Chapter Delapan

51 40 3
                                    

Happy Reading🌹

"Jev!" Jinan berteriak, melambaikan tangan ke arah 2 orang yang baru saja turun dari motor.

"Lo gak salah bawa Kya ke sini?" Tanya Cakra ketika Jevano tiba di tempat mereka bersama seorang gadis. Jevano menoleh melihat Kya, dari raut wajah Kya tampaknya gadis itu tak keberatan malah terlihat girang.

"Tau gak Kak? Ini pertama kalinya gue dateng ke tempat kaya gini," ucap Kya dengan nada girang, mata gadis itu melihat sekeliling, di mana ada banyak orang yang juga tengah menggerombol bersama temannya masing-masing dan juga motor-motor besar yang terparkir cukup menarik perhatian Kya.

"Oh jadi tempat balapan tu kaya gini," ucap Kya polos.

"Beneran gak masalah bawa Kya?" Kali ini Jinan ikut memastikan, sedikit tidak yakin dengan keberadaan gadis itu.

"Kayanya gak keberatan Jinan."

"Tapi tetep aja jangan bikin anak polos jadi gak polos lagi," ucap Cakra dengan nada sedikit kesal. Mengapa jadi laki-laki itu yang kesal?

"Mar gue salah?" Tanya Jevano pada Maratungga yang dia rasa paling pintar dan paling dewasa di antara mereka, mungkin Mara akan membelanya.

"Jawaban gue balikin ke lo," ucap Mara kemudian menaikkan bahunya. Yah... Seharusnya Jevano bisa berfikir 'kan?

"Ah Gio sakit!"  Teriakan yang begitu nyaring kemudian disusul suara tawa seseorang membuat Kya mencari arah datangnya suara tersebut. Mata Kya berubah berbinar melihat keberadaan Danina yang tak jauh dari tempatnya berada.

"Kak Danina," panggil Kya seraya melambaikan tangannya, saat itu pula Jevano dan teman-temannya mengikuti arah pandang Kya.

Danina menoleh, gadis itu tampak terkejut dengan keberadaan Jevano dan teman-teman yang lain. Setelah tersenyum singkat, Danina memilih mengalihkan pandangannya, mengapa ada Kya juga di sana?

"Itu Jevano?" Tanya Gio.

"Ah? Hem iya," ucap Danina seraya menunduk. "Balapan kapan dimulai?" Tanya Danina mengalihkan topik pembicaraan. Dia tidak menyangka akan bertemu mereka di sini.

"Setengah jam lagi mulai, lo mau ikut?,"

"Gak jadi, gue males, gue mau ke club' aja."

"Gak usah macem-macem Danina!" Peringat Gio menatap tajam Danina.

"Kak Danina sini!" Teriak Kya, lagi.

"Ah si bochil ini," gumam Danina malas menanggapi gadis itu.

"Temenin gue, Kak." Danina menarik lengan Gio paksa.

"Males banget ah gue."

"Ayoklah!"

"Lo okey Dan?" Tanya Jevano begitu Danina sampai, matanya menatap tajam ke arah Gio.

"Gue? Emang gue kenapa?"

"Kak Danina kenapa diperban gitu kepalanya?" Kya menatap khawatir kakak kelasnya itu. Beberapa hari dia tak bertemu kakak kelasnya itu dan sekalinya bertemu keadaan Danina tak bisa dikatakan baik.

"Jujur lo kenapa?" Jevano mencengkram bahu Danina, kedua mata itu ditatap intens.

"Awsh!" Ringis Danina cepat-cepat menyingkirkan tangan Jevano.

"Seberapa banyak luka lo?" Jevano terkejut. "Lo pasti kabur dari rumah!" Jevano begitu mengenali Danina yah? Lelaki itu begitu perhatian. Iya 'kan? Tapi apa dia tak sadar? Ada seorang gadis yang menatap interaksi keduanya dalam diam.

"Emang kenapa kalo gue kabur?"

"Lo gak pernah berubah ya dari kecil." Jevano menggelengkan kepalanya heran.

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang