Chapter Delapan Belas

51 31 34
                                    

Happy Reading🌹

"itu Tamara."

Belum sampai Danina, Ralita dan Vanila di perpustakaan, Danina menemukan Tamara tengah duduk di bangku dekat lapangan outdoor. Vanila mengikuti arah yang ditunjuk oleh Danina, gadis itu mengembangkan senyumnya begitu cepat, tanpa mengucapkan apa pun Vanila berlari menghampiri Tamara. "Tamara!" Teriak Vanila.

Ralita yang menatap kelakuan Vanila itu hanya menggelengkan kepalanya pelan, gadis itu seperti sudah lama tidak bertemu saja. Kedua gadis itu mengikuti langkah Vanila dari belakang. Syukurlah mereka menemukan Tamara.

"Kalian ngapain ke sini?" Tanya Tamara menatap kedatangan teman-temannya.

"Kita dari tadi nyariin lo," ucap Ralita, dia duduk asal tanpa alas di hadapan Tamara kemudian langsung membuka makanannya. "Ya ampun, Nak.. ma'afin Bunda ya bikin kamu kelaparan..." ucapnya seraya mengelus perutnya. Danina menyusul duduk di samping Ralita. Yah mau bagaimana lagi, hanya ada satu bangku dengan tinggi selutut yang hanya muat untuk 2 orang saja.

"Hiii Ralita udah punya anak," ucap Vanila yang sudah duduk di samping Tamara. Beruntung Ralita tengah kelaparan sekarang, jadi dia tidak akan merespon ucapan Vanila.

"Lo gak bangunin gue Tam?" Tanya Danina menatap Tamara seraya mulai memakan makanannya.

Tamara menatap Danina sesaat, gadis itu meraih minuman milik Ralita begitu saja. "Gue udah bangunin, tapi lo gak bangun-bangun."

"Eh woi minuman gue!" Kesal Ralita menatap minumannya yang kini sisa senengah. Sedangkan sang pelaku hanya menampilkan gigi putihnya.

"Lo ke mana aja sih Tam?" Tanya Vanila yang sedari tadi diam.

"Gue pengen nonton mereka." Tamara menunjuk lapangan yang tak jauh dari tempat mereka duduk dengn dagunya. Di bawah pohon terjeda satu tapak jalan baru kemudian lapangan outdoor berada di mana Jevano dengan teman-temannya tengah bermain futsal. Tentu saja Tamara memilih tempat ini ketimbang tribun yang sudah disiapkan sekolah agar dia bisa menatap Mara tanpa takut membuat laki-laki itu risih.

Danina menatap ke arah lapangan, fokusnya kini bukan lagi Jevano melainkan Mara, akhir-akhir ini dia tengah dekat dengan Mara, kira-kira Tamara akan marah tidak yang jika mengetahui fakta itu?

"Kemaren gue confess ke Mara," ucap Tamara tiba-tiba membuat teman-temannya memfokuskan diri pada Tamara dengan pandangan terkejut sekaligus penasaran.

"What the hell?" Ralita hampir tersedak!

"Lo beneran Tam? Jadi lo beneran suka sama dia? Lo baper karena comblangan?" Kali ini Vanila yang bertanya tampaknya dia sangat terkejut. Sedangkan Danina, gadis itu hanya menyimak dengan seksama tanpa berniat memotong pembicaraan Tamara.

"Penasaran gak jawabannya?" Tamara menatap Danina cukup lama sampai akhirnya dia melanjutkan. "Dia udah suka sama orang lain."

"What?"

"Dia suka sama orang? Cewek kan? Gue kira dia homo, sekaget itu gue gak nyangka sama seorang Mara." Vanila tertawa melihat wajah Ralita yang menurutnya persis seperti orang yang habis memenangkan lotre.

"Lo ngetawain gue?"

"Hahah enggak beneran deh enggak hahah."

"Sialan lo!"

"Lo tau siapa orangnya Tam?" Tanya Danina hati-hati, dia enggan menunggu Vanila dan Ralita selesai beradu mulut.

"Orangnya itu lo! Danina!"

Batin Tamara menjerit ketika matanya bertemu dengan mata milik Danina. "Tau. Kalian pasti kaget kalo tau siapa orangnya."

"Siapa emang orangnya?" Tanya Vanila penasaran.

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang