Chapter Tujuh Belas

28 21 0
                                    

Happy Reading🌹

Hari masih pagi, namun tidak seperti biasa Danina telah melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah, gadis itu menatap sekeliling yang tampak masih begitu sepi. Belum banyak  yang hadir, hanya segelintir siswa yang sudah datang dengan jiwa kerajinannya.

Danina bersenandung pelan, gadis itu terkekeh pelan. Dia merasa hari ini dia tengah menjadi orang lain, entah siapa yang merasuki dirinya hingga gadis itu tanpa paksaan datang ke sekolah sepagi ini.

"Hari ini perlu diabadikan sih," ucapnya kemudian mengambil ponselnya untuk memotret dirinya sendiri. Hari ini akan menjadi sejarah dalam hidupnya, dia menjadi siswa disiplin. Tapi sepertinya predikat disiplin itu tidak akan lama karena niat untuk membolos pelajaran muncul begitu saja di benaknya, gadis itu tengah menyusun rencana untuk membolos di jam pelajaran ketiga.

Gadis itu berjalan dengan ponsel yang dia angkat, merekam perjalanannya menuju kelas. Benar-benar harus diabadikan, keadaan koridor kelas begitu sepi bahkan dia merasa seperti tengah berkunjung ke sekolah saat liburan. Danina memasuki kelasnya, keningnya berkerut kamera ponselnya menangkap seorang gadis yang tengah duduk di bangku seraya termenung.

"Tamara," panggil Danina seraya tersenyum, tangannya melambai ketika gadis yang dipanggil itu menoleh.

"Emang yang si paling rajin, jam 6 aja udah siap di kelas." Mata Danina berbinar mendapati Tamara menjadi orang pertama yang berangkat di kelasnya. Yah tidak heran sih, Tamara memang sangat rajin dan disiplin. Dia itu sangat tepat waktu bahkan ketika mereka mengadakan janji Tamara selalu menjadi orang pertama yang datang, jadi kedisiplinannya itu bukan hanya di sekolah.

Tamara menatap datang Danina tanpa berniat membalas sapaan Danina. "Lo udah Dateng?" Tanya Tamara pelan.

"Heheh iya." Danina menurunkan ponselnya, mematikan rekamannya.

"Tumben. Berangkat sama siapa?"

"Hah?" Danina terkejut dengan mulut yang sedikit terbuka, dia merasa terintimidasi dengan tatapan dingin Tamara. Ada apa?

"Gue tadi liat lo berangkat sama Mara."

"Oh itu.. emm iya, tadi gue gak sengaja ketemu di jalan. Lo marah?" Danina menatap tidak enak gadis di depannya. Tanpa diberitahu pun dia sudah tahu bahwa Tamara menyukai Maratungga, terlihat dari gerak-gerik gadis itu.

Tamara tersenyum. "Gak. Kekanakan banget. Muka gue keliatan bete ya? Gue lagi dapet."

Danina mengangguk sekilas, gadis itu mendudukan dirinya di samping Tamara dengan gerakan begitu pelan. Dia merasa canggung. "Gue ngantuk Tam, gue tidur ya." Tak ada pilihan lain, daripada menghadapi suasana yang entah mengapa tidak enak itu, Danina lebih memilih membenamkan wajahnya di kedua lipatan tangannya. Akan lebih baik jika topik pembicaraan itu dihentikan.

Dalam heningnya keadaan Danina dapat mendengar kelas yang mulai ramai ketika satu per satu siswa mulai berdatangan memasuki kelas hingga tak lama kemudian di benar-benar terlelap. Jadwal tidur Danina akhir-akhir ini tengah berantakan, oh tidak! Jadwal tidurnya memang berantakan, tapi kali ini lebih parah dia jarang merasa mengantuk di malam hari dan ketika dia baru terlelap dua sampai tiga jam Danina terbangun dengan jantung yang memompa dua kali lebih cepat dari biasanya setelah itu rasa kantuknya hilang tak tersisa.

🥀🥀🥀

"OMG Danina!"

Danina terbangun ketika seseorang memukul mejanya dengan keras, gadis itu menatap sekelilingnya dengan panik, pikirannya menjadi penuh dengan hal yang dia sendiri juga tak mengerti. Gadis itu menatap dua sosok di depannya dengan napas yang memburu.

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang