar melalui sambungan telepon dari Ayahnya. Dia tidak akan goyah! Dia sudah terbiasa, dalam hatinya gadis itu tak henti merapatkan kalimat penguatan untuk dirinya sendiri.

Suara helaan napas lelah terdengar di kedua telinganya, keadaan cukup ramai, bukan hanya ada dirinya di taman sekolah ini, meski pun tidak seramai kantin, yah setidaknya suara bising orang-orang bisa sedikit mengalihkan perhatiannya.

Danina itu belum sempat mengucapkan sesuatu, terakhir yang dia dengar adalah Heiga memintanya untuk pulang. Hatinya mendadak tidak tenang, biasanya jika Ayahnya memintanya pulang, akan ada sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. Danina menggelengkan kepalanya mengusir pemikiran buruk yang mampir di dalam otaknya.

Tapi saat di telepon saja dia mendapat sesuatu yang tidak menyenangkan, apalagi nanti saat dia mulai, apa Ayahnya dan Kakaknya akan menyambutnya dengan baik?

Ah tidak mungkin!

Tapi... Ah entahlah.

Gadis itu hendak meninggalkan tempat itu, namun niatnya urung ketika ponselnya bergetar, Danina membuka ponselnya kembali, dia mendapat pesan dari Raneysha. Kakaknya. Pasti Kakaknya itu tengah menertawakannya, Danina menoleh, menatap sekeliling, siapa tahu Kakaknya itu tengah mengintipnya dari jauh seraya menertawakan dirinya?

Gue harap lo cepet pergi dari hidup Ayah.

Seketika itu mata Danina berubah menjadi sinis. "Hah gak akan monyet!" Umpat Danina kesal. Siapa pun yang melihat Danina sekarang pasti akan mengira Danina itu tipe orang yang sangat menyebalkan, terlihat dari wajah kesalnya.

Danina melepaskan pandangannya, gadis mendongak dan tepat saat itu pula matanya menangkap keberadaan Mara, sedari tadi lelaki itu di sini? Mengapa dia tidak menyadari? Pantas saja tadi dia tidak melihat Mara di kantin.

"Mara!" Seru Danina seraya berlari menghampiri lelaki itu. Entahlah semenjak kapan ya dia sudah tidak merasa canggung dengan Mara? Malah dia merasa akrab dengan lelaki itu.

"Lo ngapain di sini? Pantes aja lo gak ada di kantin? Kenapa misahin diri?" Tanya Danina beruntun begitu sampai di hadapan Mara yang tengah duduk. Bahkan gadis itu belum selesai mengatur napasnya!

Mara menatap Danina dengan alis yang terangkat kemudian lelaki itu tertawa singkat, tentu saja hal itu membuat Danina melebarkan matanya, terkejut dengan respon Mara, lelaki itu tertawa?

"Mar- Lo..."

"Ngapain di sini?" Tanya Mara memotong ucapan Danina.

"Lo.. Mara!" Danina terpekik, obat-obatan itu.... Apa maksudnya?

"Ini vitamin," ucap Mara mengerti keterkejutan Danina.

"Kok banyak banget?"

"Sama suplemen, lo mau?"

Danina menggeleng. "Tapi.. kenapa di sini minumnya?"

"Tadi habis nelpon Ibu." Setelah mengatakan itu Mara bangkit dari duduknya, berjalan begitu saja meninggalkan Danina yang terdiam.

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang