Chapter Dua Puluh Tiga

36 21 0
                                    

Happy Reading🌹

"Danina lo telat lagi?" Jevano yang baru saja menutup gerbang menatap sosok yang baru saja datang dengan napas memburu sehabis berlari.

"Hehe." Gadis itu hanya menampakkan gigi putihnya sedangkan Jevano, lelaki itu memijat pangkal hidupnya, menghadapi Danina itu lebih sulit dari menghadapi soal matematika, gadis itu selalu saja bisa menjawab. Padahal beberapa hari kemarin gadis itu tidak pernah telat. Yah jika boleh jujur mengapa dia tidak telat? Karena Mara mengancam akan menjemputnya jika ka gadis itu kelas. Tapi hari ini berbeda.

"Gue gak sendirian kok telatnya kali ini." Danina tersenyum penuh, tentu saja hal itu menciptakan tanda tanya bagi Jevano. Menurutnya ada yang aneh.

"Ngajakin siapa Lo kali ini?"

"Nanti juga tau, dia lagi naro motor di warung belakang."

Jevano tidak bisa menebak, sepertinya orang itu sering membolos, orang-orang yang suka menitipkan motor ke warung belakang, yah tidak usah dipertanyakan lagi bagaimana cara mereka kabur dari sekolah.

"Nah itu dia."

Jevano menatap tidak percaya lelaki yang baru saja datang. Itu adalah Mara, iya Maratungga temannya, sosok murid teladan yang bahkan sama sekali tidak memiliki coretan merah sebelumnya. Apa yang telah dilakukan Danina hingga sosok yang mendapat gelar paling teladan tersebut menjadi telat?

"Lo telat?"

Mara mengangguk sekilas sebagai jawaban. "Gue kesiangan bangunnya."

"Trus kenapa bisa sama itu anak?" Jevano menunjuk Danina dengan dagunya.

"Gak sengaja ketemu di jalan tadi."

"Gimana lo mau bukain gak?" Tanya Danina seraya menaik turunkan alisnya.

"Jev."

"Sumpah ya Mar, lo bikin gue emosi!" Jevano mendengus kesal, dengan terpaksa membuka kembali pintu gerbang.

"Giliran Mara aja dibukain," ucap Danina mencibir berjalan mengikuti Mara, persis seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

🥀🥀🥀

"Makan."

"Apa sih Bang!" Tamara mendengus kesal atas perlakuan Jinan yang tiba-tiba saja menariknya.

Jam kosong atau yang sering disingkat menjadi jamkos adalah surga bagi para murid, hari ini guru-guru mengadakan rapat dari jam pelajaran ke-1 hingga jam pelajaran ke-3. Tadi Tamara yang hendak menenggelamkan wajahnya di kedua lipatan tangannya terkejut ketika seseorang menarik rambutnya pelan, begitu dia mendongak hendak melihat sang pelaku, tangannya sudah lebih dahulu ditarik, dibawa ke kantin.

Dan sekarang laki-laki itu memintanya untuk makan. Entah sejak kapan Jinan telah memesan makanan hingga saat keduanya sampai makanan itu sudah siap. Sebenarnya siapa sih yang tidak mau jika diberi seporsi nasi goreng dengan segelas teh hangat, apalagi nasi goreng adalah makanan favoritnya, dia tidak ingin menolak, tapi semenjak penolakan Mara hari itu, nafsu makannya hilang entah ke mana.

"Gue gak mau makan."

"Lo gak makan dari kemaren."

"Trus kenapa?"

"Nanti lo sakit Tamara."

"Gue gak nafsu."

"Seenggaknya sesuap dua suap."

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang